Mau

14.5K 2.1K 168
                                    

"Papa, Haechanie mau es kyim, boyeh?" Johnny mengarahkan pandangannya ke arah anak laki-laki yang menatapnya dengan mata bulat, kedua tangannya ditangkupkan di depan tubuhnya. Meminta dengan mata yang dikedip-kedipkan demi sang ayah mengabulkannya dengan segera. Pria yang lebih tua sudah akan meluluskan permintaan Haechan ketika tidak sengaja melihat gelengan Ten, melarangnya memberi es krim kepada Haechan sebelum mereka menghabiskan makan malamnya.

"Minta Mama." Ten mendengus kesal mendengar penolakan Johnny yang setengah-tengah. Membuat Haechan pasti akan berpaling dan meminta hal yang sama kepadanya.

"Mama, Haechanie mau es kyim, boyeh?" Tanyanya masih dengan nada merajuk yang sama, supaya pria dewasa yang berstatus sebagai mamanya itu mau mengabulkan keinginannya, setelah permintaannya ditolak oleh papanya.

"Sudah makan sayur belum?" Pertanyaan Ten langsung disambut ekspresi cemberut di wajah Haechan.

"Nda jadi aja belalti." Balas balita yang kini sudah berusia lebih dari tiga tahun itu, langsung mengubah cara bicaranya seperti biasa. Satu-satunya makanan yang sulit masuk ke dalam perut Haechan adalah sayuran, membuat Ten maupun Johnny kesulitan membujuk anak mereka. Bahkan meskipun diancam tidak akan mendapat es krim favoritnya, hal itu tidak mengurungkan niat Haechan untuk tidak makan sayuran.

"Yakin? Papamu kemarin habis beli es krim coklat lho. Mama aja yang habisin ya?" Mata Haechan melirik ke arah mamanya yang memamerkan satu box es krim berperisa coklat dan vanila, mencoba membujuknya untuk menghabiskan sayurannya.

"Iya." Angguknya mantap. "Kemalin boleh mam es klim, sekalang nda boleh." Gerutunya dengan nada rendah, yang ternyata tidak luput dari pendengaran mamanya.

"Siapa yang kemarin kasih es krim?" Tanyanya tajam, matanya memindai antara dua lelaki yang duduk di hadapannya. Yang lebih tua sudah tertawa gugup karenanya.

"Papa!"

"Satu scoop doang, babe. Tapi itu dia habis makan buah kok. Beneran." Johnny segera membela dirinya sebelum dirinya semakin diceramahi oleh Ten. Pria itu lalu beralih untuk berbisik kepada anaknya. "Kan kemarin janjinya gak bilang mama, kak."

"Bialin." Perdebatan ayah dan anak itu terpaksa berakhir begitu Ten kembali melayangkan pandangannya kepada mereka. Membuat mereka menghabiskan makan malam mereka dalam diam sebelum terkena murka Ten.

***

Makasih banyak-banyak buat feedback kalian di chapter kemarin.

Aku sehat ( puji Tuhan ), cuma emang lagi overthinking aja kemarin, dan baca komenan kalian tuh bener-bener naikin mood aku :3

Sini ciyooom duyuuu satu-satu 😘😘😘

Johnny oh Johnny! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang