Yakin?

16.2K 2.3K 78
                                    

Please be prepare 👀👀

Johnny menatap heran ke arah Ten yang memandangnya galak ketika dirinya pulang dari kantor. Matanya disipitkan dengan tangan disilangkan ke dada. Pria itu bahkan mengenakan setelan piyama lengan panjang, berbanding terbalik dengan foto yang dikirimkannya beberapa jam silam. Tidak ambil peduli, Johnny justru berusaha melewati yang lebih muda, membuat pria itu berdecak kesal karena merasa diabaikan.

"Awas ya, kamu gak boleh pegang-pegang aku." ancam Ten saat merasa perhatian Johnny tidak juga mengarah kepadanya dan justru sibuk memilih baju ganti. Juga kesal karena ajakannya tadi siang hanya diabaikan oleh Johnny. Padahal dirinya sudah terlanjur menginginkan pria itu dan menurunkan egonya untuk meminta Johnny pulang lebih cepat. Johnny yang awalnya sudah bersiap mengenakan kausnya, berubah pikiran karena Ten yang masih menatapnya galak. Bertelanjang dada, Johnny menghampiri Ten yang mundur satu langkah darinya.

"Yakin?" Johnny bertanya dengan senyum menggoda di wajahnya. Berniat mencari tahu seberapa tahan Ten, yang menantangnya dengan foto menggoda.

"YAKIN." Teriaknya sambil menelan ludah. Tatapan matanya tidak bisa lepas dari pemandangan tubuh setengah telanjang Johnny yang terlihat menggoda, terutama perut enam kotaknya yang terpampang jelas. Johnny terkekeh saat Ten menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba menghalau pikiran kotornya. Mengambil kesempatan singkat, Johnny kembali melangkah mendekat, tangan besarnya mengusap pelan pipi Ten, yang langsung mengerang dan menggerak-gerakkannya. Membuat dirinya sendiri nyaman dengan sentuhan suaminya.

"Yakin gak mau dipegang? Disentuh? Dimasukin?" goda Johnny lebih jauh. Tangan lainnya yang bebas menarik pinggang Ten ke arahnya, menempel ketat di tubuhnya sebelum mencium bibir Ten. Erangan yang keluar dari mulut Ten karena ciuman perlahan Johnny, memaksa pria yang lebih tinggi itu untuk semakin memperdalam ciuman mereka. Tangan Ten ganti merayap naik di permukaan kulit perut suaminya, membuat Johnny mengerang sama nikmatnya.

"Dad, no." rengek Ten saat Johnny melepas ciuman mereka. Wajahnya sudah memerah sempurna dengan mata yang menatap sayu. Kakinya bahkan sudah melemah seperti jelly karena ciuman intens suaminya.

"Katanya gak mau dipegang?"

"MAU IH. BURUAN." Johnny langsung menggendong Ten untuk dibawa ke dalam kamar. Melanjutkan persiapan mereka yang tertunda. Ten langsung melepas bajunya tergesa, tidak sabar menunggu suaminya, lalu memposisikan dirinya menungging. Tangannya lalu melepas ikat pinggang yang berada di perut suaminya, membebaskan mainannya yang sudah ditunggu sejak tadi. Johnny yang berdiri di samping ranjang mereka, membiarkan Ten meniupi miliknya yang belum terlalu berdiri tegak.

"Seneng?" Ten mengangguk-angguk bersemangat sambil mengecupi kejantanan suaminya. Johnny merasakan gairahnya perlahan merayap naik, terutama saat Ten mendongakkan kepalanya, menatapnya sayu dengan separuh miliknya masih berada di dalam mulut pria itu. Berdecak tidak sabar, Johnny lalu melepaskan Ten dari kejantanannya, membuat yang lebih muda kembali berdesis marah. Belum sempat melontarkan protesnya, Ten merasakan ciuman lembut di dadanya, perlahan turun ke perutnya dengan bisikan-bisikan yang diberikan Johnny kepada anak mereka. Bahkan di saat mereka sedang berduaan seperti ini, Johnny tidak melupakan keberadaan anak mereka.

"Cepet John!" perintah Ten galak ketika Johnny masih saja sibuk mengerjai lubangnya. Pria itu tidak sabar untuk menerima benda yang lebih besar dari jari Johnny, dan langsung mendesah lega ketika akhirnya Johnny mengeluarkan jarinya. Ten sudah hampir berteriak nyaring ketika benda pengganti yang diinginkannya benar-benar memasuki tubuhnya, membuat Johnny buru-buru membungkam mulut Ten dengan mulutnya. Kedua tangannya sedikit menahan pinggang Ten, membawa dirinya sendiri lebih mudah menggerakkan pinggulnya, dengan suara memerintah Ten kembali terdengar, meminta yang lebih tua menggerakkan tubuhnya lebih cepat. Johnny yang menuruti permintaan Ten, langsung menyemburkan cairannya di dalam tubuh Ten tepat setelah tusukan keempat. Membuat pria yang tergeletak di bawahnya tenggelam dalam kepuasan.

"Baru sekali lho Chit. Masih dua lagi." Ten mengerang frustasi saat melihat seringai di wajah Johnny, menyesali tawarannya tadi siang yang membuatnya harus bersiap menghadapi hormon tinggi suaminya.

***

Astagaaa, masih siang padahal.

Aku bikin apa :(

Johnny oh Johnny! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang