Tanggung Jawab

12.3K 1.8K 1K
                                    

"You look pale." Haechan tersenyum kecil saat ucapan singkat Mark membuka percakapan mereka via panggilan video.

"Gak bisa makan apapun, masih mual banget."

"Papa kamu masih marah?"

"Masih. Cuma ya sekarang udah mau ngajak aku ngomong, dia nanya kapan kita mau nikah."

"Hyuck, kamu baru tujuh belas tahun." Balas Mark setelah jeda beberapa detik.

"Tapi kamu bilang kamu mau tanggung jawab?" nada tanya mengiringi wajah pucat Haechan yang berubah semakin muram saat mendengar jawaban dari pria di ujung sana, yang balas menatapnya dengan raut wajah yang sama muramnya. Juga cara panggil Mark kepadanya, menyebut nama lahirnya. Mengisyaratkan betapa serius maksud dari ucapannya.

"Tanggung jawab Hyuck, tapi kalau nikah..." Mark menjeda kalimatnya sejenak. "Aku belum siap." Haechan menggertakkan giginya, mencoba menahan emosi yang membuncah di dadanya ketika mendengar kalimat kekasihnya. Kekasih, cih. Bahkan Haechan rasa hanya dirinya yang menaruh rasa percaya terlalu besar di dalam hubungan mereka.

"Aku seharusnya lebih percaya dan nurut sama papaku daripada sama kamu." Balasnya singkat sambil menutup panggilan video mereka sebelum dirinya semakin meledak dalam air mata. Haechan melempar ponselnya sembarangan lalu membenamkan wajahnya untuk membiarkan air mata membanjiri wajah bulatnya. Tidak mempedulikan ponselnya yang kembali berdering, memunculkan nama pria yang gelisah di ujung sana, menantinya menjawab panggilannya.

"Hey Baby Bear." Panggilnya lembut, tangannya mengusap bahu anaknya yang masih terisak di dalam bantalnya. Menyadari betapa rapuh dan mungilnya sosok yang tujuh belas tahun lalu dinantinya hampir tiga jam di depan ruang operasi.

"Kak Mark Pa...." Johnny tersenyum miris mendengar suara serak anaknya di tengah-tengah sesenggukannya, bersusah payah mengatur napasnya.

"It's okay, it's okay."

"Dia bilang dia gak mau nikahin aku." Jantung Johnny serasa jatuh ke lutut saat mendengar kalimat anaknya. Johnny bahkan harus benar-benar menahan diri dari keinginan mendatangi pria yang baru saja membuat anaknya mengeluarkan air mata, menghajarnya tanpa ampun karena melukai buah hatinya.

"Hey, he's not my son, YOU ARE. So I will protect you in any cost. Take a deep breath,  Hyuck." ujarnya menenangkan, membiarkan putranya memeluknya dengan erat, tubuhnya gemetar karena menahan isak tangis. Haechan menuruti kalimat ayahnya dan mencoba mengatur napasnya.

"I'm sorry. I'm sorry. I'm sorry." Rapalnya berkali-kali begitu napasnya mulai terdengar teratur, sambil membiarkan Johnny mengelus-elus punggungnya. Air matanya ganti membasahi baju yang dikenakan ayahnya. Penyesalan merayap naik, mengingat kembali ucapan ayahnya yang saat ini terbukti benar. Mark tidak akan bisa serius dengannya. Juga merutuki kebodohannya yang begitu mudah menyerahkan tubuh dan hatinya kepada Mark. Membutakan diri sendiri atas nama cinta, menganggap rasa yang mereka miliki sama besarnya. "I'm sorry for being so stupid. Harusnya aku lebih nurut sama Papa, lebih percaya sama Papa. Bukannya Kak Mark."

"It's okay baby, Papa juga minta maaf karena udah marah-marah sama kamu." Johnny menghentikan Haechan yang sudah akan membersit hidungnya menggunakan bajunya. Tertawa, pria yang lebih tua buru-buru mengambil tisu yang sebenarnya berada tidak jauh dari jangkauan anaknya, yang terlalu malas mengambilnya.

"I'll do whatever you want me to do." Ucap Haechan pelan setelah menit-menit yang berlalu dalam keheningan. Johnny menghembuskan napasnya perlahan, menyesali kemarahannya tempo hari yang berujung pada kepasrahan Haechan. Juga tidak menyangka Haechan akan begitu saja menerima permintaannya. Minggu lalu mereka bahkan masih perang dingin karena tidak ada satupun dari mereka yang mau mengalah.

"Really?" terkejut, Johnny memisahkan pelukan mereka. Mencoba menatap lurus ke manik mata Haechan, mencari kesungguhan di dalamnya.

"Yup." jawabnya ke arah Johnny yang masih menatapnya dengan satu alis naik, sedikit ragu dengan keputusan anaknya yang dirasanya terlalu buru-buru. Haechan lalu menaikkan bibirnya canggung, mencoba meyakinkan ayahnya bahwa dirinya baik-baik saja.

"Oke." Johnny berdeham sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. "Rapiin aja barang-barangmu, minggu depan kita ke tempat Grandma ya. Gak harus sekarang kok, santai aja." Cegah Johnny buru-buru saat melihat Haechan yang sudah akan beranjak dari kasurnya. Haechan mengangguk, menuruti permintaan ayahnya, lalu kembali membaringkan diri, membiarkan dirinya tertidur semalaman di pelukan Johnny.

Omake :

"Samperin sana!" desak Ten sambil mendorong tubuh besar suaminya yang masih sibuk mengintip percakapan anak mereka dari pintu kamar yang sedikit terbuka. Ten berdecak gemas karena suaminya yang tidak juga memiliki keberanian untuk memulai pembicaraan dengan putra bungsu mereka.

"Tapi dia..."

"Gapapa, buruan. I know you love him, and we know he needs you. Jangan galak-galak makanya sama anak." dumalnya galak, tangannya diletakkan di kedua pinggangnya lalu melotot galak kepada pria yang lebih tua.

"Iya Chit iya." Dengusnya, lalu beranjak untuk mengetuk pintu kamar anaknya. Diiringi senyum penuh kemenangan dari pria yang lebih muda.

Omake 2 :

Haechanie 💕

Thankyou for everything we had.

Aku gak ngerti bentuk tanggung jawab kayak apa yang kamu tawarin, but I won't accept it.

Dan kalau kamu ngejadiin umur kita sebagai alesan kamu gak mau nikahin aku, kamu harusnya bisa mikir itu pas kamu nidurin aku.

Don't come near me or my baby, ever again.

So it's goodbye, I guess.

Kak Mark

Aku belum siap ngelepas karirku.

I'm sorry [ undelivered ]

Ini aku diblock? [ undelivered ]

Chan? [ undelivered ]

Babe? [ undelivered ]

Omake 3 :

"Hello baby sunflower. That's how my son calls you, right?" Johnny mengelus pelan perut anaknya yang masih belum terlalu besar, pandangannya melembut seiring dengan usapannya yang membuat Haechan semakin terlelap. "Jangan ngerepotin anak Papa ya, dia udah bawa kamu ke mana-mana. Kamu boleh ngerepotin Pa atau uncle Dery aja. We love you."

***

Whoopsie 😏😏😏

Aku udah nulis part ini sejak chap "Baby Bear" dan gak bisa gak mewek sendiri :"

Johnny oh Johnny! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang