Hilang

14.1K 2K 214
                                    

"PAPAAAAA ITU APA?" Haechan menepuk-nepuk heboh kepala Johnny yang menggendongnya di bahu, membuat pria tinggi itu sedikit kewalahan mengatur keseimbangannya.

"Itu namanya beruang, Kak." Jawab Ten, tangannya menepuk pelan pantat anaknya, mencoba menenangkannya yang terlalu banyak bergerak di gendongan Johnny. Haechan memang sangat antusias melihat berbagai jenis hewan yang ada di kebun binatang yang mereka kunjungi di hari libur sang ayah. Balita itu bahkan meminta untuk digendong di bahu Johnny, dengan alasan melihat hewan yang ada di kandang dengan lebih jelas.

"Kayak Papa." Celetuk Haechan tiba-tiba.

"Apanya?"

"Itu. Besal, kayak Papa." Jawabnya sambil menunjuk makhluk yang baru saja menggeliat malas di kandangnya, sambil sesekali menguap. Johnny tertawa mendengar kalimat anaknya yang menyamakannya dengan beruang madu yang baru saja mereka lewati kandangnya.

"Itu juga lucu. Kayak kak Malk." Tangan Haechan ganti menunjuk seekor bayi singa yang sedang mendusalkan tubuhnya ke arah induknya. Sedikit banyak mengingatkannya pada Mark yang begitu menempel pada Taeyong saat sedang sakit tempo hari. Johnny mengerjap bingung mendengar nama yang keluar dari bibir putranya.

"Mark, Pa." Jelas Ten ketika alis Johnny masih bertaut bingung, membuat ekspresi bingungnya segera berubah menjadi masam.

"Mark aja terus." Dengus Johnny. Pria itu lalu menurunkan Haechan dari bahunya, mulai merasa lelah dengan buntalan lemak di gendongannya yang semakin hari semakin berat.

"Kok tulun?"

"Papanya capek. Kakak jalan ya, nanti kalau udah capek, gantian digendong Mama." Meski menampilkan ekspresi tidak rela, Haechan tetap menuruti kalimat Ten lalu menggenggam tangan tangan kedua orang tuanya dan berjalan di antara mereka. Balita itu kembali berteriak antusias saat mereka tiba di depan kandang cheetah.

"Tu kayak Mama."

"Tadi katanya Mama kayak kangguru?" Pertanyaan Johnny membuat Haechan mengerjapkan matanya, bingung memilih hewan mana yang lebih mirip oleh mamanya.

"Sama aja. Cantik." Jawabnya sambil mengedikkan bahunya, membuat Ten tertawa karena begitu mudahnya anak mereka memujinya. Johnny lalu mencubit hidung Haechan gemas sebelum melanjutkan perjalanan mereka ke kandang hewan lain.

"Yang itu Kak, kayak kamu. Bulet." Johnny menundukkan pandangannya saat tidak mendengar reaksi apapun dari Haechan, dan terkejut karena mendapati balita itu sudah tidak ada di antaranya dan Ten. Ekspresi terkejut yang sama didapatinya dari pria di sampingnya, bahkan sudah hampir menangis ketika menyadari ketiadaan Haechan.

"John... " suara Ten pecah menjadi tangisan ketika mereka benar-benar tidak mendapati Haechan di dalam jarak pandang mereka. Johnny bahkan sudah menengok ke kanan dan ke kiri memastikan bahwa anaknya masih berada di sekitar mereka, yang akhirnya tidak menghasilkan apapun.

"Tenang ya Chit. Kita cari ke tempat yang tadi dulu." Ujar Johnny menenangkan, mencoba membawa Ten kembali menyusuri jalan yang tadi mereka lalui.

"Dia pasti bingung gak ada kita. Nangis." Johnny merangkul bahu Ten, mengusap lengannya perlahan untuk membantu pria itu menenangkan diri dari tangis.

"Iya, makanya ini kita cari ya. Pelan-pelan. Nanti sambil kita bilang ke bagian informasi." Suara Johnny terdengar lebih tenang daripada perasaannya. Sama khawatirnya dengan Ten, Johnny berusaha mati-matian untuk tidak menunjukkannya karena tidak ingin pria di pelukannya menjadi semakin panik.

Johnny beberapa kali membungkukkan tubuhnya sembari berterima kasih kepada sepasang suami istri yang menemukan Haechan dan menunggui balita itu hingga Johnny dan Ten tiba. Membuat pasangan itu lega setengah mati karena akhirnya menemukan anak mereka, yang masih berada di dekat kandang cheetah, tepat di tempat terakhir mereka berbicara.

"Kamu dari mana Kak?" Tanya Johnny begitu Haechan selesai melambaikan tangan kepada pasangan yang menemukannya dan baru saja berlalu meninggalkan mereka. Nada suaranya terdengar begitu lega karena anaknya ditemukan oleh orang yang baik.

"Mau pelmen, ada di sana. " jawabnya sambil menunjuk ke arah belakang Johnny, di mana ada beberapa tempat berjualan snack. Ten langsung menggendong Haechan, serta masih meloloskan tangisnya kelegaannya karena anaknya baik-baik saja.

"Kenapa gak bilang Mama atau Papa?"

"Udah bilang." Balasnya tidak terima. "Papa Mama jalan telus." Haechan mengerucutkan bibirnya kesal. Johnny menyadari bahwa sebelumnya memang dia dan Ten sempat cukup mengabaikan keberadaan Haechan, terbukti dari keduanya yang sempat tidak menggandeng Haechan dan berakibat dengan mereka kehilangan anak mereka selama sesaat.

"Okey, Papa minta maaf. Tapi lain kali jangan sembarangan berhenti ya." Haechan mengangguk menjawab kalimat ayahnya. Johnny lalu mengalihkan perhatiannya kepada Ten yang memeluk erat balita di gendongannya. "Jangan kenceng-kenceng, Chitta. Kasian anaknya gak bisa napas nanti." Ujarnya memperingatkan pria yang masih bersimbah air mata. Khawatir setengah mati karena hampir kehilangan buah hatinya, dan bahkan tidak sanggup berkata-kata meski Haechan sudah berada di pelukannya.

"Maafin Haechanie ya Mama. Jangan menangis lagi." Kedua tangan balita itu menangkup pipi Ten lalu mencium bibir pria itu sekilas.

***


As requested from saspvt99 & koreandollarsign

Pengen bikin chapter yang gak uwu2 ahhh 👉👈

Johnny oh Johnny! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang