Curiga

11.1K 1.6K 36
                                    

Ten memicingkan matanya curiga ke arah anak bungsunya yang sibuk tersenyum di depan ponselnya. Hal yang selalu terjadi beberapa waktu belakangan, membuatnya sering tidak fokus jika diajak bicara.

"Hei Seo Donghyuck. Ditanyain papamu tuh." Tegur Ten ketika pertanyaan Johnny diabaikan oleh Haechan. Pria tinggi itu menaikkan alisnya ke arah anak bungsunya yang hanya menatapnya bingung.

"Mau ke rumah Oma kapan? Biar bisa beli tiket." Hendery mengulangi kalimat tanya Johnny kepada adiknya. Keluarga mereka memang berencana untuk menghabiskan liburan tahun baru mereka di kampung halaman sang mama.

"Ngapain ke rumah Oma?"

"Biasanya kan kita emang taun baruan di sana." Balas Hendery lagi, heran dengan kalimat tanya adiknya, padahal hampir setiap tahun mereka pergi mengunjungi sang oma. Entah orang tua Johnny, maupun orangtua Ten.

"Boleh gak sih sekali-sekali kita gak taun baruan di sana?" Pertanyaan Haechan langsung membuat Johnny dan Ten menatapnya heran.

"Emang kamu mau ke mana? Tumben amat gak mau ke Thailand."

"Kamu udah punya pacar ya?" Tembak Ten langsung. Pria itu memang sudah curiga ketika beberapa kali, sering, mendapati Haechan terkikik geli ketika sedang melihat ponselnys. Khas orang yang sedang kasmaran.

"Nanyaaaaa doang Maaaa, Paaaa. Sensi amat sih." Balasnya, mengelak dari kewajiban menjawab pertanyaan mamanya. Haechan melirik papanya yang tidak berekspresi seperti yang dikiranya.

"Punya pacar juga gapapa. Yang penting tau batasnya, kan kamu juga udah gede. Dulu Papa deket sama mama juga seumuran kamu kok." Haechan sudah hampir tersenyum lebar mendengar lampu hijau dari papanya sebelum pria itu melanjutkan kalimatnya. "Ajak aja ke rumah, Papa kan juga mau ketemu."

"Yahhhh susah dong." Keluhnya pelan yang hanya bisa didengar mamanya. Meski kontrak sang mama sebagai pelatih koreo Mark sudah habis, Haechan memang masih konsisten bertukar pesan dengan Mark, bahkan terkadang pria itu nengajaknya melakukan panggilan video di tengah-tengah kesibukannya. Tapi tentu saja Haechan tidak berani mengajaknya untuk ke rumah.

"Oh sama Mark ya?" Tanya Ten yang disambut anggukan Haechan.

"Jadinya mau berangkat kapan nih, mohon maaf? Biar bisa sekalian beli tiketnya." Sela Hendery menyadarkan mereka pada topik awal yang sedang mereka bicarakan.

"Emang gak kayak biasa? Kalau Papa Mama udah libur, ambil aja sebelum natal. Biar sekalian liburannya lama." Usul Haechan sambil memperhatikan papanya setelah, yang ternyata masih tidak menunjukkan tanda-tanda akan memperpanjang kecurigaannya. Membuatnya bingung harus senang atau khawatir.

"Papa udah libur, Mama?"

"Udah. Cari tiket tanggal 22 aja Der." Ten memerintahkan anaknya untuk memesan tiket tiga hari sebelum natal. Perhatiannya lalu teralih kepada anak bungsunya yang sudah menatap ponselnya sambil mengerucutkan bibirnya. "Gak usah sok sedih. Dia juga pasti bakal sibuk kerja sampe taun baru."

"Iyaaaaa Mama. Kan juga bukan pacar." Balasnya sambil memasang senyum manisnya, lalu mengunci ponselnya sebelum kembali terpergok papanya.

***

Johnny oh Johnny! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang