Clingy

12.1K 1.5K 181
                                    

"Papa mau ke mana?" tanya Haechan ke arah Johnny yang sibuk menyeruput kopinya. Biasanya sepagi itu Johnny sudah berpakaian rapi untuk mengantarnya dan Hendery ke sekolah, lalu berangkat ke kantor, bukannya hanya menggunakan pakaian kasual seperti saat ini. Haechan lalu menempatkan tubuhnya di belakang kursi papanya dan memeluknya dari belakang, merebahkan kepalanya di bahu lebar pria itu.

"Mau ke Jepang. Ikut gak?" ujarnya menawarkan kepada sosok yang selalu sakit jika ditinggalkannya lebih dari tiga hari itu. Meski Johnny tahu anaknya baru saja menjadi siswa tingkat dua di sekolah menengah atas.

"Ke Jepang mulu perasaan."

"Ya kan project di sana belum selesai, jadi masih bolak balik ke sana." Johnny mengusak rambut sosok orang berpenampilan sama seperti dirinya, masih menggunakan kaos, bahkan belum mandi dan sudah bergabung dengan mereka untuk sarapan. Heran karena anak bungsunya itu belum bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, berbanding terbalik dengan kakaknya yang sudah berseragam rapi untuk berangkat ke sekolah.

"Ada-ada aja Papa nih, udah beli tiket siap berangkat, baru ngajak anaknya. Jangan sok sultan ya Pa." potongnya cepat sebelum Johnny membalasnya dengan alasan bisa menukarkan tiketnya menjadi tiket untuk dua orang, alasan yang biasanya digunakan untuk membujuknya ikut perjalanan dinas pria itu. Ten lalu menempelkan tangannya di dahi anak bungsunya yang tidak biasanya menggelendot di tubuh papanya.

"Sakit kamu?" tanya Ten, mendapati tubuh anaknya sedikit hangat. Haechan mengangguk mengiyakan pertanyaan mamanya.

"Kecapekan."

"Sombong banget, baru juga sebulan jadi anak kelas 2. udah kayak kegiatannya banyak banget aja."

"Kamu belum ditinggal, udah sakit aja." komentar Ten membuat kedua anaknya terpaksa menghentikan pertengkaran mereka. Haechan lalu melepaskan pelukannya dan beralih untuk duduk di sebelah kakaknya, membawa kursinya mendekat ke arah pria yang lebih tua.

"Kakak udah jadi bilang Mama?" tanyanya, ganti menempel kepada pria yang menatapnya heran karena adiknya itu sekarang setengah memeluknya, menyandarkan tubuhnya ke arahnya.

"Belum. Gak berani."

"Sama." Haechan mengangguk-angguk menyetujui kalimat yang lebih tua.

"Kalau gitu, jangan suka bikin yang aneh-aneh kamu tuh." jentikan jari Hendery mampir di dahi Haechan, membuat yang lebih muda mencebikkan bibirnya kesal.

"Ya kan enak." Hendery menangkup kedua pipi adiknya menggunakan satu tangan, melampiaskan kekesalannya karena kelakuan adiknya. Meski sudah tahu cerita sang adik, mereka berdua sama-sama sepakat untuk tidak bercerita kepada orang tua mereka. Untuk sementara waktu.

"Kamu gak berangkat nih berarti?" Johnny sudah berdiri di samping tempat duduknya, siap untuk mengantar anak sulungnya yang dijawab dengan anggukan kepala Haechan, membiarkan pria tinggi itu mengantarkan kakaknya. Kedua anaknya itu lalu menoleh ke arah papanya, dengan Hendery melepaskan pelukan adiknya, yang langsung menampilkan ekspresi cemberut tidak suka. Haechan lalu mengecup pipi papanya tepat setelah pria itu berpamitan kepada sang mama dan melambaikan tangannya kepada kedua pria yang baru saja keluar dari ruang makan.

"Sayang Mama." Haechan ganti memeluk mamanya yang sama belum beranjak dari ruang makan, membuat mereka duduk berhimpitan di kursi yang sama.

"Kamu habis bikin salah apalagi?" tanyanya heran, matanya memicing curiga ke arah sosok yang memeluknya erat hingga hampir tercekik karena tangan Haechan mengalung di sekitar lehernya.

"Nuduh mulu, aku bilang doang ih." gerutunya sewot yang langsung disambut tawa pria di sampingnya itu. "You will love me no matter what, right?"

"Kan, beneran habis bikin salah kan kamu? Ngaku gak?" hardiknya main-main dengan tangan mencubit hidung anak bungsunya, tawa keduanya menggema di seluruh ruangan.

"Mamaaaaaaaa ih."

***

Pengen bikin side story-nya markhyuck ih.

Kalau gak mager.

Kalau responnya bagus hshshshs





Gak nemu yang emak bapak Seo :(

Johnny oh Johnny! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang