Birthday's Gift

16.4K 2.2K 211
                                    

"Make a wish, Ma!" Ten tertawa saat melihat kue ulang tahun yang dihadapkan kepadanya. Dirinya baru saja bangun tidur dan sudah disuguhi kejutan suami dan anaknya yang sudah bangun terlebih dahulu. Membuatnya bertanya-tanya jam berapa pria tinggi di hadapannya itu bangun dan mempersiapkan kejutan untuknya. Ten lalu menuruti permintaan Johnny dan meniup lilin yang terpasang di kue ulang tahunnya setelah mengucapkan permintaannya di dalam hati.

"Ma... Ma." Ten menoleh ke arah putranya yang menepuk-nepuk lengannya untuk menarik perhatian. "Ma... Kak?"

"Hari ini gak ketemu dulu Chan. Besok ya." jawaban Ten langsung diikuti wajah cemberut sang bayi karena permintaannya yang tidak dipenuhi. Nama panggilan Donghyuck memang berubah sejak bayi yang sering dibawa ke studio itu diberi nama panggilan oleh Joy dan Seulgi, yang bersikeras mempunyai nama panggilan yang lebih cocok untuk bayi yang banyak tertawa dan menularkan tawa yang sama ke orang-orang di sekitarnya. Nama Haechan akhirnya populer di antara anak-anak didiknya dan membuatnya dipanggil dengan cara yang sama oleh Ten dan Johnny.

"Apaan?" tanya Johnny curiga ketika Haechan mengucapkan kata lain lagi.

"Minta ketemu gerombolan anak-anak di studio kayaknya. Sering banget diajakin main sama Jiwoo Somin kan, seneng dia. Apalagi kalau udah digendong Somin, gak berhenti ketawa dia." jelas Ten, mengingat-ingat pertemuan terakhirnya sebelum anaknya sakit. Di mana, seperti biasa, Haechan menjadi rebutan anak-anak didiknya dan hari itu menjadi hari keberuntungan Somin, karena untuk pertama kalinya Haechan mau digendong. Biasanya bayinya itu hanya mau merangkak ke sana ke mari sambil diajak bercanda oleh kumpulan anak-anaknya. Ten lalu mengelus surai lembut putranya yang sudah berguling di ranjang, kesal karena hari ini mamanya tidak memiliki jadwal mengajar sehingga dirinya tidak bertemu dengan anak didik mamanya. Mengerti mood anaknya yang berubah, Ten menggendong Haechan dan membawanya keluar dari kamar untuk diajaknya sarapan. Benar saja, sepuluh menit kemudian, ekspresi cemberut Haechan berubah menjadi senyum lebar begitu melihat makanan di hadapannya.

"Ma... Mam." serunya heboh sambil menggeliatkan tubuhnya yang berada di baby chair, melihat mamanya menyiapkan sarapan untuknya. Ten mengulurkan mangkuk berisi makanan milik Haechan ke arah Johnny yang sudah duduk di sebelah baby chair anaknya.

"Sama Papa dulu ya mbulnya Mama, mamanya mules nih." Ten mencubit pipi anaknya sekilas yang tidak ambil peduli padanya, selama makanannya terjamin dengan baik. "Kamu juga jangan lupa sarapan Pa."

Johnny menganggukkan kepalanya, melanjutkan kegiatannya menyuapi sang anak.

"Chan... Chan, Haechan... Haechan." panggil Johnny, membuat bayinya menatapnya dengan mata bulatnya.

"Ma... Ma... Mam." oceh Haechan menjawab panggilan papanya. Tangannya bergerak heboh meminta pria di hadapannya segera menyuapinya.

"Haechan, say Papa."

"Ma... Ma."

"Say Papa, Chan." Johnny tidak menyerah demi mendengar anaknya memanggilnya. Meski sebenarnya bayi berusia hampir sembilan bulan biasanya belum bisa bicara, Johnny sedikit cemburu karena Haechan sudah bisa memanggil Ten meski hanya satu suku kata.

"Mama." Haechan kembali membalas dengan keras kepala

"It's Papa."

"MAMAAAAAAA!" teriak Haechan tidak terima, pipinya menggembung kesal.

"What the fuck!" Johnny langsung menepuk mulutnya keras karena kalimat yang tidak disengajanya. Tidak lama berselang, tepukan ringan diterimanya di bahu, saat Ten selesai dengan urusannya dan kembali bergabung dengan mereka.

"Siniin Babe." Ten meminta makanan Haechan, supaya dirinya yang melanjutkan menyuapi sang anak dan Johnny bisa ikut sarapan. Johnny menyerahkan makanan anaknya yang masih tersisa separuh kepada Ten, sambil berharap pria itu tidak mendengar obrolannya dengan Haechan beberapa saat lalu. "Haechan, aaaa"

"Nyam nyam...." Johnny menghela napas lega saat Ten tidak membahas apapun, membuatnya yakin bahwa pria itu tidak sempat mendengar kalimat yang tidak sengaja diucapkannya di hadapan Haechan.

"Enak gak?"

"Wat de fak." jawaban Haechan membuat dua pria dewasa di sana melotot dengan alasan yang berbeda.

"Diajari siapa kamu?" Ten langsung melirik ke arah Johnny yang sudah kembali pura-pura menghabiskan makanannya dengan tenang.

"Papa!"

"JOHNNNNNYYYY!" Teriakan Ten membahana di seluruh ruang makan berbarengan dengan tawa renyah bayi mereka.

***

P.s : supaya gak bingung sama timeline-nya, ini disesuaikan sama real life ya. Jadi Ten ulang tahun di februari dan Hyuck tetep kelahiran Juni.

P.s.s : Makasih banyak-banyak buat komen di chap sebelum dari sebelumnya, karena memberikanku ide untuk mengompori Johnny bahwa panggilan Ma itu buat Mark, bukan buat Mama wkwkwkwkkw

Johnny oh Johnny! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang