Tidur

13.1K 2K 272
                                    

"Mau ngomong apa?" Tembak Ten langsung begitu mereka sudah berdua di dalam kamar. Johnny menghela napasnya sebelum menangkup kedua pipi Ten dan mencium hidungnya cepat. Gemas karena pria mungilnya itu begitu tidak sabaran.

"Bentaaaaar, baru juga selesai mandi. Kamu pake sheet mask dulu aja sana, biar cantiknya gak ilang."

"Mengalihkan pembicaraan. Kebiasaan." Rutuknya dengan wajah memerah karena gombalan suaminya. Menuruti permintaan yang lebih tua, Ten lalu beranjak ke ranjang, merebahkan diri, yang diikuti oleh suaminya. Tangan besarnya melingkar di pinggang Ten, lalu membenamkan wajahnya di perut pria itu. "Kamu inget Kak Junmyeon gak?"

"Sepupu kamu itu kan? Kenapa dia?"

"Kemarin Mama baru kasih kabar kalau dia kecelakaan. Dan gak selamat." Jawabnya dengan nada yang sedikit bergetar. Kepulangan sang ibu beberapa hari sebelumnya, ternyata membawa kabar duka untuknya. Juga penyesalan karena tidak mengetahui kabar itu lebih cepat.

"Are you okay?" Tanyanya dengan nada khawatir, tahu benar bagaimana suaminya itu cukup dekat dengan sosok yang disebutnya itu. Bahkan meski pada akhirnya mereka terpisah jarak karena Junmyeon yang memilih bertahan di Chicago setelah pernikahannya.

"I don't know?" Keraguan menyelimuti kalimat Johnny yang akan kembali menyahuti Ten. "Babe?"

"Hmmm?"

"Anaknya Kak Junmyeon masih kecil."

"O... Ke? Terus? Jangan pake kode dong John, akunya gak paham." Protesnya saat tidak paham dengan maksud pembicaraan suaminya.

"Can't we adopt him?"

"Oh."

"It's okay kalau kamu gak mau. Cuma ide random aja kok." Ucapnya cepat, takut jika pria itu salah mengartikan maksud perkataannya. Matanya menatap Ten, mencoba menebak suasana hati pria itu lewat ekspresi yang ada.

"Memangnya boleh sama mamanya Kak Jumnyeon?" Tanyanya lagi setelah terdiam beberapa menit.

"Tante Kim sih udah ngobrol sama Mama, katanya gapapa. Daripada di sana gak ada yang ngurus."

"Pelmisiiii." Suara cempreng Haechan diikuti dengan suara ketukan di pintu menginterupsi obrolan dua pria dewasa itu. Johnny lalu beranjak untuk membukakan pintu bagi anaknya. Mendapati balita itu berdiri di depan pintu sembari memeluk boneka yang berukuran hampir sama dengan tubuhnya.

"Ngapain kamu?"

"Mau tidul sini." Jawabnya sambil memamerkan senyumnya. Haechan lalu melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar orang tuanya dengan Johnny mengikuti di belakangnya. Pria tinggi itu segera berbaring begitu tiba di kasurnya.

"Papa minggil dulu, Haechanie mau bobok sama Mama." Tangan mungil Haechan memberi isyarat kepada papanya untuk menyingkir. Balita itu lalu berusaha untuk naik ke ranjang orang tuanya. Ten tertawa melihat Johnny menuruti kata-kata anaknya dengan muka tidak rela. Haechan lalu memposisikan tubuhnya di sela kedua orang tuanya.

"Kamu tuh ganggu Mama sama Papa pacaran, tau gak?"

"Pokoknya Papa jangan ganggu Haechanie ya. Haechanie mau tidul sama Mama." ancamnya saat melihat Johnny akan mendekati Ten.

"Kamu kenapa sih Chan?" Tanya Ten heran karena anaknya begitu menempel kepadanya.

"Sayang aja sama Mama." Balasnya sambil mengedikkan bahunya tidak peduli. Tangannya lalu dilingkarkan di leher mamanya, membuatnya sedikit tercekik karena gerakan anaknya. Johnny mendengus, jarinya menusuk-nusuk perut anaknya, mencoba cari perhatian.

"Sayang Papa gak?"

"Sayang Papa juga." Senyuman langsung tercetak di wajah pria tinggi yang langsung ikut memeluk Ten dan Haechan. "Tapi lebih sayang Mama. Papa minggil dulu dong, sempittttt Papa." Rengeknya kesal karena pelukan Papanya membuatnya sesak. Mencibir, tangan Johnny lalu mengusapi pucuk kepala anaknya, berusaha membuat balita itu segera tertidur.

***

Akhirnya sampe juga
di chapter ini 🎉🎉🎉

P.s : maaf Suho, aku tetep sayang kamu kok *muah*

Johnny oh Johnny! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang