Bertemu

11.4K 1.6K 160
                                    

"Papa, hari ini aku gak usah dijemput ya." Pamit Haechan tepat setelah turun dari mobil, berbicara kepada papanya dari samping jendela pengemudi.

"Emang mau ke mana?" Dua pasang mata langsung menoleh ke arahnya. Haechan hampir memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan dari Johnny dan Hendery. Kakaknya bahkan hampir saja menabraknya karena bergegas turun dari mobil begitu mendengar permintaan ijin adiknya.

"Mau ngerjain tugas kelompok lah."

"Gak di rumah Jaemin?"

"Temenku gak cuma Jaemin, Paaaaaa." Bantahnya cemberut sambil mengerucutkan bibirnya, kesal karena Johnny tidak juga segera memberikan ijinnya. Belum lagi sorot mata curiga Hendery kepadanya. Padahal meminta ijin sang Mama rasanya tidak sesulit ini.

"Ya udah, jangan pulang malem-malem yang penting." jawab Johnny, memutuskan memberi kesempatan anaknya untuk pergi mengerjakan tugas kelompoknya, meskipun sedikit heran karena tidak biasanya anak bungsunya itu tidak satu kelompok dengan Jaemin.

"Nanti Kakak jemput aja berarti." Senyum Haechan langsung luntur, berubah menjadi kepanikan ketika tahu kakaknya menawarkan diri untuk menjemputnya.

"Gaakkkkk usah, nanti ngerepotin. Aku pulang naik bus gak papa." balasnya buru-buru, memasang senyum manisnya agar pria di hadapannya tidak curiga. Yang hampir saja gagal jika Johnny tidak menengahi pertengkaran kedua anaknya itu. Haechan lalu mengecup pipi sang ayah, sembari berteriak pamit dan berlari masuk ke dalam sekolah, menarik tangan Hendery sebelum bel berbunyi.

Siangnya Haechan buru-buru keluar dari kelasnya, begitu bel berdering, melarikan diri sebelum kelas kakaknya berakhir dan mendapati dengan siapa dirinya akan pergi.

"Ngapain sih buru-buru? Gak bareng aja keluar dari kelas." gerutu pria berkulit putih itu saat melihat Haechan sudah berada di depan gerbang sekolah, tersenyum lebar menunggunya.

"Kamu nyamper pacar kamu dulu soalnya. Lama." Balasnya cepat. Mereka lalu menunggu jemputan dari ayah Jeno, untuk membawa mereka ke rumah temannya itu.

"MAMIIII, KAKAK MAU MESUM NIH." teriak Jeno, mengadukan kakaknya yang sudah akan mencium kekasihnya begitu mereka tiba di rumah. Mereka baru saja berjalan masuk ke dalam rumah, ketika sambutan Mark berupa rencana untuk memeluk kekasihnya justru diteriaki sang adik. Membuatnya terpaksa mengurungkan niatnya karena tawa sang ayah, yang langsung berlalu meninggalkan sepasang kekasih yang baru bertemu setelah sekian lama. Haechan lalu menepuk-nepuk muka cemberut pria itu.

"Sini, gak usah ngambek sama Jeno. " Haechan menarik tangan Mark, yang menurut dan langsung mengikuti kemauan sang kekasih, membawa pria itu untuk duduk di sofa. Mark bahkan melingkarkan tangannya di pinggang Haechan dan membenamkan wajahnya di bahu sang kekasih, yang langsung menggeliatkan tubuhnya, mencoba melepaskan diri.

"Diem dulu. Aku mau recharge." paksanya ketika tubuh di dalam tubuhnya berusaha memisahkan pelukan mereka. Haechan mengerucutkan bibirnya, tapi tetap menyetujui permintaan kekasihnya yang baru saja kembali dari jadwal padatnya. Mereka memang berjanji untuk bertemu di rumah karena Mark memberitahu bahwa dia memiliki waktu libur dua hari setelah kembali dari Toronto, yang bisa dimanfaatkannya untuk pulang sejenak.

"Capek?" Haechan mengelus pipi Mark yang terasa agak kasar karena bulu-bulu halus yang sepertinya belum sempat dicukur oleh pria itu. Mark lalu mengangguk-anggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Haechan.

"Banget. Tapi udah ilang karena udah ketemu kamu."

"Mulutnya." Balas Haechan dengan muka memerah, membiarkan Mark bergelung memeluknya. Kedua kaki pria melingkar di perut Haechan dengan wajah yang ditempatkan di bahu kekasihnya.

"Tadi pamit gak?" tanyanya dengan suara yang sedikit teredam, membuat Haechan sedikit bergidik geli karena posisi Mark membuat napas Mark berhembus di lehernya.

"Bilang kok. Aku pamit ke Mama kalau mau ketemu pacar."

"Ke Papa?" tanyanya lagi, curiga ketika kekasihnya hanya menyebutkan sang Mama di dalam kalimatnya.

"Kerja kelompok di rumah temen." Haechan tertawa ketika Mark cemberut menanggapinya, tidak terima dengan ketidakjujuran kekasihnya. "Jeno kan temenku, jadi aku gak bohong."

"Nanti aku pasti ditinggal kamu sama Jeno. Aduuuh, Mami. Sakit." rengek Mark ketika telinganya dijewer oleh sosok yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

"Pacarnya dateng bukannya diajakin makan, malah ditempelin, diajak mojok. Kebiasaan kamu." Omelnya panjang pendek melihat posisi anak sulungnya dengan kekasihnya yang dipaksanya diam di dalam pelukannya.

"MAMIIII PACARKU MAU DIBAWA KE MANA?" Teriaknya karena Haechan, yang justru tertawa geli, dibawa pergi dari sisinya oleh Taeyong. Membuat Mark buru-buru mengekori sang ibu sebelum Haechan dikuasai oleh keluarganya.

***

Ada yang nungguin gak? hshshs



Sebuah visualisasi Mark sama Haechan pacaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah visualisasi Mark sama Haechan pacaran

Johnny oh Johnny! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang