Gede

8.6K 1K 12
                                    

"Jelek" ejek Hendery kepada sosok manis yang ada di hadapannya, terlihat luar biasa dan sama bahagianya dengan dirinya. Menghabiskan hampir seharian berada di pernikahan putranya, ternyata tidak melunturkan sedikitpun cahaya kebahagiaan di wajah Ten. Pria itu masih terlihat segar dan memamerkan senyum lebarnya ke setiap tamu yang hadir di pernikahan putra sulungnya.

"Hahaha." Bukannya tersinggung, Ten justru melepaskan tawanya. Tangannya masih setia berada di pundak putra sulungnya, seiring dengan langkah kaki mereka seirama dengan musik yang mengalun di belakang mereka.

"Jangan nangis."

"Mama enggak nangis ya, adek kamu tuh." Jemari lentik Ten menunjuk ke kejauhan, ke arah sosok yang terlihat memeluk erat dan membenamkan separuh wajahnya ke pelukan suaminya, tidak peduli dengan pandangan orang yang menatapnya ingin tahu. Hendery tertawa tanpa suara saat melihat adik iparnya sibuk menepuk-nepuk punggung suaminya sembari menenangkan Haechan yang sesenggukan, membiarkan kedua putra mereka diamankan oleh sang kakek. Meski kebingungan, Jisung dan Chenle menurut ketika dibawa Johnny untuk berkeliling dan bertemu dengan kolega yang berstatus sebagai tamu pernikahan Hendery sore itu. Hendery lalu menyudahi pembicaraannya dengan sang mama dan membawa langkah kakinya menuju sang adik. Tangannya sempat mengambil satu gelas minuman untuk diberikannya kepada sang adik. Juga memberi isyarat kepada suaminya, yang berdiri di kejauhan, untuk mengikutinya menghampiri Haechan.

"Cengeng." Haechan melengos ketika mendengar ada suara yang mengatainya, lalu mencoba menghindari tatapan mereka bertemu dengan menyembunyikan wajah memerahnya di leher Mark. Pria itu menggunakan punggung tangannya untuk menghapus air mata yang masih mengalir deras membasahi pipinya. Hendery tertawa sembari mencubit pipi sang adik, membuatnya dihadiahi tepukan di lengannya dari sosok yang  ikut bergabung dengannya.

"Biarin. Aku tuh seneng, tau gak? SENENG. Kakak akhirnya nikah sama Yangyang." Seru Haechan di tengah cegukannya akibat terlalu banyak menangis. Dua sosok yang baru saja mengucapkan janji suci mereka hanya bisa tertawa ketika Haechan kemudian memeluk Yangyang dengan erat. Belum lagi ada dua makhluk lain yang sudah ikut menempel sama eratnya di paha Hendery, memeluknya dengan wajah sedikit memerah. 

"Ya jangan nangis, kan kakak gak ke mana-mana."

"IYAA. INI UDAH ENGGAK NANGIS." balasnya galak, sedikit menggigit bibirnya supaya mengurangi cegukannya. Haechan lalu kembali berteriak saat jari kakaknya mencubit hidungnya, membuatnya semakin kesulitan mengatur napasnya. Hendery lalu mengulurkan gelas yang ada di tangannya kepada sang adik, membantunya menghilangkan cegukan pria yang lebih muda setahun darinya itu.

"Masih sedih karena Uncle Dery menikah?" Yangyang berjongkok di hadapan dua sosok berukunran separuh dirinya yang balik menatapnya, membiarkan dua kakak beradik di sebelahnya sibuk beradu pendapat.

"Tidak. Kalau dengan Uncle Yangyang tidak apa-apa, Lele sama Icung suka sama uncle Yangyang, tidak seram seperti tante yang dulu itu." Yangyang tidak bisa tidak tertawa mendengar jawaban jujur Chenle. Dirinya memang sempat mendengar cerita dari Hendery mengenai bagaimana kekasihnya kala itu digoda oleh wanita-wanita secara terang-terangan dan justru dihadang oleh dua bocah mungil itu. Leher pria itu kemudian sedikit tercekik saat sepasang tangan kecil dari si kembar berpindah untuk mengalung padanya. Beruntung keseimbangannya cukup bagus sehingga dirinya tidak terjatuh ke belakang. Tangannya lalu menepuk-nepuk singkat dua punggung mungil yang memeluknya erat.

"Uncle Yangyang tidak boleh nakal sama Uncle Dery ya, atau nanti Jisung marah." Ancaman Jisung kembali menerbitkan tawa Yangyang. Terutama karena bocah yang sudah melepaskan pelukannya itu mengerutkan alisnya, seakan serius dengan kata-katanya. Yangyang lalu mengangguk-anggukkan kepalanya singkat sebagai jawaban kalimat Jisung.

"Sok gede kamu." Cibir Ten mendengar kalimat cucunya yang tidak sesuai ekspresi lucunya.

"Jisung emang udah gede Omaaaa." Bantahnya tidak terima dengan kalimat Ten kepada, menghasilkan tawa lima orang dewasa yang mendengarnya.

***

Johnny oh Johnny! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang