Ikut

15.9K 2.1K 157
                                    

"Haechanie mau ikut Mama atau Papa?" langkah tertatih Haechan langsung terhenti begitu mendengar pertanyaan Johnny. Bayi yang baru senang-senangnya berjalan itu menatap mamanya bingung, terutama karena tas besar yang tersampir di pundak mamanya. Ten sudah mendandani Haechan dengan rapi, dan membiarkan anaknya itu memilih akan ikut siapa hari itu.

"Ma?" Bocah di hadapan mereka hanya bisa memiringkan kepalanya, bingung memilih antara kedua orangtuanya.

"Bingung nih anak pasti. Bentar John." Ten lalu berjongkok di hadapan anaknya yang masih terdiam menatapnya bingung, mensejajarkan posisi pandangannya dengan Haechan sebelum mengajaknya bicara. "Papa sama Mama mau berangkat kerja. Biasanya kan kamu ikut Mama, tapi karna sekarang kamu udah gede, kamu boleh ikut Mama atau Papa."

"Dia baru ulang taun yang pertama kemaren Chit, gede dari mana?" Johnny mengeluhkan penjelasan Ten kepada Haechan. Anak mereka bahkan baru saja bisa berjalan dan belum lancar berbicara, tapi Ten sudah bersikap seolah anak mereka akan berangkat ke sekolah.

"Jadi Chan, anak gembulnya Mama, mau ikut Mama," Ten menunjuk dirinya, "atau ikut Papa?" jari Ten ganti menunjuk pria tinggi menjulang yang berdiri di hadapan mereka. Haechan menolehkan kepalanya, sebelum mengarahkan jari telunjuknya ke arah Johnny, memberi isyarat bahwa dia ingin ikut sang papa.

"Ikut Papa?" tanya Johnny, yang diangguki oleh Haechan cepat. "Papa?" Haechan mengangguk lagi untuk menjawab pertanyaan Johnny. "Papa, Chan?"

"Udahlah John, terima aja dia belum mau ngomong Papa." balas Ten, menahan tawanya karena semua usaha Johnny untuk membuat Haechan memanggilnya hanya berakhir dengan anggukan atau gelengan bayi itu. Tas berisi perlengkapan Haechan berpindah kepemilikan dari Ten, dengan Johnny langsung menggendong Haechan, bersiap membawanya ke kantor. Ten menepuk-nepuk pundak suaminya memberi semangat sebelum mencium pipi anaknya.

Johnny mengetik laporannya sambil sesekali melirik ke arah Haechan yang sedari tadi tidak bisa diam, berjalan mengitari ruangannya sambil memegang benda-benda yang berada di sana. Setelah merasa terlalu lelah, Haechan lalu menghampiri Johnny dan menyenderkan tubuhnya di paha sang ayah, yang langsung mengusap rambutnya perlahan.

"Kenapa?" Tanya Johnny yang sudah berhenti mengerjakan laporannya, perhatiannya tertuju sepenuhnya ke arah bayi yang menempelkan pipinya ke betis sang ayah.

"Mu mam."

"Mau makan?" Haechan menganggukkan kepalanya bersemangat, berharap Johnny segera mengabulkan permintaannya. "Panggil Papa dulu."

"Mam... Mam Ma." Johnny mendesah lelah karena Haechan sama keras kepalanya, tidak mau memanggilnya dengan sebutan seharusnya, dan justru memanggil sang mama. Pria itu lalu menangkup wajah anaknya menggunakan kedua tangannya, membuat wajah bulat anaknya terlihat semakin bulat.

"Anak siapa sih kamu?"

"MAMA!"

"Untung kamu lucu lho Kak." Keluhnya karena Haechan yang tetap saja tidak mau memanggilnya. Johnny lalu segera berdiri untuk menuruti permintaan anaknya.

"Ehehehehe" Haechan terkekeh senang saat Johnny akhirnya beranjak untuk mengambilkannya camilan.

***

Chap depan mau bikin
bocil-bocil kumpul ah hihihihi

P.s : atau mau berhenti nulis fluff,
karena ini terlalu gemas dan
aku tidak kuat :"

Johnny oh Johnny! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang