#2 Sakit

761 86 3
                                    

(⚠️ ADA UNSUR SELF HARM. BUAT YANG SENSITIF, DI SKIP AJA BAGIAN ITU. DAN DILARANG MELAKUKAN SELFHARM. TETAP CINTA DIRI SENDIRI)

Adhara dan Cita merapihkan segala barang-barang nya yang berada diatas meja masing-masing.

"lo langsung balik?" Tanya Adhara pada Cita usai jam terakhir dihari ini usai.

Mereka berdua memang selalu mengambil mata kuliah dan jam yang sama, sengaja. Dan hari ini hanya ada 2 mata kuliah. Mata kuliah terakhir pun sudah usai saat ini, dijam 13:20.

"Iya, maaf gak bisa bareng. Gua harus ke cafe Bunda karena gak ada yang jaga disana. Apa lo mau ikut?" Tawar Cita.

Adhara menimang-nimang kemudian menggelengkan kepalanya.
"Gak deh, gua mau tidur." Cita lalu mengangguk.

Keduanya kemudian berjalan keluar kelas dengan beriringan.

"Hujan Dhar, udah lo ikut gua aja ke cafe. Mau pulang naik apa? Taksi? Lo harus kedepan dan gak mesti lewat. Ojek online? Mana ada yang mau nerima." Cita berucap yang disetujui Adhara didalam hatinya.

"Udah santai," ucap Adhara sambil senyum.

Saat sedang bingung memikirkan dengan apa Adhara pulang ke rumahnya, dua orang yang sangat mereka kenali pun lewat.

Cita sebenernya malas ingin meminta bantuan pada dua orang itu, tapi daripada Adhara kenapa-kenapa lebih baik mengesampingkan ego sementara.

"Bang Ares! Adhina!" Panggil Cita.

Adhara yang mendengar itu segera membulatkan matanya dengan sempurna. Cita benar-benar gila.

"Ya?" Tanya Ares.

"Kalian mau pulang?" Tanya Cita yang diangguki keduanya.

"Nah pas banget! Nih Adhara bareng. Serumah kan kalian, orang sodara kandung. Nih, titip ya jangan lecet." Ucapan Cita membuat Adhara menatapnya sebal.

"Tapi gua harus anter Adhina kerja kelompok dimall deket sini terus nunggu dia sampai kelar." Adhara tau, ucapan Ares itu bentuk penolakan secara halus kan?

"Nah iya, gak apa-apa Dhar?" Tanya Adhina pada Adhara.

Cita yang paham situasi pun berdecak dengan pelan.
"Gak jadi kak, saya lupa ada tugas kelompok juga sama Adhara. Dia sama saya aja," ucap Cita lalu menarik pergelangan tangan Adhara untuk menjauh dari sana.

Adhina hanya memandang kepergian keduanya dengan bingung. Sementara Ares hanya menampilkan wajah yang sulit diartikan.

"Aduh lepasin Cit, lo narik gua kayak sapi!" Keluh Adhara.

Saat dirasa sudah jauh dari posisi dua manusia yang malas disebutkan namanya oleh Cita, gadis itu pun melepaskan tangannya dari lengan Adhara.

"Sodara lo tuh bener deh minta digampar. Gua tau itu pasti penolakan secara halus. Udah lo jadi saudara gua aja sih Dhar," ujar Cita.

"Ngomel mulu lu. Udah sana berangkat ke cafe. Gua nanti minta tolong aja sama anak kelasan, santai sih." Ucapan Adhara membuat Cita terdiam.

"Bener?" Tanya Cita memastikan.

"Iya udah sana." Usir Adhara sambil mendorong tubuh Cita.

"Oke deh. Kalau ada apa-apa telfon ya?" Adhara mengangguk dengan ucapan sahabatnya itu.

Cita kemudian pergi meninggalkan Adhara dengan perasaan berat. Tapi, mau bagaimana lagi? Adhara tidak ingin ikut dia ke cafe.

Sepeninggal Cita, Adhara menatap langit yang seperti nya enggan memberhentikan deras airnya dalam waktu dekat.

Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang