#48 Sagara ya Sagara

509 58 0
                                    

Adhara telah meminjam kotak P3K dari pihak resepsionis untuk mengobati Sagara yang telah menunggu dikamar dia bersama dengan Cita, Janu, dan Nakula.

Kejadian tadi benar-benar membuat kepala Adhara pening. Bisa-bisanya Sagara tidak bisa menahan emosi dan langsung bertengkar dengan Ares. Belum lagi Adhina yang kabur entah kemana. Adhara hanya bisa berdoa adiknya itu tidak kenapa-kenapa.

Adhara memang terkadang geram dengan perilaku Adhina, tapi ia sayang pada adiknya itu. Adhara tidak ingin Adhina kenapa-kenapa.

Tak terasa, sibuk memikirkan kejadian yang belum lama terjadi, Adhara pun sampai di kamar milik nya.

Gadis itu duduk diatas kasur dimana ada Sagara yang juga tengah duduk disana.

"Kenapa sih gak bisa nahan emosi?" Tanya Adhara membuka suara.

"Ya kamu pikir aja? Janu sama Nakula jadi aku juga emosi, iya kan?" Balas Sagara pada Janu dan Nakula.

"Jujur gua iya sih emosi," balas Janu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kalau gua sih, akan bicara in baik-baik," balas Nakula. Cowok ini memang yang lebih tenang dibandingkan yang lain kalau urusan menghadapi masalah.

"Tuh kayak bang Nakula kenapa sih?" Adhara berucap dengan nada tinggi.

Cita yang lihat itu hanya tertawa. Adhara itu serem kalau udah marah sampai ngomel-ngomel, kayak ibu-ibu.

"Ogah banget kayak Nakula yang jomblo lumutan," sahut Sagara.

Adhara yang mendengar itu pun langsung memukul kepala Sagara.

"Bisa serius gak sih!"

"Mampus lu," ujar Nakula yang merasa menang.

"Sakit bi astaga." Keluh Sagara sambil mengelus kepalanya.

Adhara terus mengobati luka disudut bibir Sagara. Ia emosi tapi merasa tidak tega juga melihat Sagara yang sudah berjuang membela nya dan hubungan mereka sampai mendapatkan luka seperti ini.

"Lain kali tuh kalau ada masalah ngobrol baik-baik. Kamu fikir dengan emosi terus berantem masalah akan selesai? Liat sekarang? Cuma dapet bonyok aja kan sama hubungan makin runyam."

"Bener kata Adhara Kak." Cita menimpali.

"Ya kamu fikir aja sih apa aku bisa diem aja bi? Udah cukup kamu diem aja dari lama, ngalah demi keegoisan Adhina. Aku tau bi, kamu nahan semuanya sendirian. Aku denger pembicaraan kamu sama Cita yang bilang kalau kamu gak akan lepasin aku demi Adhina, aku ngerasa kayak.. kamu sebesar itu perasaan nya sama aku, aku juga akan tunjukkin." Penjelasan Sagara membuat Adhara geleng-geleng kepala lalu lagi-lagi memukul kepala Sagara.

"Yee anjing udah nguping, pamer dengan cara sok kece gini. Gak perlu lah yang lu sampe berantem jelek kayak tadi."

"Lu kenapa sih gak ngehargain usaha gua?" Tanya Sagara dengan wajah serius.

"Gua khawatir bego. Dan gak perlu lu kasih tau, gua juga udah tau perasaan lu sebesar apa ke gua. Lu kan bucin."

Ucapan Adhara membuat Sagara tersenyum konyol.

"Bocah gila malah senyum-senyum," sahut Janu.

"Agak geli, merinding." Nakula menambahi.

"Gak usah iri lu semua makhluk setengah iblis," balas Sagara pada Janu dan Nakula.

"Bangsat!" Balas Janu tidak terima.

Adhara lalu merapihkan obat-obatan yang ia gunakan untuk mengobati luka Sagara.

"Makasih bi." Sagara berucap.

"Hm sama-sama peyang."

"Ganti kenapa sih nama panggilan lu ke gua, gak kece banget." Sagara protes.

"Ya lu pikir nama panggilan lu ke gua kece? Impas lah anjing," balas Adhara.

"Ya babi kan lucu, kayak lu." Ucapan Sagara dibalas tatapan tajam Adhara.

"Bangsat lu!"

"I love you too,"ujar Sagara sambil tersenyum manis.

Janu, Nakula dan Cita hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua orang yang kasmaran dengan cara aneh itu.

Menurut mereka, Adhara sama Sagara itu pasangan gak jelas yang cara berpacaran nya aneh dan keliatan seperti orang yang tidak berpacaran malahan.

"Adhara, kok lu mau sama Sagara?" Tanya Nakula.

"Ya dari pada sama lu!" Balas Sagara.

"Anak anjing, lo anak anjing!" Balasan Nakula membuat Cita tertawa.

"Diem bego! Gua mau jawab." Adhara menutup mulut Sagara yang sibuk tertawa juga.

"Gua tuh apa , ya Bang kayak di hipnotis gitu tiba-tiba mau, asli gak sadar banget. Kayaknya dipelet gak sih?" Adhara menjawab dengan bercanda.

"Demi apa? Gua gak nyangka Sagara bisa pelet orang, di dukun mana lu Gar?" Janu ikut menimpali.

"Oh jadi caranya pake dukun, pantes mau." Nakula yang tadi memberikan pertanyaan pun ikut dalam drama.

Sagara yang mendengar semua itu pun melepaskan tangan Adhara dari mulutnya.

"Tangan kamu bau terasi," ujarnya.

"Kurang ajar lo! Ini bekas obatin bibir lu, berarti bibir lu bau terasi!"

"Bibir gua manis dan kenyal kayak yupi! Sok tau!" Balas Sagara.

"Mana ada! Bau kolam lele bibir lu," sahut Adhara.

"Sembarangan! Mau bukti?" Tantang Sagara dengan wajah mesumnya yang dibalas sentilan didahi oleh Adhara.

"Mesum bego," ujar nya.

Sementara itu Sagara mengusap dahinya yang sakit.

"Keseringan kekerasan dalam hubungan sama gua, gua laporin polisi mampus biar dipenjara terus bergaul lu disana, main UNO sama penjaga lapas!" Ucapan Sagara membuat Cita tertawa.

Sumpah ketika kalian berada dihari yang buruk terus berada bersama Adhara dan Sagara itu benar-benar menambah semangat. Dua pasangan itu sangat aneh tapi menghibur.

"Ini lu kenapa pada berantem sih? Gua jeburin ke laut ya lu pada!" Ujar Janu.

"Lagian rusuh nih Adhara. Gua mau pembelaan soal ucapan kalian yang bilang gua pakai pelet sampai Adhara mau sama gua," ucap Sagara.

"Pembelaan apaan? Awas aja gak jelas!" Ancam Adhara.

"Suka-suka gua dih. Jadi , Adhara itu mau sama gua karena gua pertama ganteng, kece, baik hati, suka menabung, dan kaya raya." Penuturan Sagara benar-benar seperti dugaan mereka. Gak jelas.

"Udahlah mending tidur gak sih? Udah malem," ucap Nakula.

"Nah bener." Cita menjentikan jari setuju.

"Yaudah gua balik ke kamar sama Janu. Ayo Gar! Jangan coba-coba modus melakukan tindakan yang menghasilkan Sagara dan Adhara junior datang ke dunia deh lu! Ayo!" Janu menyeret paksa Sagara agar ikut bersama dia dan Nakula.

"Ih seru banget ada Sagara dan Adhara junior." Sagara berucap dengan wajah yang dibuat-buat seperti berfikir dan membayangkan hal tersebut terjadi.

Adhara yang melihat itu dengan segera mendorong tubuh Sagara sampai cowok itu terjatuh didepan pintu kamarnya.

"Mesum dasar peyang! Gak mau ngobrol sama lu gua bodo amat!" Ujar nya lalu menutup pintu kamar dan menguncinya.

Sagara yang melihat itu hanya tertawa. Ia sangat suka menggoda Adhara. Wajah gadis itu yang memanas tadi membuktikan bahwa Adhara juga membayangkan kehadiran Sagara dan Adhara junior didunia.

Sagara hanya berharap waktu itu tiba. Waktu dimana dia bisa bertemu dengan Sagara dan Adhara junior.

Lagi-lagi manusia hanya berharap dan Tuhan yang menentukan.

To be continue...



Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang