#42 Bantu Adhina

438 59 8
                                    

Adhina melemparkan tas nya ke atas kasur dengan emosi yang memenuhi dirinya. Setelah penolakan Erlang atas kerja sama yang ia buat , dia pun memutuskan untuk langsung pulang dengan di jemput sang Kakak.

Saat ini, Adhina benar-benar bingung harus berbuat apa agar Sagara dan Adhara dapat berpisah.

"Gua harus apa..." Ujar Adhina sambil berjalan bolak-balik didalam kamarnya. Sesekali ia menggigit kuku-kuku jari untuk menghilangkan rasa bingung yang menyerangnya.

"Gua harus buat mereka berdua gak bersama."

"Kalau gua gak bisa dapetin Sagara, Adhara juga."

"Sagara milik gua."

Adhina berucap dengan ambisi nya. Ia benar-benar benci melihat Adhara menang kali ini. Ia tidak suka Adhara lebih unggul darinya.

Ia yang lebih dahulu mendekati dan mencintai Sagara, dan harusnya Sagara jadi milik dia, bukan Adhara.

"Cuma ada satu cara yang bisa gua lakuin," ucap Adhina dengan senyum penuh makna.

--
Sementara itu didepan gerbang rumah keluarga Dana, Adhara turun dari sebuah mobil yang sudah mengantarkan dia sampai selamat tanpa kurang satu apapun.

Kaca mobil tersebut diturunkan oleh sang pengemudi. Membuat cowok dengan senyum manis nya terlihat oleh Adhara.

"Balik sono, ngapain sih?" Ujar Adhara karena Sagara tidak langsung pergi.

"Mau liat lu bentar, kenapa sih pelit banget."

"Gak jelas lu, gua mau masuk." Adhara sudah bersiap ingin masuk ke dalam rumahnya, namun Sagara terus saja menahan dia dengan berbicara.

"Bentar kenapa sih. Kamu gak kangen ya sama aku?" Sagara berucap dengan wajah yang dibuat-buat sedih.

"Eh peyang! Kita tadi udah ketemu dan makan bareng, gak usah alay lu macam anak SD baru jadian."

"Gak bisa soft lu sama gua," balas Sagara dengan wajah yang ia buat-buat seakan dia sedang marah.

Adhara berdecak melihatnya. Gadis itu memasukan kepalanya melalui jendela dan menatap sang kekasih dengan intens.

"Gua gak akan ngulangin ucapan ini, jadi mending lu pasang bener-bener kuping lu yang jarang mendengarkan murotal itu." Adhara berucap namun Sagara tetap tidak bergeming dengan posisinya yang membuang wajah ke arah lain, pura-pura marah.

"Sagara, i love you more than you love me. Kamu tanya apa aku gak kangen kamu? Jawabannya salah. Aku selalu kangen kamu kayak aku kangen bubur ayam kantin. Walau kamu ngeselin kayak tukang fotocopy depan fakultas, kamu bawel kayak mpok julia penjual nasi rames kantin, dan kamu yang suka aneh kayak wifi perpustakaan."

Sagara menatap Adhara dengan intens dan tertawa. Kekasih nya memang selalu bisa membangun hal sederhana seperti ini. Ia semakin merasa beruntung memiliki Adhara dalam hidupnya.

"Aku udah rekam diem-diem. Nanti aku setel ah kalau kamu lagi mode macan," ucap Sagara sambil menunjukkan ponselnya.

"Sialan," balas Adhara. Ia lalu mengeluarkan kembali kepalanya dari  jendela mobil milik Sagara.

"Kamu bisa soft gitu juga," balas Sagara.

"Gua emang soft." Adhara menjawab dengan enteng.

"Ke gua aja!"

"Dih kok ngatur?" Tanya Adhara.

"Aku pacar kamu kan," balas Sagara.

"Udah tau, wlek! Aku bercanda doang."

Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang