Jam baru menunjukkan pukul 10 pagi, namun Sagara dan Adhara sudah ramai bertengkar disepanjang perjalanan mereka menuju unit apartemen milik Cita. Cita yang mendengar itu semua hanya bisa diam dan sesekali tertawa ketika mendengar pembicaraan keduanya yang aneh.
Mereka semua memang memutuskan untuk pulang dari liburan singkat mereka karena masalah keributan antara Sagara dan Adhara semalam.
Dan Sagara juga yang meminta Adhara untuk pulang ke apartemen Cita , bukan rumah gadis itu. Sagara hanya tidak ingin Adhara nantinya diperlakukan yang aneh-aneh dengan Adhina dan Ares.
Membicarakan Adhina, mereka semua tidak tau keadaan gadis itu.
"Kenapa sih gak mau nurut? Dibilangin juga kamu disini aja bi, babi." Sagara terus berucap hal yang sama dari mereka masih dipantai sampai disini. Adhara terus saja memang menolak untuk pulang ke apartemen Cita, dia ingin pulang ke rumahnya.
"Ya emang kenapa sih kalau gua mau pulang kerumah? Repot banget lu peyang."
"Gua takut lu kenapa-kenapa. Yaudah terserah kalau lu gak mau, gua capek banget paksa lu. Sekarang terserah maunya gimana," sahut Sagara dengan nada lembut lalu bersandar di sofa yang ada didalam apartemen milik Cita.
Cita yang berada di dapur hanya tertawa melihat pasangan itu. Ia tau Adhara pasti akan mengalah ketika melihat wajah Sagara yang seperti sudah lelah, padahal cowok itu juga Cita tebak berpura-pura lelah. Sagara gak semudah itu untuk menyerah membujuk Adhara.
Adhara kemudian menghela nafasnya kasar. Ia jadi merasa bersalah ketika melihat wajah Sagara yang seperti sudah lelah menghadapi dirinya yang keras kepala.
"Yaudah, gua telfon Mama." Ucapan Adhara membuat Cita tersenyum sambil meneguk minumannya.
Sementara Sagara sudah berupaya menutupi ekspresi nya yang senang. Ia tidak menyangka Adhara akan semudah ini mengalah.
Adhara merogoh isi tas nya dan mencari nama sang Mama di deretan kontak dalam ponsel milik nya.
Tidak langsung diangkat, namun di detik ke 45, Mamanya menyahut dari sebrang sana.
"Ya sayang? Kamu dimana? Kok ini cuma Bang Ares sama Adek yang udah pulang? Kakak dimana?" Suara Mama nya terdengar sangat khawatir. Adhara jadi tidak tega. Tapi, ia juga takut untuk pulang dan membuat Adhina serta Ares melakukan hal aneh padanya.
"Aku nginep di apartemen Cita ,Ma."
"Astaga Mama pikir kamu kemana. Pulangnya kapan Nak?" Adhara mengigit kuku jarinya sambil berusaha mencari jawaban yang tepat.
Saat melihat wajah Adhara yang keliatan bingung serta sedikit panik, Cita pun berjalan ke arah sahabatnya itu dan mengambil alih ponsel yang ada digenggaman Adhara.
Cita mengarahkan ponsel itu ke telinganya.
"Hallo tante, ini Cita. Adhara nya disini ya tante." Cita mengedipkan sebelah matanya ke arah Adhara sebagai isyarat bahwa semua akan beres olehnya.
Cita lalu melenggang pergi menuju kamarnya untuk berbicara dengan ibu dari sahabatnya itu.
Sepeninggal Cita, Adhara bernafas lega, ia bersyukur memiliki sahabat seperti Cita.
"Aku bersyukur banget punya sahabat kayak Cita." Itu suara Adhara yang membuat Sagara tersenyum sambil menatap sang kekasih yang duduk disebelah nya.
"Dia tuh baik banget. Aku sampe bingung kenapa ada orang sebaik dia. Beruntung banget gak sih aku?" Tanya Adhara.
"Kalian berdua beruntung satu sama lain, punya sahabat yang saling ngerti dan baik." Sagara menjawab sambil mengelus pucuk kepala Adhara dengan sayang.
"Aku nyuruh kamu disini beneran karena aku khawatir." Adhara menoleh ke arah Sagara saat mendengar kalimat yang cowok itu baru saja katakan.
"Aku tau." Adhara tersenyum.
"Adhara liat aku," ujar Sagara yang sudah duduk menyamping sambil melihat snag kekasih. Adhara yang dipanggil pun menurut, dia juga duduk menyamping dan mereka berdua pun saling berhadapan.
"Kenapa?"
"Aku janji akan jagain kamu," ujar Sagara dengan raut wajah serius.
"Jelek banget lu kalo serius gini."
"Jangan bercanda dulu kenapa sih elah, ini beneran penting." Suara Sagara membuat Adhara tertawa.
"Iya-iya, terus kenapa?"
"Aku janji akan jagain kamu-.." ucapan Sagara dipotong oleh Adhara.
"Lu udah ngomong itu peyang!" Ujar Adhara.
"YA SABAR DONG! LU DARI TADI YA NGESELIN BANGET!" Sagara yang sudah kesal pun sedikit meninggi nada suaranya.
"YA SANTAI DONG JANGAN NGEGAS!" Adhara membalasnya dengan suara yang tak kalah kencang.
"YAUDAH MAU DILANJUT GAK? ATAU KITA RIBUT AJA DEH!"
"YAUDAH LANJUT!" Suara Adhara menjawab pertanyaan Sagara.
"Ulang ya gua, jangan dipotong awas aja lu!" Ancam Sagara.
"Aku janji akan jagain kamu, siapapun yang berani sentuh kamu, gak peduli dia saudara kamu sendiri, aku akan maju. Udah cukup kamu hadepin semua hal sendirian, sekarang ada aku yang siap gantiin kamu buat hadepin semuanya." Adhara menatap wajah tulus Sagara.
Adhara merasa beruntung juga memiliki Sagara dihidupnya. Selain Cita, Adhara baru menemukan orang yang benar-benar sangat baik itu ya Sagara. Dia datang dengan sikap dan perilaku anehnya dalam hidup Adhara, dan buat seorang Adhara jatuh cinta. Adhara bukan tipe gadis yang mudah jatuh cinta.
Sudah banyak yang mendekati dia, tapi semua ditolak oleh Adhara secara terang-terangan karena Adhara merasa bahwa Cinta itu hanya merepotkan. Perasaan itu hanya akan buat kehancuran.
Tapi setelah bertemu dengan Sagara, ia perlu hal merepotkan itu. Dia perlu sesuatu yang buat dia hancur dan berakhir dia mendapatkan pelajaran baru dari hal itu. Adhara pernah hancur, nangis untuk yang pertama kali karena Cinta dan Perasaan. Itu karena Sagara, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan.
Mungkin, kalau kalian liat kisah keduanya sangat ringan. Tidak ada konflik yang begitu berat sampai menyulitkan keduanya bersama seperti kisah Romeo dan Juliet.
Tapi, Adhara bersyukur kisahnya begitu indah dengan caranya.
"Gak usah janji buat jagain aku, tapi janji akan selalu ada disamping aku." Sagara tersenyum mendengar ucapan Adhara.
"Pasti."
Keduanya saling tatapan dan tersenyum, sampai suara Cita mengintrupsi keduanya.
"Tadi berantem, teriak-teriak, dan sekarang udah mesra aja. Menurut gua kalian aneh."
"Nyenyenye, iri kan lo Cit? Udah gua bilang kejar Kakak gua, dia tuh suka sama lu tapi masih denial." Cita memutar bola matanya dengan malas kala mendengar ucapan Adhara.
Sagara yang mendengar dua sahabat itu hanya tertawa.
"Jadi, Ares suka Cita?" Pertanyaan Sagara membuat Adhara mengangguk.
"Lu kak, ucapan Adhara dipercaya. Ucapan dia tuh kan isinya kebohongan semua," balas Cita.
"Kurang ajar lo! Ribut sini! Gua obrak abrik apartemen lu!" Ancam Adhara.
"Gua obrak abrik balik kamar lu!" Cita menantang.
Keduanya lalu asik ribut, saling melontarkan kata-kata ejekan dan semacamnya. Membuat Sagara tertawa dan tersenyum bahagia.
Ia bahagia melihat Adhara bisa menikmati waktu nya tanpa merasakan sesuatu seperti mengalah dan semacamnya. Ia benar-benar ingin membuat Adhara bebas dan menikmati hidupnya.
Dalam hidup, kita perlu juga Cinta yang merepotkan dan sebuah perasaan yang kadang menghantarkan kehancuran. Tapi, berkat kehancuran itu terkadang kita mendapatkan pelajaran yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
-Tentang Sagara, Adhara dan Adhina.To be continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]
Teen FictionIni kisah Adhara yang memiliki kakak dan juga adik. Punya saudara kembar yang akrab denganmu adalah idaman semua orang. Namun ini Adhara dan Adhina yang entah mengapa seperti berjarak padahal keduanya adalah seorang saudara kembar. Sosok kakak yang...