#56 Bukan Malaikat

624 57 0
                                    

Adhara menatap sosok cowok yang sedang duduk dikursi dekat ranjang yang  ia tiduri sambil sesekali menyuapkan sebuah makan siang yang menjadi salah satu fasilitas dari rumah sakit dimana dia dirawat.

Kedua orang tuanya telah izin pulang untuk sekedar membersihkan tubuh karena dari semalam sudah berjaga menemaninya. Dan mereka juga tak lupa mengatakan terima kasih dengan sangat kepada cowok yang didekatnya ini karena telah menjaga dia dengan sangat baik.

"Peyang!" Panggil Adhara.

Cowok yang dipanggil 'Peyang' itu menoleh. Menatap sang kekasih.

"Peyang-peyang! Panggil Abang Sagara gitu," koreksi Sagara. Ya cowok itu Sagara.

Dia sebenarnya pulang semalam dan kembali ketika jam menunjukkan waktu siang.

"Geli," balas Adhara.

"Dasar. Ada apa?" Tanya Sagara dengan lembut sambil kembali menyuapkan sendok berisi makanan ke mulut Adhara.

"Kamu udah maaf an sama Bang Ares?" Pertanyaan Adhara tidak dijawab oleh Sagara. Cowok itu hanya diam sambil memandang isi piring yang dipegangnya.

"Belum nih kalo diem gini. Yang maafin Bang Ares."

"Dia udah terlalu banyak nyakitin kamu, kalo kamu lupa."

"Dia Kakak aku! Dan aku udah maafin dia. Setiap orang berhak dapat kesempatan kedua," ujar Adhara.

Sagara terdiam. Dia benar-benar memiliki kekasih dengan tingkat kebaikan sungguh tinggi sampai bisa memaafkan orang yang menyakiti dia selama bertahun-tahun.

"Hm iya nanti maaf an," balas Sagara.

"Ke Adhina juga, maaf an."

"Hm."

Sedang asik berbincang, tiba-tiba pintu ruangan inap terbuka. Membuat Adhara dan Sagara menjatuhkan pandangan kepada orang yang saat ini tengah berjalan menghampiri mereka.

"Dah bangun lu? Kirain lewat," ujar Cita. Ya orang itu Cita.

"Sembarangan lo! Kalau gua lewat, lu gua gentayangin."

"Gua baca-baca in ayat suci biar lu kepanasan."

"Kayak bisa ngaji!" Balas Adhara.

"Sembarang!" Sahut Cita.

Di bekalang Cita ada seseorang yang berdiri dan terdiam memandangnya dan juga Sagara yang tengah menyuapi dia secara bergantian.

"Ekhem! Peyang!" Ujar Adhara.

Sagara yang namanya dipanggil pun mendongkak.

"Perlu apa?" Alih-alih menjawab, Adhara malah memberikan kode kepada Sagara untuk melihat ke arah belakang cowok itu. Tepat kepada seseorang yang berdiri dibelakang Cita.

Sagara pun menurut, dia menoleh dan melihat Ares berdiri disana memandangnya dengan canggung.

"Minta maaf," ujar Adhara dengan penekanan disana.

"Aku gak salah," balas Sagara.

Adhara bangun sedikit lalu memukul kepala cowok itu, menahan sakit diperut nya.

"Aduh! Ish!"

"Sekarang!" Perintah Adhara.

Sagara tetap diam. Dia benar-benar merasa bahwa dirinya tidak salah disini.

"Minta maaf bukan perihal benar atau salah," bisik Adhara.

Sagara lalu menghela nafas nya lelah, dia berbalik dan menghampiri sahabatnya itu. Mengulurkan tangannya, membuat Ares bingung.

Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang