Disinilah Adhara, cafe milik Cita. Gadis itu meminta dia menemaninya selama di cafe sebab biasanya hari minggu seperti ini akan sangat ramai cafe dikunjungi.
Malam minggu yang mungkin untuk sebagian orang dipakai untuk menghabiskan waktu dengan kekasih atau memilih berdiam diri dikamar sambil menonton serial film atau sekedar mendengar musik bagi orang-orang yang tidak memiliki seorang kekasih.
"Lo kenapa sih lemes bener dah? Belum turun uang bulanan lo?" Tanya Cita sambil mengelap beberapa gelas yang baru saja dibawa oleh pegawai nya dari kitchen dan akan ia display dipenyimpanan yang dekat dengan mesin kopi.
"Gak nyet," balas Adhara.
"Ya terus? Lu diem aja mana gua tau sih babi," balas Cita.
"Kepikiran kata-kata bokap gua tadi," jawab Adhara.
Gadis itu memang sedari tadi terus memikirkan kata-kata yang diucapkan sang ayah saat dihalaman belakang dan cafe pagi tadi.
"Bokap lo bilang apa? Lo mau dijodohin sama anak temen bisnisnya? Atau warisan lo dicabut karena lo suka banget berantem?" Ucapan Cita dihadiahi pukulan dikepala oleh Adhara menggunakan telapak tangannya.
"Sakit bego!"
"Lu lagian ngaco," balas Adhara.
"Ya mangkanya kalau ngomong yang jelas. Ini setengah-setengah."
"Ya sabar," balasnya.
"Cepet lanjut!" Perintah Cita.
"Dia bilang kalau Sagara ada perasaan sama gua, terus gua juga. Tapi, gua ngerasa enggak. Adhina lebih baik kan untuk dia? Ya kan? Buktinya mereka jadian."
Cita meletakan gelas terakhir nya. Ia lalu menatap sahabatnya.
"Gua udah pernah bilang gini juga xob. Tatapan yang diberikan Sagara itu beda dari tatapan dia ke gua atau Adhina. Cara lo yang selalu nurut sama dia itu udah satu bukti nyata bahwa lo menerima kehadiran dia di hidup lo dan perasaan lo untuk dia gak bisa disangkal kalo gak ada. Lo juga baik untuk Sagara. Kalian itu saling melengkapi sebenernya. Dan untuk opini lo terakhir soal mereka yang jadian, menurut gua belum tentu benar," jelas Cita."Belum tentu bener gimana?" Tanya Adhara bingung sambil bersidekap dada.
Cita berjalan ke mesin kopinya dan mulai bersiap membuat satu espresso shot.
"Lo mau minum apa xob?" Tanya Cita.
"Gak mau kopi," balasnya dan diangguki Cita.
Cita lalu beralih menuju kontainer penyimpanan lain untuk membuat satu gelas green tea latte untuk Adhara.
"Jawab pertanyaan gua babi!" Ujar Adhara. Cita pun tertawa.
"Yang mana tadi pertanyaan lo?"
"Belum tentu bener gimana? soal Adhina yang jadian sama Sagara."
"Ohh itu.. ya belum tentu aja. Gua bukannya gak percaya sama adik lo, tapi lebih baik denger langsung juga dari Sagara apa bener jadian?" Ujar Cita.
"Ogah banget nanya. Nanti dikira cemburu," jawab Adhara.
"Lah kan emang cemburu. Keliatan kali lo uring-uringan. Dia jalan kan sama Adhina?" Ujar Cita.
"Kok lo tau?" Tanya Adhara.
"Tadi liat story adik lo. Nih minuman lo , tumblr nya jangan lupa balikin ye." Cita menyondorkan green tea latte buatannya pada Adhara.
"Gua bayar pake e-wallet," balas Adhara yang diangguki Cita.
"Lo benci adik gua tapi follow juga," sindir Adhara.
"Pake acc kosongan bos," balas Cita dan keduanya tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]
Teen FictionIni kisah Adhara yang memiliki kakak dan juga adik. Punya saudara kembar yang akrab denganmu adalah idaman semua orang. Namun ini Adhara dan Adhina yang entah mengapa seperti berjarak padahal keduanya adalah seorang saudara kembar. Sosok kakak yang...