Semua orang sudah berada didepan ruangan operasi. Tadi, setelah dibawa ke rumah sakit terdekat, dokter langsung menyarankan untuk Adhara segera dilakukan operasi karena tusukan yang masuk ke tubuhnya dikhawatirkan terlalu dalam dan mengenai organ vital milik gadis itu.
Ares selaku kakak langsung menyetujui nya karena enggan Adhara kenapa-kenapa. Sementara itu Adhina dibawa menuju rawat inap karena mengalami shock ringan.
"Lu mending telfon orang tua lu Res, mereka harus tau." Suara Janu membuat Ares mengangguk. Ia benar-benar bingung harus menjelaskan semuanya bagaimana kepada orang tua mereka. Tapi, mau bagaimana pun dia harus menghadapi semuanya dan menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi serta harus bertanggung jawab.
Ares melipir untuk menelfon orang tuanya. Terdapat ke khawatiran dari nada bicara mereka, setelah selesai memberikan informasi terkait, Ares kembali menuju depan ruang operasi menunggu kabar keadaan Adhara.
Sagara yang benar-benar takut terus saja berkeliling mondar mandir guna menghilangkan gugup.
"Duduk Gar," ucap Nakula.
"Gua takut dia kenapa-kenapa." Sagara berucap dengan nada khawatir.
"Gua kenal Adhara kak, dia orang yang kuat." Cita menenangkan.
"Gua beli minum dulu sama makan bareng yang lain, lo sama Ares disini aja, nanti kita beliin." Perintah Janu diangguki Ares dan Sagara.
Setelah kepergian Janu, Nakula, Cita dan Erlang, Ares mulai menatap sahabatnya yang tengah duduk dengan gelisah.
"Maafin gua Gar, maafin gua udah terlalu banyak nyakitin Adhara. Gua janji setelah ini , gua akan berikan kebahagiaan dan figure seorang kakak yang baik untuk dia."
Ucapan Ares membuat Sagara menatap sang sahabat dengan lekat.
"Lo ngomong gitu jangan sama gua, tapi sama Adhara." Setelah berucap Sagara pergi meninggalkan Ares sendirian. Cowok itu ingin membasuh mukanya dan menghilangkan segala gelisah serta membersihkan beberapa darah Adhara yang menempel ditubuhnya.
Ares duduk dikursi tunggu setelah kepergian Sagara. Cowok itu mengusap wajahnya dengan kasar sambil setelah itu mengacak-acak rambut nya menyalurkan penyesalan.
Tanpa disangka kedua orang tua nya datang dengan waktu yang cepat. Papa nya berdiri berhadapan langsung dengan dia, dari sorot matanya meminta penjelasan. Sementara Mamanya tak jauh berbeda, sangat khawatir.
"Adhara kenapa bisa kayak gini?" Tanya Mama-nya.
"Mama sama Papa duduk dulu ya, aku jelasin."
Dana dan Resya kemudian duduk dikursi tunggu, sementara Ares bersimpuh di kaki kedua orang tuanya itu.
Resya dan Dana menatap bingung putranya. Keduanya merasa akan sesuatu yang tidak beres terjadi.
"Pertama maafin Ares Ma, Pa. Kalau ada orang yang patut disalahkan disini itu adalah Ares. Bukan Adhara atau Adhina."
"Maksud kamu itu apa?" Tanya Dana tidak mengerti.
"Adhara itu kenapa? Adhina juga kenapa?" Dana kembali bertanya.
"Adhara masuk rumah sakit karena mengalami luka tusuk yang dilakukan oleh Adhina."
"APA?!!" Dana mulai meninggikan suaranya, dia benar-benar tidak menyangka hal ini akan terjadi.
Sementara Resya sudah menitikan air matanya tidak sanggup.
"Kenapa bisa? Apa yang terjadi? Kamu sebagai kakak itu gimana Ares? Papa udah selalu bilang sama kamu untuk jagain dan awasin adik-adik kamu, tapi kenapa hal ini bisa terjadi? Kerjaan kamu apa? Main?" Dana benar-benar tidak habis pikir dengan putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]
Teen FictionIni kisah Adhara yang memiliki kakak dan juga adik. Punya saudara kembar yang akrab denganmu adalah idaman semua orang. Namun ini Adhara dan Adhina yang entah mengapa seperti berjarak padahal keduanya adalah seorang saudara kembar. Sosok kakak yang...