Hari yang cerah, dengan harapan yang baik. Adhara turun dari kamarnya dengan penampilan yang sudah rapih dan siap pergi ke kampus.
Semenjak Adhina mendeklarasikan bahwa dia berpacaran dengan Sagara dan menyuruh Adhara menjauh, Adhara merasa tidak terlalu bersemangat. Aneh sekali respon yang terjadi pada dirinya.
Tepat saat berhasil melewati anak tangga terakhir, mata Adhara menangkap sosok seseorang yang baru saja dipersilahkan masuk oleh Bi Hawa.
Salah satu orang yang menjadi alasan Adhara tidak bersemangat dan orang yang harus ia jauhi mulai saat ini.
"Hai Adhara!" Sapa Sagara.
"Jemput Adhina?" Tanya Adhara yang diangguki cowok itu.
Semakin jelas semuanya, Adhara berucap dalam hati.
"Sebentar lagi turun anaknya. Bi, aku berangkat." Adhara tersenyum pada Bi Hawa yang dibalas wanita berumur 40 tahunan itu .
"Bareng aja Dhar sama gua nanti," ujar Sagara.
"Gua pamit," balas Adhara lalu pergi.
Sagara memperhatikan kepergian gadis itu dengan perasaan bingung. Adhara seperti menghindari nya. Itu jelas sekali terlihat.
"Hei! Ayo!" Ujar Adhina dengan senyum merekah dan berhasil menyadarkan Sagara.
"Eh? Iya ayo." Adhina kemudian berjalan bersama Sagara untuk segera menuju ke kampus.
--
Adhara berjalan dengan langkah yang diseret. Membuat Cita yang berada disebelahnya bingung."Kenapa sih lu lemes banget kayak tempe mendoan."
"Sialan!" Umpat Adhara.
"Ya lagian tumben aja gitu," balas Cita. Sementara Adhara hanya diam.
Keduanya lalu sampai diruang kelas yang akan mereka tempati untuk mata kuliah hari ini . Sejujurnya hari ini itu tidak ada kelas, namun ada beberapa dosen kemarin yang meminta kelas di undur menjadi hari ini. Alhasil mereka berdua masuk.
Jam kuliah dilalui Adhara dengan perasaan yang sangat tidak enak. Ia ingin cepat-cepat pulang dan tidur. Tidur adalah pengalihan terbaik menurut Adhara.
"Baik, kelas kita cukupkan sampai disini. Tolong kembali mempelajari materi dari saya dirumah, minggu depan kita kuis." Suara keluhan oleh beberapa mahasiswa didalam ruangan kelas terdengar dengan kompak.
"Yeay!" Teriak Adhara. Semua mata memandangnya. Bahkan sang dosen yang masih ada disana tertawa.
"Nah kayak Adhara dong semangat mau kuis."
"Gila dia pak," balas Bayu-Teman mereka.
"Adhara seperti nya sedang tidak sehat Pak, mohon jangan didengarkan." Yudis menyahut.
Sang dosen hanya menggelengkan kepalanya lalu pergi meninggalkan kelas. Cita yang melihat keanehan di diri Adhara pun duduk dan menatap penuh telisik.
"Jangan liatin gua seperti gua adalah sebuah seblak!"
"Orang gila!" Balas Cita.
"Sebat yuk!" Ajak Adhara.
Cita menatap Adhara penuh tanda tanya. Gadis itu lalu mengangguk mengiyakan.
"Lo lagi stress banget ye kawan? Oke deh gua temenin. Kita kan bestie sejati, kalau paru-paru yang satu rusak, harus rusak bareng. Persahabatan kita sehat banget gak sih? Ini bagus nih buat dijadiin sebuah cerita inspirasi." Ocehan Cita dibalas anggukan semangat Adhara yang setuju akan ucapan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]
JugendliteraturIni kisah Adhara yang memiliki kakak dan juga adik. Punya saudara kembar yang akrab denganmu adalah idaman semua orang. Namun ini Adhara dan Adhina yang entah mengapa seperti berjarak padahal keduanya adalah seorang saudara kembar. Sosok kakak yang...