#28 Surat

451 53 6
                                    

Cahaya matahari menyeruak menembus kedalam tirai kamar yang berada di ruang tidur Adhara.

Hari sabtu, hari dimana semua orang memilih untuk bersantai. Menikmati secangkir teh atau kopi hangat dengan camilan sebagai pendamping.

Tapi, berbeda dengan seorang mahasiswi semester 2 jurusan akuntansi bernama Adhara yang dihari sabtu ini sudah bangun dan bersiap untuk menuju ke kampus.

Jam menunjukkan pukul setengah 10 pagi. Ia harus datang sebelum pukul 11, itu janjinya pada Birendra si ketua UKM muai thai.

"Loh kamu ngampus?" Tanya Sang Papa bertepatan juga dengan Adhara yang baru keluar dari kamar miliknya.

Adhara melihat Papa nya yang juga baru keluar dari ruang tidur, seperti nya baru bangun. Papa nya pasti semalam tidur sangat larut hingga baru bangun saat matahari sudah sangat terlihat.

"Iya ada acara UKM ku, jadi sibuk."

"Berangkat sama siapa? Mau bawa mobil Papa?" Tanya Dana kepada putrinya.

"Gak usah, aku dijemput sama Cita. Biasalah dia maksa, kalau gak diturutin nanti ngambek." Dana mengangguk mendengar jawaban sang putri.

Keduanya lalu berjalan beriringan menuju ke lantai dasar rumah mereka. Dana bahkan mengantarkan Adhara menuju halaman rumahnya.

"Hallo Om Dana, apa kabar?" Tanya Cita yang langsung keluar ketika melihat sosok ayah dari sahabatnya.

"Hallo Cita, om baik. Kamu gimana?"

"Baik Om Cita mah," jawab Cita dengan senyum.

"Makasih ya Cita sudah mau menjemput dan mengantar Adhara. Padahal Adhara bisa loh bawa mobil, tapi emang nolak terus kalo ditawarin mau dibeliin mobil. Katanya gara-gara kamu yang gak mau berangkat dan pulang sendiri. Bener begitu?" Tanya Dana.

"Iya Om, Cita gak mau sendirian. Lagian juga biar sekalian pantau Adhara. Om tau sendirilah Adhara kan suka kepancing emosi heheheh... Jadi kalau sama Cita bisalah ditahan," balas Cita. Dana mengangguk setuju.

"Baik, terima kasih ya Cita sudah sangat baik. Nanti Om transfer buat bensin dan uang makan kamu ke Adhara. Nanti jangan lupa kasih Cita ya Nak." Dana berucap sambil mengelus pucuk kepala Adhara.

"Siap Pa," balas Adhara.

"Eh? Gak usah loh Om padahal."

"Udah deh gak usah sok nolak. Pa kita berangkat," pamit Adhara.

"Iya sayang. Hati-hati ya kalian!"

Cita dan Adhara mencium telapak tangan Dana lalu segera pergi menuju kampus menggunakan mobil dengan Cita sebagai pengemudi.

Waktu tempuh menuju kampus mereka sebenernya tidak pasti. Jika tidak macet akan sampai lebih cepat, namun jika macet mau tidak mau bisa sejam baru sampai.

Dan hari ini waktu tempuh keduanya menghabiskan waktu 45 menit. Jalanan sedikit lebih padat. Dan ya, Adhara telat dari waktu yang diperintahkan oleh Birendra. Masa bodo lah yang penting ia sampai, begitulah kira-kira pikiran Adhara.

"Lo ke cafe aja, gua kayaknya lama." Adhara berucap melalui kaca mobil yang terbuka. Cita memang hanya menurunkan nya. Gadis itu bukan anggota UKM muai thai. Jadi tidak ada kepentingan jika ia ikut berada ditempat.

"Gua beli sarapan buat lo, nanti gua balik lagi ke sekret muai thai."

"Yaudah, hati-hati."

"Yo," balas Cita.

Adhara melihat kepergian mobil Cita, kemudian memutuskan untuk segera menuju sekret muai thai karena sudah dipastikan Birendra akan marah padanya.

"Maaf telat." Adhara berucap tepat saat sudah sampai dan langsung berhadapan dengan Birendra.

Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang