#5 Sagara

644 84 3
                                    

Adhara menatap ke arah langit malam melalui jendela kamar miliknya. Malam ini bulan nampak datang dan menunjukkan wujudnya dalam bentuk sempurna, sangat indah. Adhara suka sekali bulan.

Tiba-tiba ingatannya terputar kebelakang. Saat dimana dia baru saja sampai di rumah bersama sang Papa dan menerima omelan dari Mama nya akibat perkelahian yang ia lakukan.

Flashback on*

Adhara dan sang Papa memasuki rumah dengan tawa dan canda yang mengiringi mereka. Sampai ketika sosok Mama nya berdiri tepat didepan mereka, membuat langkah mereka terhenti.

"Kenapa sih kamu selalu aja berantem. Dari dulu cari penyakit aja. Mama tuh capek Adhara dapet telfon kayak gini, dikabarin kalau kamu berkelahi. Kamu itu cewek. Abang kamu yang cowok aja gak kayak kamu. Kamu tuh tiru Adhina, dia anggun dan kalem. Cewek itu harus kayak gitu."

Adhara hanya terdiam. Menatap Mama nya dengan takut.

"Maaf Ma.." Adhara mengucapkan penyesalan nya.

"Udah Ma, aku yakin Adhara lakuin itu ada sebabnya. Dia gak pernah melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas. Papa yakin, dan percaya sama dia." Dana mengelus pucuk kepala Adhara, membela putrinya itu.

"Kamu terus aja bela dia. Udahlah Mama capek, urusin sendiri." Resya meninggalkan suami dan putrinya itu. Ia benar-benar dibuat pusing oleh perilaku Adhara. Kakinya melangkah pergi menuju kamar.

Dana menatap kepergian istrinya sebentar lalu beralih pada putrinya.

"Udah gak usah dimasukin hati. Mama lagi capek , nanti Papa bicara sama dia. Kamu istirahat aja ,ya sayang." Adhara mengangguk.

"Papa duluan," pamit Dana pada putrinya.

Sepeninggal sang Papa, Adhara berjalan menuju dapur untuk menuntaskan rasa hausnya.

Tangannya terulur mengambil sebuah minuman kemasan dari dalam lemari es dan meneguknya.

Tiba-tiba tak lama kemudian, terlihat kakaknya masuk ke rumah bersama teman-temannya dan tak lupa juga Adhina.

"Lo semua duluan aja ke kamar gua. Adhina kamu istirahat." Ares berucap, tak lupa mengelus pucuk kepala Adhina. Gadis itu lalu mengangguk dengan senyum manis dibibirnya kemudian pergi.

Ketiga teman Ares lalu juga memutuskan untuk menuju kamar cowok itu, kecuali satu cowok yang memilih ikut Ares menuju dapur.

"Minggir!" Ujar Ares dengan tegas kala tubuh Adhara menutupi lemari es. Adhara yang terkejut pun bergeser.

"Lo mau minum apa Gar?" Tanya Ares pada temannya. Ya cowok itu bernama Sagara. Orang yang memilih ikut bersama Ares menuju dapur.

"Eh? Hah? Oh apaan aja." Sagara yang sedari tadi fokusnya tertuju pada Adhara seketika terkejut mendapat pertanyaan tiba-tiba dari Ares.

Saat Ares sedang menyiapkan minuman serta makanan untuk teman-temanya, sementara Adhara tengah sibuk membuat makan siang, dan Sagara yang matanya tak lepas dari sosok gadis yang wajahnya lebih mirip Ares dibanding Adhina yang notabend nya kembaran gadis itu.

Terdengar suara keributan dari arah kamar orang tua Ares dan Adhara. Kebetulan memang kamar nya berada dilantai 1, jadi sangat terdengar. Berbeda jika dilantai 2 suara itu tidak akan terdengar.

'Bisa gak sih kamu gak usah belain Adhara ketika dia buat sesuatu keributan kayak hari ini?'

'kamu terlalu manjain dia Mas.'

Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang