#18 Si Manis

505 67 3
                                    

Tok..tok..tok

Pintu kamar Adhara diketuk beberapa kali. Membuat sang pemilik yang sudah bangun sedari tadi bahkan sudah rapih dengan pakaian yang biasa ia kenakan untuk pergi pun berdiri dan berjalan untuk membukakan pintu.

Saat pintu berhasil dibuka, terlihat sosok seseorang yang tak ia sangka akan menjadi orang yang menghampiri nya.

"Sagara dibawah." Itu ucapan yang dia katakan.

"O-oke bang," balas Adhara.

Orang itu adalah Ares. Datang dengan wajah khas orang bangun tidur. Maklum saja, jam masih menunjukkan pukul 9 Pagi, dimana seharusnya Ares masih berada di alam bawah sadar. Apalagi sekarang adalah hari Minggu dan Terlebih acara pesta semalam baru selesai dipukul 12 malam.

Adhara dengan cepat mengambil tas miliknya lalu segera menghampiri Sagara yang sudah menunggu dibawah.

Sesampainya disana, terlihat Sagara yang sedang berbincang bersama Ayahnya. Nampak akrab, membuat Adhara sedikit bingung. Sejak kapan dua laki-laki yang terpaut jauh umurnya itu berbincang seperti layaknya seorang teman tongkrongan?

"Eh udah siap?" Tanya Dana setelah melihat kehadiran sang putri.

"Udah," balas Adhara.

"Yaudah om, saya izin bawa Adhara keluar ,ya." Sagara berpamitan dengan sopan.

"Iya, jangan pulang terlalu malam ya," ingat Dana yang diangguki Sagara.

Keduanya lalu pergi setelah mencium tangan Dana. Adhara hanya diam selama mereka sudah berada didalam mobil dan sedang menuju tempat yang bahkan hanya Sagara yang tau.

"Kita mau kemana sih?" Tanya Adhara yang merasa asing dengan jalan yang dilalui mereka.

"Adalah," jawab Sagara dengan santainya.

"Kalau lo macem-macem..." Belum sempat Adhara berucap, Sagara sudah lebih dulu menyahuti.

"Gak berani gua macem-macem, salah sentuh dikit tangan gua patah." Sagara terkekeh diakhir ucapannya, sementara Adhara hanya memutar bola matanya dengan malas.

"Udah tenang aja, gua gak akan aneh-aneh kok."

"Ya kalau lo aneh-aneh juga bisa gua abisin," balas Adhara.

"Iya ampun mba jago."

"Ck!" Balas Adhara sambil memalingkan pandangannya ke arah luar jendela mobil, membuat Sagara hanya tersenyum melihatnya.

Adhara saat marah dan galak itu seperti menjadi tontonan mengasikan bagi Sagara. Gadis itu bukannya seram, melainkan menggemaskan. Iya-iya terserah kalian menyebut Sagara itu apapun, tapi memang hal itu benar adanya.

20 menit kemudian, keduanya telah sampai disebuah rumah bercat abu-abu yang dihalaman nya terlihat hamparan beberapa tanaman yang sangat cantik.

"Rumah siapa?" Tanya Adhara.

"Ayo masuk," ajak Sagara.

Sagara kemudian berjalan memimpin Adhara yang mengekor dibelakang. Adhara melihat ke arah sekitar, semua nampak indah. Entah apa tujuan Sagara mengajak dia kesini, tapi yang jelas pertanyaan-pertanyaan pun muncul dibenak Adhara.

Apa Sagara akan berbuat aneh?
Apa Sagara akan berniat jahat?
Apa niat Sagara sebenarnya?

"Udah mikir aneh-aneh tentang gua nya?" Ucap Sagara yang entah mengapa tepat sasaran.

"Gua diem aja," balas Adhara dengan nada yang tidak biasa, itu pun dilakukan dia demi menutupi fakta bahwa ucapan Sagara benar. Aneh, seperti Sagara bisa membaca pikiran.

Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang