#10 Kebetulan

511 71 6
                                    

Bukan rahasia lagi jika gadis bernama Adhara sangat menyukai bela diri. Sejak kecil gadis itu sudah mulai bergabung dengan aliansi bela diri karate hingga beranjak SMA. Lalu, dibangku perkuliahan melanjutkan dengan mengikuti UKM Muai Thai.

Jika ditanya apa alasannya, dia juga tidak punya jawaban untuk hal itu. Bagi Adhara, bela diri adalah satu hal yang sangat ia sukai. Di sana ia bisa melampiaskan segala emosi dan amarahnya dengan bebas.

"Gak balik?" Fana, kakak tingkat Adhara itu bertanya. Gadis yang sudah menduduki semester 6 di jurusan Psikologi itu menatap Adhara.

"Bentar Kak," balas Adhara sambil terus meninju samsak di depannya.

"Udah Dhar besok lagi latihannya. Kita gak ada pertandingan kok, jangan terlalu lama mukulin samsak, itu tangan nya udah bengkak." Itu suara Birendra, kakak tingkat Adhara yang lain. Berada di semester 6 juga dari fakultas Teknik. Nakula ini juga ketua umum dari UKM Muai Thai.

"Kebiasaan gak pake pengaman tangan," sahut Erlang. Teman seangkatan Adhara namun dia berasal dari jurusan Manajemen.

Adhara hanya memutar bola matanya malas. Erlang memang selalu bawel pada nya, terkadang Adhara berfikir bahwa Erlang itu lebih cocok jadi seorang gadis karena mulutnya yang bawel.

"Berisik!" Sahut Adhara.

Dua orang yang lebih tua hanya menatap dua orang yang usianya dibawah mereka itu sambil menggelengkan kepala.

"Udah-udah bubar," ujar Birendra.

Adhara pun mau tidak mau memberhentikan aktivitas nya. Gadis itu lalu berjalan mengambil handuk yang ia letakan di kursi dekat nya kemudian meneguk air mineral yang sengaja ia bawa juga.

"Udah jam 9, pulang naik apa Dhar?" Fana bertanya sambil menatap jam dipergelangan tangan nya.

"Biasa, ojek depan." Adhara menjawab dengan santai.

"Udah malem, bahaya. Balik sama Erlang aja, dia kosong. Searah kan?" Erlang mengangguk menanggapi ucapan Birendra.

"Gak usah. Yaelah kalau ada jambret tinggal hajar," balas Adhara dengan cuek.

"Iya juara karate tingkat nasional," ledek Fana pada Adhara.

"Iya dong." Adhara menyombongkan diri dan dibalas tawa yang lain.

Fana dan Birendra kemudian berpamitan untuk pulang lebih dulu. Sementara Adhara dan Erlang masih di sana karena harus mematikan beberapa lampu dan mengunci ruangan.

"Lo serius balik naik ojek?" Tanya Erlang memastikan.

"Iya. Udah gak usah lebay deh, gua okay." Adhara memberikan kata-kata yang di rasa dapat menghilangkan ke khawatiran Erlang padanya.

Gadis itu telah selesai mengunci ruangan latihan mereka.

"Bawa tuh kunci nya, gua besok ada kelas siang." Adhara berucap sambil meletakkan kunci diatas telapak tangan Erlang.

"Hm."

"Gua balik duluan, hati-hati lo Lang!" Ujar Adhara.

Gadis itu lalu pergi meninggalkan Erlang yang masih menatap kepergian nya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Adhara berjalan dengan santai. Dia lalu menyumpalkan earphone ke dalam telinga, setelah itu menyetel lagu pengiring sampai pengkolan ojek depan kampus.

Saat melewati parkiran fakultas nya, ada tangan yang menarik Adhara. Gadis itu reflek memberikan gerakan perlawanan.

Ruang sekret UKM muai thai memang letak  nya tepat didepan fakultas ekonomi dan bisnis.

Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang