Jam sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore. Sagara terus menatap wajah seseorang yang terlelap disofa ruang tengah rumahnya. Seseorang yang terlihat sangat damai ketika sedang tertidur, seakan seorang anak kecil yang bahkan belum tau banyak tentang dunia.
Sudah terhitung kurang lebih 4 jam Adhara tertidur diruang tengah rumah Sagara. Selepas gadis itu siang tadi memindahkan Ananta ke kamarnya, Adhara pun kembali menuju ruang tengah dan tak sadar tertidur akibat kelelahan bermain dengan bocah berusia 3tahun itu.
"Cantik." Gumam Sagara.
"Gak tau kenapa, rasanya gua ingin jagain lo." Timpalnya sambil merapihkan anak rambut yang menutupi wajah cantik Adhara.
"Kalau bisa gua kasih dunia gua, akan gua kasih asal lo bahagia dan baik-baik aja." Sagar tersenyum sambil terus memandangi wajah Adhara.
"Ekhem!" Suara seseorang berhasil membuat Sagara menjauhi tangannya dari wajah Adhara.
Cowok itu kemudian menemukan kakaknya beserta sang suami yang baru saja pulang entah dari mana.
"Mau modus lo ya?" Ujar Sandina pada adiknya.
"Gak boleh fitnah, lebih kejam dari fitnes." Jawaban Sagara membuat Sandina berdecih.
"Lawakannya gak lucu. Lagian kalau bukan modus, artinya apa? Pake pegang-pegang rambut." Cibir Sandina.
"Itu namanya rapihin doang, membantu." Sagara membela diri.
"Cih! Dusta! Anak gua mana?" Tanya Sandina.
"Di kamarnya lah." Jawaban Sagara diangguki oleh Sandina.
Perempuan berusia 28 tahun itu kemudian menatap Adhara yang sedang tertidur lalu beralih menatap Sagara.
"Lo serius sama dia?" Tanya Sandina.
"Gak tau ,ya. Tapi, gua pengen banget jagain dia." Sagara menjawab. Dia dan kakaknya memang selalu terbuka tentang apapun.
"Kalau serius mau jagain, coba deketin perlahan. Dia kayaknya juga mulai tertarik sama kamu." Braja sang kakak ipar datang dari arah dapur dengan sebuah minuman kemasan ditangannya.
"Kalau abang lihat, dia tipe yang pemalu, suka denial, sama gengsian. Tapi, kalau kamu terus deketin dan serius nunjukkin ke dia kalau kamu tulus sama dia, dia akan perlahan runtuhin dinding itu kok." Braja kembali menambahkan ucapannya.
"Caelah kamu udah berasa apaan aja pake segala membaca seseorang. Gaya kamu Mas," ujar Sandina pada sang suami.
"Aku emang hebat, biasalah Braja." Braja berucap dengan bangganya.
"Kakak percaya kamu gak akan pernah main-main sama cewek. Yaudah, kakak ke atas." Sandina berpamitan kepada Sagara kemudian pergi bersama sang suami menuju kamar mereka.
Sepeninggal Braja dan Sandina, Sagara kembali menatap Adhara yang sedikit melakukan pergerakan. Seperti nya, gadis itu terusik dengan obrolan dia bersama para kakaknya tadi.
Tak lama, mata gadis itu terbuka secara perlahan. Tangannya terulur untuk mengusak mata.
"Jangan dikucek matanya," ingat Sagara sambil menyingkirkan tangan Adhara dari mata gadis itu.
"Ish! Gatel tau," balas Adhara.
"Sini ditiup," ucap Sagara.
"Modus lo anjir." Adhara berucap dengan sengit kemudian memposisikan dirinya supaya terduduk. Sementara Sagara hanya tertawa melihat wajah ketus Adhara.
"Gak usah ketawa, Jelek!"
"Oh berarti kalau diem ganteng ya? Yaudah gua diem aja deh biar ganteng." Mendengar ucapan Sagara membuat Adhara memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]
Teen FictionIni kisah Adhara yang memiliki kakak dan juga adik. Punya saudara kembar yang akrab denganmu adalah idaman semua orang. Namun ini Adhara dan Adhina yang entah mengapa seperti berjarak padahal keduanya adalah seorang saudara kembar. Sosok kakak yang...