Suara lantunan musik memasuki indera pendengaran, keempat cowok yang sudah berada disemester tua pun berjalan memasuki sebuah cafe dekat fakultas mereka. Cafe yang sering kali mereka kunjungi untuk menghabiskan waktu kosong selama menunggu jam mata kuliah atau mengerjakan tugas.
Keempatnya memilih tempat dilantai 2. Tempat yang langsung memperlihatkan pemandangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Cafe ini memang ada didalam area Univ.
"Jujur aja deh Res, lo ada masalah apa sama adik lo yang itu?" Nakula membuka suara.
"Kalau dilihat, lo jarang sama dia. Eh malah gak pernah," ujar Janu menambahkan.
"Gak penting." Jawaban Ares membuat Sagara semakin yakin ada yang tidak beres.
"Eh ini mau pesen apa?" Tanya Nakula sambil membolak-balik buku menu.
"Biasa," balas Janu yang disetujui Sagara dan Ares.
Nakula lalu melambaikan tangannya memanggil seorang pelayan yang berjaga dilantai atas untuk menghandle pesanan disana.
"Mba ice americano 4 sama french fries nya 3." Nakula berucap pada seorang pelayan.
Sepeninggal sang pelayan, Ketiga lalu memandang Ares lagi.
"Res, apapun yang lo fikirkan saat ini tetep inget, adik lo ada 2. Jangan bersikap gak adil. Lo harus jaga dua-duanya." Sagara berucap dengan serius.
"Muka lo serius banget, merinding gua." Ares menjawab dengan sedikit candaan.
"Yee si anjing malah bercanda," sahut Nakula.
Keempatnya lalu melanjutkan berbincang berbagai hal lain. Melupakan sejenak masalah Ares dan sang adik bernama Adhara. Mereka tau gadis itu bernama Adhara.
Keluarga Dana memang cukup dikenal dikampus. Keluarga dengan kekayaan yang berlimpah. Ada Ares si sulung, Adhara si putri pertama dan Adhina si bungsu. Ketiganya sangat disorot. Sebetulnya gak cuma Ares, tapi ketiga temannya juga. Selain karena sama-sama berasal dari keluarga berkecukupan, wajah yang bisa dikatakan tampan menjadi pendorong mereka bisa dikenal. Oh jangan lupakan perihal pengikut sosial media mereka yang banyak.
--
Adhara menatap malas ke arah kertas kuisnya.Ya, sebetulnya Adhara ingin sekali langsung pulang namun mengingat ada kuis membuatnya mengurungkan niat jelek itu.
"Pstt! Jangan bengong anjing! Nanti kesurupan." Cita berucap dengan sedikit berbisik.
"Gua mau pulang," ujar Adhara dengan nada malas.
"Ya selesaiin dulu kuisnya," ucap Cita.
"Udah." Cita membulatkan matanya dengan sempurna. Kepintaran seorang Adhara Danarella memang tidak main-main. Ini baru 20 menit mereka mulai mengerjakan soal kuis yang berjumlah 3 dan beranak cabang dan gadis itu sudah selesai. Padahal mereka diberi waktu 45 menit.
"Adhara! Cita! Kenapa kalian berbicara? Sudah selesai?" Ujar dosen mereka. Semua mata seketika memandang keduanya.
"Belum."
"Udah."
Adhara bangkit dengan malas dan mengumpulkan kertas jawaban miliknya.
"Cepat sekali? Kamu yakin?" Pertanyaan dosen itu dibalas anggukan oleh Adhara.
"Kenapa kamu yakin sekali? Jika nilai kuis ini C, kamu mengulang kelas disemester depan." Dosen itu menakut-nakuti Adhara.
"Iya Pak saya yakin, bapak koreksi aja langsung." Adhara berucap dengan tenang.
Semua mata menatap Adhara takjub. Gadis itu memang terkenal pintar, namun juga mereka jadi penasaran sebab mata kuliah hukum bisnis dan regulasi ini terkenal sulit mendapatkan nilai A menurut senior mereka. Bahkan mentok-mentok semua dapat B, itu juga sudah sujud syukur. Karna jika C, pasti akan mengulang kelas.
Adhara masih berdiri didepan menunggu sang dosen mengoreksi jawabannya.
15 menit kemudian dosen tersebut menatap Adhara heran.
"Kamu anak siapa?""Hah?" Adhara berucap dengan bingung, begitupun semua orang yang ada dikelas itu bersama dia.
"Dana."
"Dana yang punya Dana Corp?" Adhara mengangguk.
"Perasaan dulu Papa kamu dapat nilai B." Dosen tersebut berucap.
"Hah? Iya si dia bilang gitu."
"Abang kamu dapet B." Dosen itu kembali berucap.
"Ya gak tau sih saya kalau yang itu." Adhara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung dengan arah pembicaraan sang dosen.
"Ini kamu kok dapet A." Dosen tersebut menyerahkan lembar jawaban Adhara.
Semua orang yang mendengar Adhara mendapat A seketika membulatkan matanya dengan sempurna.
"Lah kan bapak yang nilai."
"Iya maksud saya, kamu berbeda dari Papa dan Abang kamu. Kamu hebat," puji dosennya.
Adhara hanya terdiam lalu berterima kasih kemudian pamit keluar kelas lebih dulu.
Setelah keluar dari kelas, Adhara segera mengedarkan pandangannya. Bingung ingin kemana karena Cita juga belum selesaikan kuisnya.
"Makan aja lah." Monolog Adhara.
Gadis itu berjalan menuju kantin untuk mengisi perut, ia benar-benar lapar. Tadi pagi belum sarapan dan ketika ingin makan siang pun tidak jadi karena dosen hukum nya tiba-tiba memajukan jam.
Gadis itu menuju penjual bakso. Usai memesan semangkuk bakso dan jus mangga, dia pun berjalan ke salah satu meja.
Tangannya meletakan nampan yang ia bawa, mengirimkan pesan sebentar untuk Cita agar tidak pusing mencarinya.
"Adhara!" Panggil seseorang ketika Adhara ingin menyuapkan bakso kedalam mulutnya. Ada saja yang mengganggu.
"Apa?" Tanya Adhara ketika orang itu sudah sampai didepan wajah dia. Orang itu adalah Adhina yang tumbennya datang sendiri tidak dengan dua temannya.
"Ada Papa. Katanya dia kesini karena dipanggil soal kejadian pagi tadi kamu kelahi. Dia ada diruang dosen PA kamu." Adhara yang terkejut pun segera berlari meninggalkan Adhina.
Ia fikir, Papanya benar tidak bisa seperti yang Ares katakan.
(Fyi: Dosen PA itu dosen Pembimbing Akademik. Setiap mahasiswa ada dosennya masing-masing).
Adhara berlari menuju ruang dosen pembimbing akademik nya itu. Namun saat sampai disana, sosok Papanya pun terlihat baru saja keluar.
Sepertinya sudah selesai, Batin Adhara.
"Eh Adhara," ujar Papa nya dengan senyum.
Ini Papa marah gak sih? Batin Adhara.
"Baru aja Papa mau cari kamu." Dana mengusak rambut Adhara.
"Papa gak marah?" Pertanyaan Adhara dibalas senyum oleh Dana.
"Papa tau anak Papa lakuin itu atas sebuah alasan yang Papa gak tau. Gak mungkin anak Papa asal mukul orang kan? Tapi lain kali jangan berantem ah, Papa takut kamu nya kenapa-kenapa. Soalnya kamu gak bisa digantikan dengan apapun. Kamu berharga," ujar Dana yang membuat mata Adhar berkaca-kaca.
"Ah Papa jelek! Lagi dikampus nih Pa, jangan buat sedih kenapa sih." Dana hanya tertawa mendengar ucapan putrinya.
"Oh iya! Hm ada yang dapet nilai A nih di kuis hari ini." Goda Dana.
"Ih kok Papa tau?" Tanya Adhara.
"Tadi dosen kamu bilang," balas Dana.
"Jadi, mau hadiah apa?" Pertanyaan Dana membuat Adhara berfikir sejenak.
"Hadiahnya Adhara simpen dulu deh Pa, kalau kepikiran mau sesuatu baru Adhara bilang."
"Oka deh. Yaudah, yuk pulang sama Papa. Udah selesai kan?" Adhara mengangguk mendengar pertanyaan Papa nya.
Sebelum pergi ia pun mengirimkan pesan terlebih dahulu pada Cita bahwa dia telah pulang bersama Papa nya.
Adhara lalu berjalan beriringan dengan Papa nya dengan tawa dan canda yang menghiasi keduanya. Adhara bahagia masih ada Papa nya yang selalu ada untuk dia.
To be continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]
Teen FictionIni kisah Adhara yang memiliki kakak dan juga adik. Punya saudara kembar yang akrab denganmu adalah idaman semua orang. Namun ini Adhara dan Adhina yang entah mengapa seperti berjarak padahal keduanya adalah seorang saudara kembar. Sosok kakak yang...