Adhara baru kembali ke rumahnya ketika langit sudah gelap. Seharian tadi dia kabur menuju warkop yang dulu suka dipakainya nongkrong semasa SMA.
Saat ingin memasuki gerbang setelah turun dari ojek online yang membawanya sampai ke rumah, Adhara melihat sebuah mobil yang sangat ia hafal.
"Kayak mobilnya Sagara. Tapi, kalau dia mau kesini pasti telfon atau chat sih. Dari tadi gak ada notif," ujar Adhara namun tetap melangkah masuk ke dalam rumah.
Dari pintu masuk sudah terdengar banyak sekali suara. Bukan hanya Ares namun ada juga suara Janu, Sagara, Nakula bahkan Cita? Adhara benar-benar bingung, ada apa semua orang ke rumahnya.
"ADHARA!!!" teriak Cita lalu langsung berhambur ke peluk an nya.
Adhara yang terkejut pun memeluk balik sahabatnya itu.
"Kenapa sih?" Tanyanya bingung.
"Kenapa-kenapa, lu tuh dari mana aja?" Tanya Cita dengan sedikit sewot lalu melepaskan pelukannya.
"Oh, itu ke warkopnya Bang Barja Cit, gua ngobrol banyak sama dia, sekalian nanya siapa ketua basis SMA kita sekarang, dan keasikan anjir dari pagi sampe malem." Adhara bercerita dengan antusias.
"Lu tuh kalau mau kemana-mana kabarin Adhara! Handphone lu juga gak aktif."
Adhara yang mendengar itu pun dengan segera mengecek ponselnya dan benar saja mati. Ah, dia baru ingat setelah pergi akibat ucapan Ares dia langsung mematikan ponselnya tidak ingin ada yang mengganggu.
"Eh iya gua matiin tadi, maaf." Adhara menyengir.
"Jangan minta maaf sama gua, tuh cowok lu panik banget balik kampus langsung samperin gua di cafe dan ngajak keliling nyari lu. Tapi, gua gak kepikiran warko Bang Braja."
Setelah mendengar ucapan Cita, Adhara beralih melihat kekasihnya yang sedang duduk di sofa bersama teman-temannya. Mereka semua terdiam. Sagara juga nampak tak ingin melihat nya, seperti nya marah atas sikap dia hari ini.
"Sagara, ayo ngobrol." Adhara berucap.
Sagara yang mendengar itu langsung bangkit dan pergi menuju kamar Adhara bersama gadis itu dengan Adhara yang memimpin.
Adhina yang juga melihat hal itu hanya berdecak kesal.
"Jangan berbuat zina!" Ujar Janu.
"Kalau ada suara aneh, gua dobrak." Nakula menyahut.
"Bangsat!" Balas Sagara.
Adhara membuka pintu kamarnya lalu mempersilahkan Sagara untuk masuk. Ia memang sengaja memilih kamar miliknya untuk berbicara secara tertutup dengan Sagara. Ia tidak ingin di dengarkan orang lain saat sedang membicarakan masalah mereka.
"Seharian cari aku?" Tanya Adhara yang sudah duduk diatas kasurnya.
Adhara melihat Sagara yang masih berdiri dan menatap satu per satu frame foto diatas meja belajar Adhara. Foto dia dengan orang tuanya dan foto dia sendiri.
"Sagara duduk sini. Aku mau ngomong," ujar Adhara sambil menepuk kasur disebelah nya.
Sagara yang mendengar itu pun berjalan ke arah Adhara dan menuruti nya untuk duduk disampingnya gadis itu.
"Tadi seharian cari aku?" Adhara mengulang pertanyaan nya.
"Hm."
"Maaf gak ngabarin bahkan handphone nya gak aktif."
Sagara diam. Ia benar-benar marah karena Adhara hari ini berhasil buat dia panik. Dia gak tau lagi harus apa kalau sampai Adhara kenapa-kenapa.
"Kamu tau gak? Kalau aku sayang banget sama kamu. Gak mau kehilangan atau apapun itu." Adhara berucap dengan sambil menahan air mata. Ia ingat ucapan sang kakak tadi pagi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]
Fiksi RemajaIni kisah Adhara yang memiliki kakak dan juga adik. Punya saudara kembar yang akrab denganmu adalah idaman semua orang. Namun ini Adhara dan Adhina yang entah mengapa seperti berjarak padahal keduanya adalah seorang saudara kembar. Sosok kakak yang...