Suara alunan lagu terdengar memenuhi ruangan, seorang gadis bergeliat merasa terusik dibawah selimut tebalnya.
Adhara meraih benda pipih itu yang terletak diatas nakas sebelah tempat tidurnya.
Setelah mematikan alarm yang biasa ia set supaya tidak terlambat bangun itu, Adhara pun terduduk. Mengedarkan padangan dan melihat jam di dinding yang baru menunjukkan pukul 7 pagi.
Kepalanya sangat pening sekarang, ia baru saja tertidur ketika jam menunjukkan pukul 3 pagi. Tidurnya belum cukup.
Hari ini ia masih harus berangkat ke kampus karena ada jam mata kuliah, namun tubuhnya terasa begitu pegal akibat acara dua yang menghabiskan dua hari lamanya.
"Izin aja lah, masih ada jatah izin ini." Adhara berucap pada dirinya sendiri kemudian mengetik an beberapa pesan kepada Cita untum mengizinkannya hari ini karena tubuh Adhara merasa kurang enak.
Selepas itu Adhara bangkit dan turun ke bawah untuk menuju dapur karena tenggorokan nya terasa begitu serak.
Adhara yang bingung karena tidak menemukan sosok Bi Hawa yang biasanya sudah bangun pun tersadar bahwa beliau sudah izin sejak 5 hari yang lalu untuk menjaga anaknya yang terkena demam berdarah.
"Laper ," ujar Adhara pada dirinya sendiri. Dia pun kemudian mengambil beberapa bahan yang ada di kulkas lalu mulai mempersiapkan segala bahan untuk membuat nasi goreng.
Hanya itu makanan yang Adhara bisa buat. Ia belum pernah belajar membuat masakan yang lain, mungkin nanti ia akan minta ajari Bi Hawa.
Gadis itu kemudian mulai memotong bakso, sosis , bawang dan cabai. Tak lupa mengocok tiga butir telur. Porsinya sedikit banyak, mungkin nanti Ares dan teman-temannya lapar setelah semalam asik mabuk. Mereka semua pasti akan bangun dalam keadaan pusing. Adhara tak bisa membayangkan nya.
20 menit kemudian nasi goreng buatnya jadi. Adhara lalu mengambil piring dan mulai melahapnya. Gadis itu makan sendirian sambil pikirannya melayang mengingat kejadian semalam dimana Sagara berkata jujur padanya. Pagi ini pasti Sagara terbangun tanpa mengingat apapun. Termasuk ucapan yang cowok itu katakan. Adhara juga gak berniat mengungkit.
15 menit berlalu piring Adhara sudah kosong. Nasi goreng nya sudah masuk ke dalam pencernaan. Gadis itu lalu berlalu membawa piring bekas makannya ke wastafel dan mencucinya. Ini kebiasaan yang dari kecil Adhara lakukan. Hal ini juga meringankan pekerjaan Bi Hawa.
Sedang sibuk mencuci piring, terdengar suara seseorang menarik kursi makan lalu duduk disana. Adhara lebih dulu menyelesaikan mencuci piringnya kemudian meletakan di rak sebelah wastafel. Rak yang sering dipakai untuk meletakan beberapa perabotan yang baru dicuci sebelum masuk ke lemari penyimpanan.
Di kursi sudah ada Sagara yang duduk sambil menatap nya dengan intens. Ternyata cowok itu yang menghasilkan suara tadi.
"Dimakan," ujar Adhara sambil menunjuk nasi goreng buatan nya. Gadis itu lalu bersiap untuk keluar membeli beberapa hal. Namun, Sagara lebih dulu menahan pergelangan tangannya. Adhara yang melihat itu hanya bisa terdiam.
"Lo mau kemana?" Tanya Sagara dengan tatapan dan perasaan yang penuh harap supaya Adhara berhenti menjauhinya.
"Pergi." Adhara menjawab dengan singkat. Ia benar-benar tidak bisa berlama-lama didekat Sagara. Perasaannya benar-benar berat.
"Masih hindari gua? Salah gua apasih?" pertanyaan ini membuat Adhara semakin bingung. Ia lalu menggelengkan kepala dan kemudian menatap Sagara yang ternyata juga menatapnya. Sedari tadi Adhara memang membuang tatapannya ke segala arah selain mata Sagara. Adhara lemah dengan tatapan cowok itu.
"Gua yang salah." Adhara berucap lalu melepaskan genggaman Sagara dipergelangan tangannya lalu berjalan pergi keluar rumah dan sosoknya hilang memasuki sebuah mobil. Mobil milik sang Mama yang sengaja ditinggalkan.
Sagara memandang kepergian Adhara dengan sendu. Ia rindu sekali bisa berada didekat gadis itu, meledeknya atau sekedar membuat Adhara marah. Ia benar-benar ingin memakan dessert bersama lagi, melihat betapa bahagianya Adhara memakan makanan manis tersebut. Sagara benar-benar merindukan Adhara.
Sedang sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba suara sahabatnya pun terdengar menuruni tangga.
"Widih masak nasi goreng lo?" Tanya Janu sambil duduk disalah satu kursi diikuti Nakula dan Ares.
Sagara menatap mereka semua lalu ikut menyusul duduk dikursi yang masih kosong.
"Bukan gua."
"Oh beli?" Tanya Nakula.
"Bukan juga," balas Sagara dengan nada suara yang lemas.
"Lah terus kalau bukan semua ini dari siapa? Nyolong ya lu!" Ujar Janu yang dihadiahi pukulan di kepalanya menggunakan sendok oleh Sagara.
"Ini buatan Adhara. Dia tadi masak buat kita," balas Sagara. Keduanya lalu mengangguk mengerti.
Keempat cowok itu lalu mulai mengambil nasi goreng buatan Adhara dan memasukan satu sendok pertama kedalam mulutnya masing-masing. Tak bohong, nasi goreng buatan Adhara sangat lezat walau terlihat sederhana dan biasa.
"Enak banget anjir," ujar Janu.
"Setuju!" Sahut Nakula.
Sagara hanya tersenyum. Ia benar-benar tak menyangka Adhara bisa membuat nasi goreng seenak ini.
"Lo kenapa lemes banget?" Tanya Janu pada Sagara.
"Dari kemarin lo gini, kenapa sih?" Nakula menimpalinya.
"Cerita. Lo pendem sendiri gak buat semua baik-baik aja. Otak lo meledak yang ada," sambung Ares. Kali ini dia benar-benar sudah tak tahan melihat Sagara yang seperti tak bernyawa.
"Adhara jauhin gua," ujar Sagara.
"Lo galau kayak mayat hidup gara-gara ini?" Janu memastikan yang diangguki Sagara.
"Najis bulol gak ketulungan. Belum jadian aja udah gini lo bangke!" Ucap Janu lagi.
"Lo ada salah kali," ujar Nakula sambil kembali memasukan suapan berikutnya kedalam mulut.
"Gak ada. Gua pernah tanya ke dia kenapa dia jauhin gua, dia bilang ini yang gua mau. Demi apapun gua gak pernah suruh dia pergi. Dan tadi, gua tanya apa salah gua, dia bilang dia yang salah. Gua gak ngerti. Gua gak bisa jauh gini dari dia anjing." Sagara bercerita semuanya.
Ares menatap Sagara dalam. Nakula dan Janu pun melakukan hal yang sama.
"Coba bicara in lagi sama dia." Janu berucap.
"Dia selalu menghindar dari gua, gimana bisa gua minta dia bicara sama gua?" Sagara berucap dengan nada lelahnya. Terdengar sekali bahwa cowok itu frustasi.
Ares meletakan sendok nya kemudian menuangkan air kedalam gelas yang sudah tersedia dimeja dan meneguknya.
"Usaha dulu anjing," umpat Ares.
"Nah bener tuh, usaha dulu. Sekarang Adhara butuh waktu mungkin buat mikirin semua yang terjadi. Gua nebaknya ada salah paham." Nakula menambahi.
"Nah iya, usaha dulu. Cepet-cepet deh lu obrolin, salah paham gini bikin masalah banget." Janu berucap yang diangguki Sagara.
"Makasih , ya saran dan masukannya. Lo semua cocok jadi host diacara katakan putus," ujar Sagara.
"Udah serius anjing pembicaraan kita, lo ngerusak!" Ujar Janu yang kesal.
Keempatnya lalu melanjutkan sarapan mereka kemudian dilanjutkan dengan menghabiskan waktu bermain game diruang tidur Ares. Mereka semua berniat menghibur Sagara yang tengah dilanda sedih akibat dijauhi Adhara.
To be continue..
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]
Fiksi RemajaIni kisah Adhara yang memiliki kakak dan juga adik. Punya saudara kembar yang akrab denganmu adalah idaman semua orang. Namun ini Adhara dan Adhina yang entah mengapa seperti berjarak padahal keduanya adalah seorang saudara kembar. Sosok kakak yang...