#50 Teror

494 61 3
                                    

Adhina menatap tajam foto seseorang yang saat ini akan menjadi targetnya untuk ia hancurkan.

Adhina lahir sebagai anak biasa, namun seiring berjalannya waktu ia berubah menjadi seseorang yang bisa menjadi berbahaya juga.

Gadis itu mengingat kejadian semalam yang benar-benar membuat dirinya semakin benci dengan seseorang difoto itu. Seseorang yang entah kenapa lahir sebagai saudara kembar dia.

Adhara.

Nama itu adalah nama yang Adhina benci sekarang.

"Kalau gua gak bisa dapetin Sagara, lo juga gak boleh." Adhina berucap dengan tatapan mata yang sudah dipenuhi rasa amarah, obsesi dan dendam.

Flashback on*

Gadis bernama Adhina berlari dengan sekuat tenaga, menyerahkan semuanya kepada kaki-kaki yang menuntun arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis bernama Adhina berlari dengan sekuat tenaga, menyerahkan semuanya kepada kaki-kaki yang menuntun arahnya.

Adhina tidak ada tujuan. Tapi, memang yang terpenting saat ini bagi dia adalah berlari sejauh mungkin setelah mendengar sebuah penolakan secara langsung dari orang yang dia sayangi.

Ini pertama kalinya dia tidak mendapatkan apa yang dia mau. Adhina tidak suka jika keinginannya tidak dipenuhi. Dari kecil, gadis itu selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Segalanya dapat ia miliki. Dan dia juga ingin memiliki cowok bernama Sagara yang sudah berhasil membuatnya jatuh cinta.

"Adhara sialan!" Umpatnya ke arah laut. Udara malam cukup dingin, dengan posisi dia yang berada diatas sebuah jembatan. Namun dinginnya udara tidak juga mampu menyakitinya.

Hati Adhina jauh lebih sakit sekarang. Mungkin rasanya sudah bebal. Tak bisa merasakan sakit secara nyata dipermukaan kulitnya yang terus terkena terpaan angin sejuk.

"Gua benci lo!" Umpatnya lagi.

Adhina tertawa seperti orang yang tidak waras. Beberapa orang yang lewat saat itu menatapnya dengan aneh.

Beberapa saat kemudian Adhina menangis.

"Gua harus milikin lo Sagara!" Umpatnya lagi kepada angin malam.

Gadis itu lalu naik ke atas pembatas jembatan. Katakanlah ia tidak waras. Namun baginya sekarang, tidak bisa memiliki Sagara membuat dia merasa tidak berguna jika hidup. Sagara adalah hidupnya, saat hidupnya tidak ada lebih baik dia pergi untuk selamanya.

"Gua akan pergi untuk selamanya."

Adhina memejamkan matanya, tak lupa merentangkan tangan dan bersiap untuk terjun saat itu juga. Sampai akhirnya ada seseorang yang datang dan menarik tangan dia.

"Ngapain kamu?" Tanyanya dengan tegas. Nafas orang itu memburu, tatapannya khawatir.

"Bang Ares?? Ngapain kakak kesini? Biarin aku mati kak! Kalau aku gak bisa dapetin kak Sagara, untuk apa aku hidup?" Ucapan Adhina membuat Ares merasakan sakit dihatinya.

Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang