Ini sudah dua minggu sejak Adhara dirawat, dan dia hari ini sudah diperbolehkan untuk pulang karena luka diperutnya juga sudah membaik.
"Loh Mama, Papa, sama Adhina mana?" Tanya Adhara dengan bingung karena sang kakak hanya datang sendirian untuk menjemput nya.
Cita, Ares dan Sagara saling pandang satu sama lain. Seakan sedang menyusun jawaban yang tepat kepada Adhara.
"Eum-.. jadi gini Dhar.." Cita mulai mendekati sahabatnya.
Ares hanya diam ditempat bersama dengan Sagara yang berdiri beberapa langkah dari ranjang yang tengah Adhara duduki.
"Mama sama Papa lo ke bandara."
"Bandara? Mau kemana?"
"Anter Adhina."
"Adhina mau kemana?" Tanya Adhara lagi.
Cita lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia bingung harus menjelaskan dari mana. Ia menghela nafas untuk meyakinkan diri.
"Adhina dihukum sama bokap lo karena lakuin ini semua ini ke lo. Dia dikirim ke Australia untuk lanjut kuliah disana."
Adhara yang mendengar itu pun terkejut bukan main. Kenapa tidak ada yang pernah cerita sama dia soal ini dari awal? Kenapa baru cerita ketika dia mendesak untuk diceritakan?
"Dan lo tau semua ini dari lama?" Tanya Adhara pada Cita.
"Tiga hari yang lalu, dari kakak lo."
"Bang Ares? Sagara?" Tanya Adhara.
"Aku juga tiga hari yang lalu." Sagara menjawab.
"Bang?" Adhara meminta penjelasan pada sang kakak.
"Maafin kita gak cerita ke kamu dari awal. Tapi ini demi kesembuhan kamu. Abang tau kalau kamu kita beritahu ini dari awal, kamu akan kepikiran dan buat kesembuhan kamu terhambat." Ares menghampiri adiknya itu
"Bang aku gak kenapa-kenapa kalo Abang cerita ini dari awal. Dan aku pasti akan tidak setuju soal hukuman ini. Adhina pasti gak akan bahagia Bang dengan cara ini."
"Adhina menerima hukuman ini Dhar, kamu gak usah khawatir."
"Gak khawatir? Adhina gak pernah jauh dari Mama, Papa dan Abang dalam waktu yang lama. Dia pasti takut, dia pasti-.." ucapan Adhara terpotong oleh Ares yang tiba-tiba memeluknya.
"Stt..hei! Adhina akan baik-baik aja. Ini langkah awal untuk dia menjadi lebih mandiri dan dewasa. Disana dia masih dalam pengawasan Papa, kamu jangan khawatir."
"Aku mau ketemu dia."
Ucapan final Adhara diangguki Ares. Mereka semua lalu membatalkan tujuan utama mereka yang hendak menuju kediaman Dana menjadi bandara tempat dimana Adhina saat ini berada dan akan meninggalkan negara kelahirannya.
Selama diperjalanan Adhara tak henti-hentinya mengigit kuku dia guna menghilangkan rasa gugup. Disebelahnya ada Sagara yang menyetir mobil dan menggenggam tangan sang kekasih untuk menyalurkan ketenangan.
Sementara Cita dan Ares hanya memandang sendu Adhara. Gadis itu bener-bener sosok kakak yang baik, sampai masih memikirkan kebahagiaan sang adik. Padahal jika Cita itu Adhara dia gak akan sudi bertemu lagi dengan Adhina. Anggap saja dia kejam, tapi siapa juga yang mau bertemu dengan orang yang hampir membunuh kamu? Aneh. Adhara itu aneh menurut Cita.
--
Adhina mengecek segala barang bawaannya."Udah semua?" Tanya Resya pada putri bungsunya.
"Udah Ma," balasnya.
"Kalau ada yang ketinggalan kabarin aja nanti Papa kirim dari sini pake jasa pengantaran," usul sang Papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]
Novela JuvenilIni kisah Adhara yang memiliki kakak dan juga adik. Punya saudara kembar yang akrab denganmu adalah idaman semua orang. Namun ini Adhara dan Adhina yang entah mengapa seperti berjarak padahal keduanya adalah seorang saudara kembar. Sosok kakak yang...