1 tahun kemudian...
Adhara berjalan dengan tangan yang membawa sebuah bucket berisikan makanan manis dengan tangan yang satu menenteng sebuah paper bag.
Hari ini cuaca benar-benar cerah, sangat pas sekali dengan suasana wisuda yang diadakan hari ini.
"Woi!" Teriak Cita mengejutkan dia dari belakang.
Adhara yang tengah berjalan dengan santai pun terkejut dengan kehadiran sang sahabat.
"Pacarnya wisuda, kakak wisuda, penampilan lu kucel banget kayak abis lari muterin lapangan."
Ucapan Cita benar adanya. Penampilan Adhara saat ini tidak menunjukkan tanda-tanda menyambut pacar dan kakak yang sedang wisuda. Gadis itu memakai kemeja kotak-kotak sebagai outer dengan kaos oblong didalamnya. Oh jangan lupakan celana jeans kebanggan dia yang sudah beberapa kali terkena putung rokok.
"Gak usah hina gua. Gua udah kesini aja bersyukur," balas Adhara.
"Ya lo harus kesini lah, emang lo berniat gak dateng?" Tanya Cita sambil keduanya berjalan menuju tempat parkir mobil milik Cita. Tadi keduanya datang tak bersama.
Adhara datang lebih dulu setelah mengambil beberapa hadiah untuk Sagara. Sementara Cita menyusul demi permintaan sang sahabat.
"Iya, males gua. Mumpung libur kan mending tidur dirumah," jawab Adhara dengan santai.
"Gua semakin bingung dengan gaya pacaran lu sama Sagara."
"Intinya kita gak ribet, gak nuntut, dan enjoy aja."
"Ya serah lu," balas Cita.
Tak terasa keduanya sudah sampai dimobil milik Cita. Adhara membuka pintu bagasi mobil sahabatnya itu lalu dia duduk disana sambil memainkan ponsel.
"Jadi tujuan lu nyuruh gua kesini?" Tanya Cita.
"Gua butuh mobil lu buat duduk gini sambil nunggu mereka selesai."
"Emang anjing," balas Cita dengan sewot. Sungguh tujuan Adhara tidak penting. Dia sudah membayangkan Adhara meminta dia datang untuk membantu gadis itu membuat kejutan tapi ternyata salah.
30 menit mereka menunggu, sosok yang menjadi alasan Adhara bela-belain datang padahal lebih menggiurkan tidur dirumah pun terlihat.
Sagara menghampiri dia dengan senyum merekah. Adhara melihat sang kekasih yang terbalut pakaian wisuda berwarna hitam, ia benar-benar bangga melihat nya.
Adhara sangat tau betapa sulitnya Sagara berjuang dalam menyelesaikan tugas akhir skripsinya. Gimana cowok itu yang dihadapkan dengan revisi berkali-kali, benar-benar sampai tak ada waktu untuk makan, berlari kesana-kemari menyelesaikan segala hal, bahkan untuk waktu bertemu dengan dia aja sampai Adhara harus menghampiri cowok itu kerumahnya.
Dan hari ini, Adhara benar-benar ikut bahagia melihat semua perjuangan Sagara membuahkan hasil yang manis.
"Aku kangen," ujar Sagara sambil memeluknya dengan erat.
"Maaf aku gak sempet pakai kebaya kayak pacar orang ya yang," Adhara berucap rasa tidak enaknya.
Sagara terkekeh dalam pelukan. Dia lalu melepaskan pelukannya itu.
"Tetep cantik ah. Lagian kamu pakai apa aja juga cantik. Makasih ,ya udah dateng. Aku tau banget kamu pasti tadinya mau rebahan aja dirumah," tebak Sagara.
"Emang. Terus aku jadi berubah pikiran gara-gara Erlang bilang," jawab Adhara.
"Bilang apa?"
"Dia bilang 'kalo kata gua Dhar, lu dateng aja. Kalau gak dateng, jangan salahin cowok lu sampai dia kepincut cewek cantik disana. Wisuda kan pada cantik-cantik banget.' babi banget gak sih? Aku langsung aja buru-buru kesini naik ojek mobil. Bukannya gaya, tapi aku takut bau matahari kalo naik ojek motor. Terus nyuruh Cita kesini biar aku nunggunya adem dimobil dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]
Ficção AdolescenteIni kisah Adhara yang memiliki kakak dan juga adik. Punya saudara kembar yang akrab denganmu adalah idaman semua orang. Namun ini Adhara dan Adhina yang entah mengapa seperti berjarak padahal keduanya adalah seorang saudara kembar. Sosok kakak yang...