Adhina Danarena. Gadis yang cukup dikenal dengan sifatnya yang lugu, polos, lembut dan cantik ini tengah menatap kue buatannya yang tengah dipanggang dari oven.
Setelah kegiatannya lari pagi sebentar, dia memutuskan untuk kembali ke rumah dan membuat sebuah cookies. Sebetulnya, ia tidak pandai membuat dessert, tapi dia berusaha mencoba nya karena seseorang yang akhir-akhir ini selalu berlarian dalam fikiran dia.
Seseorang yang selalu saja menjadi alasan di setiap debaran jantung Adhina yang tidak normal.
"Pagi Adik Abang," ucap seseorang sambil mengelus pucuk kepala lalu mengecup nya.
"Pagi Abang," balasnya dengan senyum.
"Tumben udah bangun, hm?"
Ares menatap adik bungsunya itu. Ia benar-benar sayang dengan Adhina melebihi apapun. Kalau ada sesuatu yang dia punya dan bisa di kasih asal Adhina baik-baik saja, ia rela memberi apapun.
"Iya tadi aku lari pagi bentar terus bikin kue."
Ares menyeritkan dahi bingung. Adhina ini tidak pernah lari pagi semenjak kejadian dia hampir pingsan saat ikut kembarannya lari pagi.
Lalu soal membuat kue, Adhina tidak pernah membuat kue. Selain karena dia tidak bisa, Adhina juga bukan orang yang suka makanan manis sama sepertinya. Kecuali Adhara. Ares tau, adik nya yang satu itu sangat menyukai makanan manis. Oh bahkan addicted sekali.
"Bukannya kamu ga-.." ucapan Ares terpotong dengan datangnya kedua teman atau bahkan bisa dikatakan sahabat cowok itu juga.
Ares sudah cukup lama mengenal Nakula, Janu dan Sagara. Mungkin sejak mereka duduk dibangku SMA hingga saat ini berada disemester tua.
"Widih wangi bener nih," ujar Nakula.
"Adhina bikin apa?" Tanya Janu.
Adhina kemudian tersenyum melihat teman-teman kakaknya.
"Cookie." Adhina menjawab kemudian beralih mengangkat kue buatannya yang sudah matang karena terdengar suara dari oven yang artinya sebagai pengingat kalau makanan yang didalam sudah matang.
"Tara!" Ujar Adhina sambil menunjukkan kue buatannya pada aren dan teman-temannya.
"Widih, kita cobain ya." Ares berucap sambil mengambil satu buah cookie diikuti yang lainnya.
"Enak gak?" Tanya Adhina.
"Enak kok," balas Ares.
"Bener. Ini enak." Janu ikut menimpali.
"Wah ini sih kesukaannya Sagara. Makanan manis," ujar Nakula.
"Oh ya? Kak Sagara suka makanan manis?" Tanya Adhina. Sejujurnya, Adhina sudah tau fakta itu. Dan cowok itulah alasan Adhina membuat cookies ini. Ia ingin menarik perhatian cowok itu. Ya, Adhina jatuh cinta pada Sagara.
Saat sedang asik memuji cookies buatan Adhina, dua orang yang baru saja menyelesaikan sarapannya datang. Dua orang yang satunya ingin dekat, namun yang satunya masih menjaga jarak.
"Sagara! Adhara! Sini!" Suara Nakula memangil dua orang yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
Sagara dan Adhara pun menoleh ke arah dapur yang sudah ramai.
"Mau ikut?" Tanya Sagara pada Adhara.
"Gak deh, lo aja." Adhara menjawab tanpa minat. Ia tidak kuat melihat ke akrab an Ares dan Adhina. Sungguh menyakitkan dari mendapat ulangan C.
"Udah ikut aja, gua maksa." Sagara tersenyum memandang wajah sebal Adhara sambil menarik pergelangan tangan gadis itu dengan lembut.
"Tadi nanya. Tiba-tiba maksa. Aneh." Adhara berucap dengan wajah malasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]
Ficção AdolescenteIni kisah Adhara yang memiliki kakak dan juga adik. Punya saudara kembar yang akrab denganmu adalah idaman semua orang. Namun ini Adhara dan Adhina yang entah mengapa seperti berjarak padahal keduanya adalah seorang saudara kembar. Sosok kakak yang...