#43 Biarin Aku Egois

476 62 3
                                    

Ares bangun dari tidurnya. Kepala nya masih pening, namun dia harus memaksakan diri nya untuk bangun karena dia harus pergi menuju kampus dan mengumpulkan tugas akhir di semester ini yang belum ia kumpulkan.

Kepalanya terasa pening, ia baru tidur selama 3 jam. Semalam Ares benar-benar tidak bisa tidur. Pikirannya berkecamuk, memikirkan ucapan dan permintaan Adhina padanya.

Sebagai mahasiswa semester 6, Ares sudah dipusingkan dengan beberapa urusan kampusnya, sekarang ia harus memikirkan permintaan sang adik juga.

Perlu kalian ketahui, untuk mahasiswa semester 6 ke atas seperti Ares, ujian dilaksanakan sehari lebih cepat dari yang lain, dan hari ini pun ketika semua orang banyak yang sudah terbebas dari ujian, Area dan teman-temannya yang lain masih harus disibukkan dengan beberapa tugas yang harus mereka setorkan.

Sebetulnya, semua juga seperti itu. Tapi, entah kenapa Ares merasa lebih berat ketika ia menginjak semester 6 ini.

"Argh! Pusing!" Ujar Ares sambil menarik rambut-rambut nya guna menghilangkan rasa pening kepala.

Cowok itu lalu bangkit dari atas kasur kemudian bersiap.

Hanya butuh waktu 30 menit, Ares sudah siap dan rapih. Cowok itu kembali mengecek penampilan nya terlebih dahulu sebelum kemudian turun ke bawah untuk sarapan sebelum berangkat.

Hari ini, ia akan ke kampus sendiri. Tanpa Adhina sang adik. Gadis itu semalam bilang bahwa ingin pergi ketika pagi-pagi sekali menuju kediaman Sagara untuk membawakan cowok itu sarapan.

Ares menutup pintu kamarnya, lalu menuruni anak tangga yang ada di rumah nya. Cowok itu berbelok menuju dapur dan mendapati Adhara yang tengah menyantap makanannya.

Ia melihat ke sekeliling yang sudah sepi. Pasti kedua orang tua mereka sudah berangkat bekerja. Papa nya menuju kantor, dan Mama nya ke butik.

Adhara terdiam. Ia enggan menatap sang kakak. Berada di situasi berdua seperti ini benar-benar sangat tidak enak. Rasanya canggung sekali.

Ares terlihat mengambil roti lalu mengoleskan selai diatas permukaannya kemudian menyatap dengan wajah yang seperti memikirkan sesuatu.

"Gua perlu ngomong." Ares berucap tiba-tiba. Adhara yang mendengar itu langsung menatap Kakak nya dengan serius. Tumben sekali Ares mau berbicara padanya, dan jika itu sampai terjadi pasti ada hal yang sangat penting.

"Ngomong apa Bang?" Tanya Adhara sopan.

"Jauhin Sagara, putusin dia."

Adhara yang mendengar ucapan Ares pun terkejut. Ia benar-benar tidak mengerti kenapa kakaknya itu berkata hal demikian.

"Maksudnya? Kenapa?"

"Adhina suka dia." Ah soal ini, Adhara sudah tau.

"Adhara tau itu," balas Adhara.

"Terus kenapa masih maju sampai lu ada perasaan dan kalian pacaran, padahal lu tau kalau adik lu ada perasaan juga sama dia." Ares berucap serius sambil menatap tajam Adhara.

"Bang, kenapa sih semua hal yang bisa aku dapetin ketika Adhina juga menginginkan nya aku harus ngalah sama dia? Bang aku juga berhak dapet kebahagiaan." Adhara benar-benar sudah tidak tahan. Ia meluapkan semuanya.

"Dari awal lo tau kalo Adhina beda dari kita Adhara! Kenapa lo gak bisa sih ngalah demi dia? Adhina udah sengsara dari kecil dengan penyakit nya Dhar!" Suara Ares meninggi.

"Gua harus ngalah sampai kapan Bang? Sampai ketika gua udah punya suami, terus Adhina jatuh hati sama suami gua kelak, gua harus ceraikan suami gua nanti? Gitu?" Ujar Adhara dengan emosi yang memuncak. Bahkan gadis itu mengubah kosa kata dalam berbicara dengan Ares menjadi tidak formal.

Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang