Sagara Mahesa Rajendra. Dikenal sebagai prince of FEB. Tergabung dalam Himpunan di kampus, termasuk juga mahasiswa aktif dibandingkan ketiga teman-teman nya.
"Lo kemarin kemana?" Tanya Sagara pada Ares.
Mereka ber-4 sudah menyelesaikan mata kuliah di jam pertama. Mata kuliah Auditing II yang sungguh memeras energi. Dan saat ini mereka semua berniat menuju perpustakaan untuk mengerjakan pekerjaan kelompok.
"Ya gak kemana-mana," balas Ares.
"Tau, aneh lo! Nanya nya gak jelas," Sahut Janu.
"Emang kenapa sih?" Nakula bertanya penasaran.
"Enggak, itu kemarin Adhina minta gua anterin dia katanya lo ada urusan. Perasaan urusan lo kan cuma fokus jagain Adhina, heran aja sampai gak bisa anterin." Penjelasan Sagara membuat Nakula dan Janu jadi penasaran.
"Oh itu, gua bawa motor kemarin terus udah germis mau hujan gede, dan gua kejebak di cafe yang deket FH abis kerja kelompok di sana."
(Fyi: FH itu Fakultas Hukum)
"Lah? Biasanya kalau lo ada kerja kelompok gitu, Adhina selalu lu anter balik dulu, dan juga jadwal Adhina udah kelar dari jam 3." Janu berucap dengan bingung.
"Bener juga lo," timpal Nakula.
"Gak tau, Adhina bilang ada kerja kelompok juga dan baru kelar sekitar jam 6 gitu." Ketiganya lalu mengangguk mendengar penjelasan Ares.
Tak terasa, keempat cowok itu pun sudah sampai di perpustakaan. Mereka lalu men-scan terlebih dahulu sebagai bukti pengunjung perpustakaan hari itu menggunakan kartu mahasiswa mereka.
Setelah selesai, mereka semua memilih tempat yang sedikit privasi, agak jauh dari pintu masuk dan nyaman.
Di sisi lain, Adhara tengah menatap deretan judul buku yang berada di bagian 'Akuntansi.' ia mendapat tugas untuk membuat makalah dan harus mencari bahan nya lewat perpustakaan.
"Jujur sama gua, apa yang terjadi kemarin sampai banyak anak-anak yang gosipin lo sama Kak Sagara." Itu suara Cita yang sedari tadi terus saja mengoceh perihal gosip tentang Adhara dan Sagara yang masih terus menyebar bahkan hari ini lebih parah. Mungkin kalau fakultas mereka ada sistem trending topic , hal itu berada diurutan pertama.
"Aduh pertanyaan lo dari tadi itu mulu. Bosen gua. Yang jelas gak ada apa-apa, udah." Adhara berucap final. Namun jawaban itu tak membuat Cita puas.
"Ah bohong! Ayolah cerita, gua penasaran nih. Kalau gak ada apa-apa buat apa sampe heboh?"
"Ya itu sih emang anak fakultas kita aja yang berlebihan dalam menanggapi sesuatu. Atau mungkin karena ini menyangkut Sagara, yang katanya itu prince of FEB. Padahal aslinya, cuih gak banget." Ucapan Adhara membuat Cita semakin penasaran.
"Kan lo bahkan gak sebut dia dengan embel-embel 'kak.' udah jadian ya lo? Tega banget gak bilang-bilang pas PDKT nya. Lo anggap gua apa sih?" Cita berucap dengan dramatis.
Adhara hanya menggelengkan kepalanya pusing. Heran sekali memiliki sahabat seperti Cita.
"Duh Cita, jadian sama dia? Duh gak akan ada dalam list hidup gua." Usai menjawab itu, Adhara mengambil buku yang dia cari kemudian berbalik untuk kembali ke tempatnya. Namun tubuhnya malah bertabrakan dengan seseorang yang menjadi bahan obrolan mereka tadi.
Ya, Sagara. Cowok itu sudah berada di sana dan mendengarkan segala percakapan Cita dan Adhara.
"Mampus kak Sagara!" Ujar Cita. Sumpah demi apapun, Cita juga gak sadar kalau ada Sagara di sana.
"Ngomongin gua?" Ujar Sagara sambil menaik turunkan alis nya.
"Berisik!" Adhara berucap lalu segera pergi meninggalkan Sagara yang diikuti oleh Cita dibelakang nya.
Sesampainya ditempat mereka, sial bagi kedua gadis itu karena tempat mereka itu berdekatan dengan tempat Sagara serta teman-teman nya. Bahkan Adhara juga melihat kakak nya di sana.
"Mimpi buruk apa lagi gua liat Abang lo yang brengsek itu di sini." Cita berbisik.
Cita memang tidak menyukai Ares karena sifat cowok itu yang menurut dia begitu jahat pada Adhara.
"Dia denger bego," ujar Adhara ketika merasakan Ares yang menoleh ke arah mereka. Kenapa Adhara tau? Karena posisi dia dan Ares bener-bener bersebelahan.
"Biarin, gua sengaja biar dia sadar diri kalo selama ini udah kayak saudara tiri, bener-bener kayak kakak tiri nya cinderella tapi ini versi cowok." Cita berucap lagi sambil menatap tajam Ares yang tengah melihat ke arah dia.
"Berisik! Udah ini ketik," ucap Adhara sambil menuntun kepala Cita untuk fokus ke laptop nya.
Cita yang memang sudah malas dengan Ares pun menuruti Adhara. Gadis itu mulai mengetik mengikuti Adhara.
Saat sedang fokus mengetik makalah nya, tiba-tiba ada tangan yang meletakan sebuah vitamin dan minuman yang dapat menjaga daya tahan tubuh di dekat Adhara.
Gadis itu mendongkak dan melihat Sagara tengah tersenyum sambil menatapnya..
"Apaan?" Tanya Adhara.
"Kemarin lo hujan-hujanan, biar gak sakit."
"Gak butuh," balas Adhara.
"Gua maksa."
"Dasar gila." Adhara berucap dengan kesal.
"Jangan hujan-hujanan lagi," ucap Sagara
"Itu bukan pertanyaan yang ada pilihan dan lo bisa nolak," tambahnya lagi.
Adhara tak menjawab, namun Sagara langsung pergi menuju tempat nya. Cowok itu mendapat tatapan penuh selidik dari beberapa teman-teman nya, terutama Ares.
Cita kembali berbisik pada Adhara. Ia benar-benar ingin tau.
"Gua bener-bener gak yakin kalau lo sama Kak Sagara gak ada apa-apa." Adhara hanya menyimak ucapan Cita dengan mata yang fokus ke laptop dan buku nya.
"Terserah lo. Yang jelas gua udah bilang gak ada apa-apa." Adhara lalu beralih memasukan minuman pemberian Sagara ke dalam tasnya. Karena peraturan perpustakaan mengatakan bahwa tidak boleh makan/minum didalam.
"Masa gak ada apa-apa bisa sampe se perhatian itu," ucap Cita.
"Gua udah bilang dia gila. Dah mending lo kerjain makalah nya, deadline nya dua hari lagi." Adhara berucap final dan Cita pun menurut.
Di meja sebelah mereka, Sagara juga di cerca beberapa pertanyaan dari teman-teman nya yang curiga perihal hubungan dia dengan Adhara.
"Jadian lo?" Tanya Nakula dengan sedikit berbisik.
"Belum."
"Belum berarti akan?" Janu memastikan.
"Mungkin," balas Sagara.
Ares hanya diam. Cowok itu semakin yakin dengan pemikirannya bahwa Sagara menyukai Adhara. Terbukti dari perhatian-perhatian yang cowok itu berikan pada Adhara, sangat jelas bahwa di sana ada sebuah isyarat cinta.
Namun, melihat respon Adhara kepada Sagara sepertinya masih belum ada balasan perasaan di sana. Adhara masih terlihat galak dan seperti biasanya.
"Gimana Res?" Tanya Nakula.
"Hah? Apanya?" Ares bertanya dengan bingung karena tiba-tiba di todong pertanyaan yang konteks nya tidak jelas.
"Sagara sama Adhara."
Ares terdiam sejenak. Ia sebetulnya tidak peduli juga dengan kisah percintaan Sagara. Tapi, ini dengan Adhara. Ah Ares juga tidak terlalu ingin ikut campur.
"Terserahlah," balas Ares.
Sagara hanya tersenyum. Ia tau sebetulnya teman dia yang satu itu sayang dengan Adhara yang posisi nya adik dia, cuma kehalang gengsi aja jadi malu serta bingung untuk mulai mendekatkan diri dan akrabkan diri karena sedari kecil memang Ares selalu bersama Adhina dan dalam otaknya hanya untuk memastikan Adhina baik-baik saja tanpa perduli dan menyadari bahwa adik dia itu ada dua. Masih ada Adhara yang juga butuh perhatian dan figure seorang Kakak di hidup nya.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]
Fiksi RemajaIni kisah Adhara yang memiliki kakak dan juga adik. Punya saudara kembar yang akrab denganmu adalah idaman semua orang. Namun ini Adhara dan Adhina yang entah mengapa seperti berjarak padahal keduanya adalah seorang saudara kembar. Sosok kakak yang...