Hari ini Adhara menjalani jam kuliahnya dengan sambil menahan kantuk akibat semalaman berkendara setelah pergi ke bukit bersama Sagara.
Ia benar-benar bersumpah tidak akan melakukan perjalanan seperti itu lagi ketika esoknya ia ada jam kuliah karena sumpah rasanya Adhara ingin pulang dan langsung tidur.
Namun, harapan saat pulang ingin langsung tertidur seperti sirna begitu saja ketika ia mendapatkan pesan dari Birendra yang menyuruhnya membeli beberapa perlengkapan muai thai bersama Erlang.
"Birendra babi," umpat Adhara ketika sedang berjalan menuju parkiran bersama Cita.
Keduanya sudah usai menjalani jam mata kuliah hari ini dan bersiap pulang.
"Kenapa lu?" Tanya Cita penasaran.
"Pupus sudah harapan tidur , gua disuruh beli peralatan muai thai, bangke emang nih kayak kagak ada orang lain aja." Cita tertawa mendengar ucapan Adhara.
"Yaudah sih ayo gua anter!" Ajak Cita.
"Gak usah, gua sama Erlang. Lo balik duluan aja," ucap Adhara lalu diangguki paham oleh Cita.
"Yaudah ayo gua anter ke sekret." Cita berucap.
"Ayo!"
Cita kemudian mengantarkan Adhara menuju sekret muai thai. Selama diperjalanan, Cita terfikir suatu hal.
"Lo gak izin sama Sagara?" Tanya Adhara.
"Ngapain bego, gua ama dia emang ada apa? Pacaran aja kagak," balas Adhara.
"Ya tapi lo mau pergi sama Erlang."
"Ya terus kenapa?"
"Ah males tolol gini aja gak paham," balas Cita.
"Dih? Aneh lu!" Balas Adhara.
Tak berapa lama ponsel Adhara berbunyi tanda ada pesan masuk.
"Lah panjang tangan nih anak baru diomongin." Adhara berucap, Cita yang penasaran pun menoleh.
"Siapa?" Tanyanya.
"Sagara."
Adhara membuka pesan dari Sagara. Cowok itu menanyakan keberadaannya kemudian mengajaknya pergi bersama. Namun Adhara dengan cepat menolak karena ia ada urusan, setelah itu Sagara mengakhiri obrolan mereka dengan ucapan 'hati-hati'.
"Ngapain?" Tanya Cita.
"Ngajak jalan," balas Adhara.
"Terus lo jawab?"
"Ada urusan." Cita mengangguk paham.
Tak teras keduanya sudah sampai di depan sekret muai thai. Dengan cepat Adhara turun tak lupa mengucapkan terima kasih dan hati-hati kepada Cita.
Sepeninggal mobil Cita, Adhara lalu melangkahkan kakinya memasuki bangunan bercat abu-abu itu.
"WOI BANG BIRENDRA!" teriak Adhara dengan cukup kencang.
Beberapa anggota muai thai yang sedang berlatih atau sekedar bersantai pun menoleh. Mereka semua tidak heran dengan sikap Adhara yang seperti itu. Itu pemandangan yang biasa terjadi.
"Berisik lu!" Balas Birendra.
"Heh kadal! Bisa-bisa nya lo suruh gua yang belanja."
"Lah emang kenapa?" Tanya Birendra.
"Gua mau tidur anjing!" Balas Adhara.
"Tidur mulu hidup lu."
"Mana ada? Hari ini serius ngantuk gua Bang asli, semalem abis nyetir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Sagara, Adhara, dan Adhina [COMPLETE]
Ficção AdolescenteIni kisah Adhara yang memiliki kakak dan juga adik. Punya saudara kembar yang akrab denganmu adalah idaman semua orang. Namun ini Adhara dan Adhina yang entah mengapa seperti berjarak padahal keduanya adalah seorang saudara kembar. Sosok kakak yang...