Tap tap tap ....
"Gue nggak nyangka lo dateng juga, Nerd."
"Just tell me, what you want?!"
"Ssttt! Slow down, girl. Dengan penampilan lo yang begini, mana cocok lawan gue."
Tak menjawab, gadis berkacamata itu melepaskan kacamata, ransel, juga jaket yang ia kenakan dan diletakannya begitu saja.
"What if ... like this?" tanya gadis itu, menatap nyalang ke arah remaja sebaya di hadapannya.
"Wow, nyali lo baja juga rupanya."
"To the point, please!"
"Okey, kalau gitu gue langsung. Sebelumnya, gue peringatin lo jangan pernah deketin Lexy lagi or you got the consequences."
Gadis itu terkekeh miring melihat raut dingin remaja di depannya. Berada di gedung berdebu yang bertahun-tahun terbengkalai, sengaja ia memancing mangsanya ke tempat ini hanya untuk beradu kekuatan.
"Kedua, gue benci sikap lo yang sok dingin, tapi aslinya kayak macan kelaparan."
"Dan ketiga, gue cuma mau bilang kalau ... it's time to remember your bestfriend. Cause he's gone," ujarnya diakhiri tawa keji.
Gadis bergaya rambut messy ponytail itu terdiam seribu bahasa. Kalimat terakhir yang siswi di depannya katakan cukup merobek tirai pembatasnya.
"Want to mess with me?" gumamnya bertanya.
"Of course."
Siswi berlencana hijau itu melangkah pelan, mendekati kakak kelas di hadapannya. Gadis itu berusaha menahan, namun agaknya kecewa sudah menguasai sebagian besar hatinya.
Plak!
"Keterlaluan. Lo berani juga ternyata," cibir siswi berlencana cokelat itu.
Gadis berkucir kuda itu tetap membisu, menatap nyalang seniornya yang bertindak kelewat batas. Biar kedudukannya sekarang masih menyandang siswi baru, tak ada salahnya melawan atau justru menghabisi yang seperti itu.
"Keterlaluan? Gue ... atau lo?" sarkasnya.
"Nerd kayak lo nggak akan menang lawan gue, ngerti?!"
"Whoa, really?"
Brak!
Penuh emosi, gadis berkucir kuda itu mendorong senior di depannya. Suara rintihan yang ia dengar tak sama sekali memadamkan api amarah dalam dirinya. Justru tersenyum menikmatinya selayaknya psikopat kejam.
"Gue nggak akan mulai tanpa lo sulut duluan," peringatnya.
Tak ada jawaban, gadis itu berbalik. Berniat mengakhiri keadaan dengan kepala dingin dan tanpa ada lagi kekerasan. Baru beberapa langkah ia menjauhi kakak kelasnya, siswi berlencana cokelat itu meraih balok besar di sebelahnya.
Bugh!
Brak!
"Gue nggak selemah itu, Nerd?!"
Gadis itu menatap remeh juniornya yang jatuh menyangga tubuh di meja bekas di sana. Seolah apa yang ia hadapi hanyalah kulit kacang yang bisa diremuk dengan mudahnya.
"Dan ya, say good bye to this world!"
Jleb!
"No ...."
☯ Half Nerd ☯
Halo semua, di lapak kali ini aku minta sama kalian dengan sangat untuk menghargai karyaku yang tak seberapa ini 🤒
Nulisnya butuh perjuangan, lho.
Jadi, jangan lupa vote sama komen, ya?
Kalau bisa follow Au juga, oke? 🐻
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Nerd : I'm Nerdy Not Puny! [Selesai]
Novela JuvenilNaura sempat mengira rasa sakitnya akan berakhir setelah semesta menghadirkan sosok Valdo yang luar biasa. Sayang, perkiraan Naura salah total. Itu bukan akhir, tapi awal dari penderitaan yang sesungguhnya. *** Half Nerd : I'm Nerdy, Not Puny! Ding...