3.4 Bloody Night (e)

274 33 2
                                    

Part-nya masih sama hehe, janji ini terakhir
Besok kita lanjut part 3.5, ok? 😗✌️

Cius ini memang segini panjang, sampai 5 bagian sendiri. Soalnya … anu :v

Ya gitulah, intinya part 3.4 emang panjang. Oke, sudah. Selamat membaca! Jangan lupa vote-nya, komen juga, biar Au makin semangat nulisnya (◡ ω ◡)

⚠️
16+ alert! Murder, violence, hemophobia, harsh word, etc.
Tidak untuk ditiru!

Tidak untuk ditiru!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☯☯☯

Suara pantofel beradu dengan lantai ubin menggema di koridor sepi. Temponya pelan dan tertata, sangat rapi untuk ukuran langkah biasa. Netra sayu itu menatap kosong seorang perempuan yang tergeletak lemah di sana. Cukup tahu saja, dia mengikuti gadis itu dari tetesan darah di lantai.

Beberapa detik menatap tanpa ekspresi. Bibirnya tersungging samar, sebelum lidahnya lincah berkata, “Sleeping Beauty.

Sosok perempuan itu merendahkan tubuhnya, meletakkan tangan di atas ubin berdarah dan mengusapkan cairan itu pada pipinya. Perempuan itu terkekeh miris menatap si gadis berkacamata terbaring lemah.

“Gue suka kesakitan lo, Babe.”

Seragam SMA yang dikenakan semakin kotor, darah benar-benar sudah mendominasi warna baju dan rok-nya. Gadis berambut sebahu itu bangkit, menarik kedua tangan si gadis berkacamata dan menyeretnya tanpa dosa.

Sebut saja dia Vara, karena memang itu namanya. Siswi cantik yang dikenal sebagai Putri Sekolah. Dia genius, saking geniusnya sampai hal seperti ini pun mudah bagi Vara.

Jika ditanya untuk apa gadis manis itu melakukan aksi mengerikan ini, have fun mungkin jawaban paling tepat. Terlepas dari latar belakangnya selama ini. Vara Kishika, ada yang tidak beres dari senyumnya.

Darah dari tangan gadis malang itu mengotori lantai putih koridor, menciptakan jejak kasatmata yang bisa diikuti siapa saja. Apa Vara peduli? Tidak. Kucing-kucing kecil seperti mereka bukan halangan besar baginya.

Gedung bekas, atau sebut saja gudang. Gerhana memiliki banyak tempat seperti itu. Tidak tahu mengapa, yang pasti mempermudah oknum nakal bermain. Seperti alasan mengapa Naura dan teman-temannya menyelidiki sekolah, serta siapa lawan mereka yang disebut anjing penjaga.

Vara menarik gadis berkacamata itu masuk ke dalam, meletakkannya begitu saja di lantai. Ia tidak peduli dengan pintu yang masih terbuka lebar, atensinya kini beralih pada wajah mangsanya—Naura.

Lagi, senyum tipis Vara tercipta. Gadis itu mengusap pelan puncak kepala Naura yang belum sadar. “Selamat tidur panjang, Naura. I'm happy to see you like this, puny,” ejeknya.

Memang sedikit tidak masuk akal jika ternyata si monster itu Vara. Gadis yang terkenal periang dan childish itu, sekarang berhias darah di sekujur tubuhnya.

Half Nerd : I'm Nerdy Not Puny! [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang