5.9 More Blood (d)

155 19 0
                                    

⚠️
16+ alert! Murder, violence, harsh words, not for hemophobic, etc.
Tidak untuk ditiru!

“Saya tidak sedang bercanda, perasaan ini memang benar untuk anda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Saya tidak sedang bercanda, perasaan ini memang benar untuk anda.” — aura

— • —

Lexy menatap dingin laki-laki di bawahnya. Tidak peduli dengan kondisi dia di sana, remaja SMA itu menegakkan pandangan. Sedikit menoleh ke kiri dengan kedua tangan mengepal lemah.

“Lepas Rinai!” perintah Lexy, suaranya menggema datar.

Dua pria yang menahan pergerakan Rinai mendorong gadis itu hingga tersungkur. Kondisinya terikat, membuat Rinai tidak bisa mengotrol jatuhnya. Sementara Lexy, laki-laki itu menguatkan kepalannya dalam diam. Ia tidak suka mereka memperlakukan gadisnya semena-mena.

“Kurang ajar,” desis Lexy murka.

Lexy berbalik, menatap horor dua pria berpakaian serba hitam di sana. Salah satunya menggenggam senapan, mengarahkan benda itu kepada Rinai yang hanya bisa diam. Membuat Lexy terpaksa memutar otaknya, ia tidak mau salah langkah.

“Kenapa diam? Punya lo udah kita lepasin noh, nggak sengaja kedorong,” celetuk laki-laki di depan Lexy.

Pria yang menggenggam senapan terkekeh remeh. “Lo takut mati? Hm? Atau takut dia yang mati?”

Suara serak itu, Lexy mengernyit. Dia seperti mengenalnya, tapi siapa?

“Turunin senjata lo, main yang adil!” pinta Lexy gemas.

Pria itu terbahak. Entah apanya yang lucu, sementara Lexy semakin murka melihat Rinai menangis di sana. Ayolah, Lexy tidak bisa melakukan apa-apa.

“Yang punya permainan ini bukan lo, kenapa gue harus turunin senjata?” jawab laki-laki itu enteng.

Rinai yang terisak hebat berusaha kuat melepaskan diri dari ikatan tali di tangan dan kakinya. Ia bukan gadis yang andal dalam hal bela diri. Entah berapa kali sudah Rinai memohon pada Tuhan, ia tidak mau Lexy kenapa-kenapa.

Pria yang memengang senapan itu mengisyaratkan rekannya. Entah untuk apa, tapi Lexy bisa melihat pria berpakaian serba hitam itu melangkah mendekat. Banyak prediksi dalam kepala Lexy, tapi kondisi membuatnya paham apa yang harus ia lakukan sekarang.

“Gue akan lepasin cewek ini, tapi ada syaratnya,” ucap pria itu.

Lexy tidak menyahuti. Ia diam menunggu pria yang berhenti di belakang Rinai itu melanjutkan ucapannya.

Half Nerd : I'm Nerdy Not Puny! [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang