5.2 A New Game (a)

179 21 0
                                    

“Kalau nanti langit menghitam, aku akan keluar kamar dan memandangimu di antara bintang-bintang.” — aura

Hewoo, ketemu lagi sama saya. Hehe :)

⚠️
16+ alert! Murder, not for hemophobia, etc.
Tidak untuk ditiru!

Naura mengerjap menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naura mengerjap menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya ruangan. Gadis itu bangkit, duduk bersandar di kepala brankar. Ada Alvin yang sedang terlelap di sofa.

Naura beralih menatap ponsel di nakas. Layarnya menampilkan jam digital pukul dua pagi. Gadis itu melirik selang infus di tangan kanannya, ada sedikit rasa takut mengetahui sebuah jarum bersemayam di sana.

Dengan perlahan Naura melepas selang oksigen, menyingkap selimut dan turun dari membawa tiang infus. Melangkah mendekati sang kakak dengan salah satu tangannya mengusap pelan pipi kiri Alvin.

“Naura keluar dulu bentar, Bang. Nggak jauh-jauh kok,” cicit Naura.

Tanpa basa-basi lagi, Naura keluar ruangan. Melangkah sendirian menyusuri koridor sepi. Raut wajah Naura sulit diartikan, terlalu banyak kabut kelabu yang menutupi netra cokelatnya.

Langkah gadis itu berhenti di depan salah satu ruangan. Bagian jernih di pintu kaca buram membuat Naura bisa melihat siapa yang berada di dalam.

Tangan kiri Naura naik, mendorong gagang pintu dan membukanya perlahan. Menarik atensi pria yang berbaring di brankar. Dia menatap Naura dengan sorot yang sulit diartikan. Laki-laki itu langsung mengubah posisinya duduk bersandar.

Naura sempat menoleh pada laki-laki yang tertidur di sofa. Sebagian wajahnya tertutupi masker hitam, membuat Naura kesulitan mengetahui siapa dia.

“Naura?” kaget Valdo.

Atensi Naura kembali pada Valdo, menatap penuh arti kedua netra indah itu. Naura membisu seiring langkahnya mendekati brankar laki-laki itu.

Tanpa aba-aba, Naura langsung memeluk Valdo di sana. Masa bodoh jika laki-laki di sofa itu akan bangun. Naura juga tidak peduli jikalau tiba-tiba ada kunjungan dokter. Ia hanya ingin menyampaikan apa yang meronta di hatinya kini.

“Naura?” panggil Valdo lirih.

Naura menggeleng mengeratkan pelukannya. Sungguh, Valdo tidak mengerti akan apa yang terjadi pada Naura. Otaknya kesulitan bekerja. Untuk membalas pelukan gadis itu saja Valdo ragu-ragu.

“Maafin aku, Do,” rintih Naura.

Air muka Valdo berubah seketika. Ada sorot kecewa dari kedua matanya. Pria itu sedang mencoba untuk tidak berharap lebih. Kelebat bayangan bagaimana Naura menolaknya terang-terangan semalam membuat dada laki-laki itu sesak.

Half Nerd : I'm Nerdy Not Puny! [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang