Halo, makasih buat yang masih mau bertahan nyisihin waktunya untuk baca cerita ini. Au gatau kalau gaada kalian gimana jadinya. Love deh <3
Nggak basa-basi, yok kita mulai baca.
Selamat membaca >.<☯☯☯
Ceklek!
Suara pintu terbuka tidak membuat gadis yang tertidur di ranjangnya itu terbangun. Nerissa sampai mengernyit bingung setelah melihat keadaan kamar putrinya yang berantakan bak kapal pecah.
Jam digital yang seharusnya terpajang rapi di atas nakas, kini berpindah ke lantai bersama dengan buku-buku di rak dan alat tulis di meja belajar. Hanya satu, jam weker yang masih berdiri manis di tempatnya.
Dengan seksama wanita paruh baya itu memperhatikan posisi tidur Naura. Seperti orang kelelahan. Agaknya Naura tidur dengan gaya kepompong, gadis itu kelihatan pulas sekali terpejam di dalam gulungan selimut.
"Sayang, bangun, Nak. Nggak sekolah memangnya?" ujar Nerissa lembut seraya bertanya.
Terdengar lenguhan dari Naura, gadis itu hanya menggeliat tanpa membuka mata. Entah mengapa, malas sekali rasanya untuk bangun.
Nerissa terdiam, wanita itu memilih duduk di sisi ranjang. Ia rasa, ia perlu tahu alasan Naura memberantaki kamarnya seperti ini.
"Kenapa, Sayang? Ibu masuk kamar kok berantakan banget," tanya Nerissa hati-hati.
"Hm, Naura capek."
Singkat, jelas, dan padat. Nerissa mengangguk pelan, mengerti dengan apa yang baru saja Naura katakan. Jika sudah begini, terpaksa Nerissa absen bekerja. Karena kalau tidak, bisa dipastikan Naura akan tidur sampai sore dan melupakan jadwal makannya.
"Hm, iya-iya. Sekarang bangun, sarapan dulu. Ibu udah masak sup telur, tuh. Ada susu tawar juga," pinta Nerissa dengan sedikit rayuan.
Wanita paruh baya itu tak acuh pada kekacauan di kamar putrinya, ia lebih mempedulikan keadaan Naura sekarang. Cukup sekali saja Naura jatuh dan runtuh, jangan lagi. Nerissa benar-benar trauma dengan kejadian tahun lalu.
"Susu tawar?" tanya Naura dengan suara seraknya khas bangun tidur.
"Iya. Bangun terus mandi, kita sarapan. Ayah juga belum berangkat, tuh," ujar Nerissa kemudian.
Naura mengangguk, ia membiarkan Nerissa keluar dari kamarnya. Berdiam sejenak memperhatikan suasana kamar yang amburadul. Naura hanya memperlihatkan wajah datarnya seperti biasa, memang ini kelakuannya, lantas harus bagaimana? Bahkan hendak membereskannya pun Naura malas.
"Ah, kesel gue," gumam Naura bangkit dari tidurnya.
Naura berdiri meregangkan otot-ototnya, gadis itu beralih merapikan ranjang sebelum membuka tirai jendela. Berdiam sejenak di sana, menatap kosong jalanan kota. Sedikit mengernyit silau, sinar mentari pagi menerpa wajahnya begitu terik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Nerd : I'm Nerdy Not Puny! [Selesai]
Fiksi RemajaNaura sempat mengira rasa sakitnya akan berakhir setelah semesta menghadirkan sosok Valdo yang luar biasa. Sayang, perkiraan Naura salah total. Itu bukan akhir, tapi awal dari penderitaan yang sesungguhnya. *** Half Nerd : I'm Nerdy, Not Puny! Ding...