4.2 Fragment (a)

236 23 0
                                    

Hai, maaf ngilang hehe.

Apa kabar kalian? Semoga baik terus, ya? Sehat selalu pokoknya. Aamiin.

Udah yuk, langsung ke ceritanya aja. Aku nggak punya banyak kata untuk disampaikan. Hehe :)

⚠️
16+ alert! Self harm etc.
Tidak untuk ditiru!

 Tidak untuk ditiru!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☯☯☯

Setelah kejadian Valdo kehilangan detak jantungnya pada sore menjelang malam kemarin. Ruang ICU kembali tertutup rapat, tidak ada seorang pun boleh masuk menjenguk.

Naura terdiam di ranjang kamarnya, menatap sendu piano di ujung ruangan yang entah berapa lama tidak pernah dia sentuh. Ingatan Naura kembali pada masa di mana Alpha dan dirinya memainkan piano itu bersama.

Secuil senyum terbit dari bibir ranum Naura, gadis itu menyingkap selimut hitam yang menutupi sebagian tubuhnya. Bangkit dan melangkah mendekati alat musik akustik itu walau belum sepenuhnya siap.

Jemari lentik Naura terangkat ragu, mencoba menekan tuts putih. Terdengar satu nada ketika gadis itu berhasil menekannya. Netra cokelat itu berkaca-kaca seketika. Selalu begini.

“Aku kangen, Al,” gumam Naura, serak.

Semalaman gadis itu menangis tersedu, banyak nama yang membuatnya kehilangan. Semesta dan teka-tekinya terasa begitu membingungkan bagi Naura yang hanya gadis biasa.

Gadis itu menyeka air matanya. Ia kembali mencoba memainkan alat musik ini. Jika bisa.

“Ayo, Nau. Lo harus bisa,” gumam Naura.

Sementara di balik pintu kamar Naura, Alvin terdiam bersandar. Raut wajahnya terkesan abu-abu. Dia terkesiap ketika mendengar suara piano dari dalam. Apa Naura berhasil menyentuh benda itu?

Alvin berbalik ragu, takut menggangu Naura. Di satu sisi, ia senang nada petikan itu terdengar lagi. Tapi di sisi lain, ada rasa tidak nyaman. Ia selalu terbayang bagaimana kondisi Naura yang sering lepas kendali.

Alvin terkejut ketika tiba-tiba nada indah itu berhenti di tengah-tengah. Lama ia berdiam menunggu bunyinya lagi. Namun, tidak ada tanda-tada sama sekali. Apa Naura gagal lagi menyelesaikan lagu ini?

“Buka, Vin. Lo nggak mau Naura kenapa-kenapa, kan?” cicit Alvin, menyemangati diri sendiri.

Dibukanya perlahan pintu kamar Naura. Seperti biasa, tidak terkunci. Dari sana, bisa Alvin lihat adiknya berdiri menunduk di dekat jendela kamar.

Netra kecokelatan Alvin menyorot sendu, kakinya melangkah bisu mendekati sosok tangguh di itu. Namun, baru beberapa langkah Alvin ambil. Pandangannya terusik dengan cairan merah di bawah Naura.

Half Nerd : I'm Nerdy Not Puny! [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang