Naura sempat mengira rasa sakitnya akan berakhir setelah semesta menghadirkan sosok Valdo yang luar biasa. Sayang, perkiraan Naura salah total. Itu bukan akhir, tapi awal dari penderitaan yang sesungguhnya.
***
Half Nerd : I'm Nerdy, Not Puny!
Ding...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Woy! Lepas!”
“Satu!”
“Anjir jangan woy!”
“Dua!”
“Itu dalem anjrit! Gue kelelep nanti!”
“Tiga!”
Byur!
“AAA BUNDA TOLONGIN LEXY!”
“BHAHAHAAA!”
Suara tawa kompak riuh membisingi rungu siapa saja yang mendengar. Rendy dan kawan-kawan sengaja melempar Lexy ke dalam kolam yang tidak seberapa dalam. Hitung-hitung sekalian mengerjai Lexy yang kebetulan sedang berulang tahun.
Menjadi tontonan dan bahan tertawaan mereka, Lexy yang malu langsung menenggelamkan diri. Kalau hari ini bukan ulang tahunnya, mungkin Lexy masih tidur nyenyak di kasur hotel. Ayolah, ia benci ini.
Sementara yang lain masih sibuk tertawa. Rinai dibuat khawatir dengan Lexy yang tidak kunjung menampakkan diri. Ia takut laki-laki itu kehabisan napas.
“Lexy?” Rinai berjongkok di pinggiran kolam renang.
Lexy menyembul, hanya sebagian wajahnya saja. Alis laki-laki itu naik, menanyakan alasan Rinai memanggilnya.
Merasa tidak lagi menjadi pusat perhatian, Lexy akhirnya berdiri tegak. Ia melempar senyum manis pada Rinai yang sudah duduk bersila. Gadis itu, kelihatan cantik dengan kaus kuning pastel dan hotpants denim. Terlebih rambutnya yang dicepol dua.
“Perhatian nih ceritanya?” goda Lexy.
Rinai memanyunkan bibir. Memasang raut tidak setujunya yang menurut Lexy lucu. “Dih, kepedean!”
“Ekhem! Tinggal ngaku aja, itu muka kalau dijejerin sama lobster kukus kayaknya sama warnanya,” balas Lexy tak mau kalah.
Tidak langsung paham dengan ucapan Lexy, Rinai menoleh menatap laki-laki itu bingung. “Maksud—LEXY!”
Lexy terbahak, kekesalan Rinai membuat dirinya menikmati wajah merah gadis itu. Sungguh, jika saja Rinai tidak berdandan seperti ini, sudah dipastikan Lexy akan menarik dia turun ke kolam renang bersamanya.
Lain dengan Rinai, gadis itu memukul-mukul dada Lexy. Kesal dengan perilaku pria di hadapannya yang selalu di luar ekspektasi. Baru kemarin mereka berdua membicarakan hal serius, bahkan sampai diam-diaman. Sekarang Lexy sudah berulah lagi.
Rinai berhenti, ia melengos kesal menunggu Lexy naik dari kolam renang. Penampilan laki-laki itu kini jauh dari kata rapi. Ya, walau Rinai akui wajah Lexy tetap saja mempesona bagaimana pun keadaannya.