Naura sempat mengira rasa sakitnya akan berakhir setelah semesta menghadirkan sosok Valdo yang luar biasa. Sayang, perkiraan Naura salah total. Itu bukan akhir, tapi awal dari penderitaan yang sesungguhnya.
***
Half Nerd : I'm Nerdy, Not Puny!
Ding...
Hai epribadi 🌝 Bintangnya minta dipencet duluan, tuh ʘ‿ʘ
Kalo ada typo kabarin, ya? Selamat membaca semua :)
☯☯☯
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suasana mading utama SMA Gerhana menarik atensi Naura, ia yang baru saja turun dari taksi melangkah cepat melewati gerbang utama. Kakinya berlomba mendekati kerumunan siswa-siswi sekolah di sana. Bukan karena ingin mengetahui apa yang sedang hangat-hangatnya, Naura berpikir kemungkinan informasi itu bisa berguna untuknya nanti.
"Eh, ini anaknya!"
"Woy, ada orangnya!"
"Balik, yuk! Perasaan gue nggak enak."
"Wuih, ada yang dateng nih."
"Buset, bener dah nih cewek."
"Korban lagi lho."
"Kan dia emang nggak punya hati."
"Njir, serem ih. Psycho!"
Naura menghela napas, terpaksa ia menerima kalimat-kalimat tak mengenakkan orang-orang di sekitarnya. Sedikit sebal dengan tatapan mereka yang terbilang kurang ajar, Naura memilih fokus melewati kerumunan itu demi melihat sesuatu yang diinformasikan di mading.
Naura terdiam setelah sampai di tempat tujuannya.
Korban bullyingditemukan tak bernyawa dengan lukasayatan di uratnadinya. Tersangka NA, kakak kelas yang didugamenemui korban saat sedang menenangkan diri, memaksa korban berinisial AF membuat surat palsu, batin Naura membaca berita tempel di sana.
Jadi gue lagi yang kena? batin Naura.
Kerumunan mulai membubarkan diri dan Naura masih terdiam mematung di hadapan papan besar itu. Bukan tak terima, Naura tak tega dengan Aska yang kasus kematiannya dipalsukan seperti ini. Naura juga manusia, masih punya hati. Ia hanya perlu menjadi kanusia di saat-saat seperti ini.
Baru Naura akan beranjak dari tempat itu, sekumpulan remaja dengan lencana merahnya melangkah bersama mendekati Naura. Tidak perlu ditanya, Naura tahu siapa mereka. Cukup terkenal untuk siswa-siswi kaya dan donatur terbesar di Yayasan Gerhana.
Yang pasti kedatangan mereka bukan hal baik. Lima siswa dengan hak istimewa itu adalah rintangan Naura yang selanjutnya.
"Upsie, thenerd ada di sini rupanya. Well, ada korban lagi kayaknya," cibir siswi dengan cardigan mauve.
"Hohoho, psikopat?" celetuk siswi berbandana kelinci di sebelahnya.
"Mainan baru, nih," tambah siswa ber-hoodie zipper hijau tua di belakang mereka.