Pesta dansa sudah berakhir, beralih pada acara bebas. Ada yang memilih berkumpul bersama teman, berduaan dengan pacar, sampai menikmati malam terakhir di sekolah dengan sajian cocktail.
Aula lantai dua menjadi pilihan Valdo dan Naura bersantai. Berhubung suasananya tidak seramai di bawah. Naura duduk diam di sofa belakang pagar, sementara Valdo sibuk berbincang dengan Tanvi dan Zihan. Entah apa yang mereka bicarakan.
Merasa jenuh, Naura bangkit. Mengedarkan pandangan mencoba mencari siapa yang sekiranya bisa ia ajak bicara sebentar. Kebanyakan di sini senior yang Naura tidak begitu kenal.
“Nau?”
Naura menoleh kaget, kedua alisnya terangkat mendapati Valdo yang memanggilnya tadi. “Kenapa, Do?”
Valdo tersenyum. “Mau ke mana?” tanyanya langsung.
Laki-laki itu, sepertinya sudah selesai berbincang dengan Zihan dan Tanvi. Naura sendiri tidak tahu harus menjawab apa. Ia tidak berniat pergi dari sana kendati jenuh diam sendiri. Gadis itu menggeleng sebagai jawaban.
Mengerti, Valdo menarik tangan Naura lembut. Membawanya melangkah mendekati balkon aula. Suasana malam Gerhana, Valdo ingin menikmati itu bersama Naura. Membuang hal buruk yang selama ini membuat laki-laki itu sedikit trauma.
“Yah, nggak ada bulan,” celetuk Valdo lugu.
Naura terkekeh melihatnya. “Mendung, Valdo. Tadi kan gerimis,” balasnya.
Valdo menoleh spontan. “Iya sih. Tapi kurang lengkap kalau bintangnya banyak tapi bulannya nyumput,” ucap laki-laki itu menyayangkan.
Tidak mengerti dengan kelakuan Valdo kali ini, Naura hanya tersenyum hangat. Diam memandangi gugusan gedung dengan kerlipan lampu hias yang panitia susun rapi. Semilir angin malam yang dingin sedikit membuat Naura menggigil.
“Haus nggak?” tanya Valdo, dia sibuk membuka tuxedo-nya.
Naura menggeleng pelan. Bukan haus, ia kedinginan. Kalau saja panitia menyediakan air hangat. Mungkin Naura akan dengan senang hati mengambilnya.
“Aku ke bawah dulu sebentar, ya?” celetuk Valdo.
Laki-laki itu menyampirkan tuxedo-nya di bahu Naura. Menutupi tangan terbuka gadis itu. Valdo tahu Naura kedinginan, beberapa bulan keluar masuk rumah Naura membuat laki-laki itu memahami suhu tepat untuk gadis di sebelahnya.
“Kalau ada apa-apa, telpon aku,” lanjutnya.
Naura hanya mengangguk mengiyakan ucapan Valdo. Diam-diam gadis itu merasakan kedua pipinya memanas. Padahal, hanya hal kecil yang Valdo lakukan. Laki-laki itu sudah menghilang ketika Naura menoleh ke belakang.
Sekelebat bayangan Alpha kembali menghantui Naura. Gadis itu menunduk, menatap sendu ujung sepatunya. Setelah sekian lama sosok itu pergi, sekian lama pula ada yang datang melengkapi kekosongan. Naura masih saja terjebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Nerd : I'm Nerdy Not Puny! [Selesai]
Novela JuvenilNaura sempat mengira rasa sakitnya akan berakhir setelah semesta menghadirkan sosok Valdo yang luar biasa. Sayang, perkiraan Naura salah total. Itu bukan akhir, tapi awal dari penderitaan yang sesungguhnya. *** Half Nerd : I'm Nerdy, Not Puny! Ding...