Haloo, Aku up lagi. Hari ini aku borong tiga chapter yak hehe. Hitung-hitung biar cepet beres kan. Selain itu, Aku juga punya sesuatu untuk disampaikan haha 😄👍
Gaada warning di sini
So, selamat membaca :3☯☯☯
Mobil phantom hitam melaju menyusuri jalanan ramai kota Jakarta. Dua orang di dalamnya diam membisu sejak awal keberangkatan. Baik si gadis berkacamata maupun pria di sebelahnya.
Sampai mobil mewah itu berhenti tepat di depan rumah besar bernuansa putih. Alvin membuka jendela mobil, berharap satpam di sini masih mengenal dirinya. Mengingat sudah lama ia dan Naura tidak berkunjung kemari.
“Permisi,” celetuk Alvin sedikit keras.
Pria dengan seragam putih khas satpam itu memajukan kepalanya, dengan kenyitan alis yang begitu kentara beliau menatap bingung Alvin. Pria paruh baya itu melangkah keluar dari pos, mendekati Alvin yang masih diam di dalam mobilnya.
“Maaf, siapa ya?” tanya pria itu.
Alvin sedikit terkejut, apakah dirinya seberubah itu sampai satpam rumah Alpha tidak mengenalinya? Padahal Alvin tahu siapa pria paruh baya itu.
“Mang Adeng lupa sama saya?” tanya Alvin, gaya bicaranya ia ubah dengan sedikit memberi aksen Sunda.
Mendengar ucapan Alvin, pria paruh baya yang sering dipanggil Mang Adeng itu melongo. Ia mundur beberapa langkah, menatap tidak percaya laki-laki di hadapannya. Alvin belum sedewasa ini yang Mang Adeng ingat saat terakhir kali kemari.
“Wuidih! Den Alpin, kirain teh saha,” ucap Mang Adeng tidak menyangka.
Alvin tertawa, Mang Adeng masih saja keliru menyebut namanya. “Alvin, Mang. Lain Alpin.”
Mang Adeng memasang raut bingung seketika. “Atuh Amang teh nggak bisa bilang pe,” jawab Mang Adeng sembari mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya.
Lagi, Alvin tertawa menyaksikan kelucuan Mang Adeng. Ia sempat beralih pada Naura yang ikut tertawa mendengar interaksi kecil antara kakaknya dan satpam rumah Alpha.
“Itu, sama siapa Aden ke sininya?” tanya Mang Adeng kemudian.
“Sama Naura, Mang,” jawab Alvin ramah.
“Waaah, Neng Nau. Amang teh kangen, tos lami pisan teu kadieu,” heboh Mang Adeng.
Naura tidak mengerti, gadis berkacamata itu memasang ekspresi bingung sekaligus ingin tertawa. Sementara Alvin yang melihat adiknya begitu terkekeh.
“Lama banget nggak ke sini, katanya,” ucap Alvin pada Naura.
Gadis berkacamata itu memembulatkan bibirnya seperti huruf ‘o’. Ia terkekeh sejenak sebelum akhirnya menjawab. “Naura juga kangen sama Amang, sama Bunda.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Nerd : I'm Nerdy Not Puny! [Selesai]
Novela JuvenilNaura sempat mengira rasa sakitnya akan berakhir setelah semesta menghadirkan sosok Valdo yang luar biasa. Sayang, perkiraan Naura salah total. Itu bukan akhir, tapi awal dari penderitaan yang sesungguhnya. *** Half Nerd : I'm Nerdy, Not Puny! Ding...