3.6 Serenity

268 34 1
                                    

“Perginya untuk pulang. Bukan dalam pelukan, tapi ketenangan.” - HN


Haaah, saya mode sad lagi
Selamat datang my hunny reader. Jangan lupa vote + komen, ya. Met baca <3

 Met baca <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☯☯☯

Bising roda brankar rumah sakit menggema di sepanjang koridor sepi. Waktu sudah melewati tengah malam, keseluruhan remaja SMA itu melangkah tergesa bersama beberapa tenaga kesehatan menuju UGD.

Pasien dan beberapa perawat memasuki ruangan lebar bersekat tirai itu. Meninggalkan muda-mudi yang mengantar di luar ruangan. Membiarkan mereka terhanyut pada suasana tak keruan.

Gadis berkucir kuda, dia berada dalam dekapan sang kakak. Masih merintih mengucap nama yang sama. Isakan tangisnya mendominasi ruang.

“Ssttt, udah nangisnya,” celetuk Alvin, mengusap lembut kepala belakang sang adik.

“Valdo, Bang,” rintih gadis itu.

Alvin mengangguk mengerti, ia mengeratkan dekapannya berharap Naura menenang. Sedari mengantarkan Valdo ke UGD, Naura tidak berhenti menangis.

“Biar Valdo ditangani dokter dulu, kita lihat nanti hasilnya gimana. Udah, ya?” tutur Alvin lagi.

Naura mengangguk samar, atensinya beralih pada pintu UGD yang terbuka. Sosok wanita paruh baya keluar dari sana. Sementara beberapa perawat membawa Valdo pergi.

“Permisi, yang bersangkutan dengan pasien siapa?” tanya dokter itu.

“Saya, Dok,” celetuk Lexy, melangkah mendekat.

Berdiri di hadapan sang dokter diikuti Naura dan Rinai. Ketiganya membisu menunggu wanita ber-jas putih itu berucap. Wajahnya menyorot gelisah, membuat Lexy, Naura, dan Rinai harap-harap cemas.

“Begini.” Wanita itu menghela napas pelan. “Selain kehilangan banyak darah, pasien juga mengalami kerusakan organ dalam. Kami masih belum bisa memastikan bagaimana keadaannya.”

“Ja-jadi gimana, Dok?” tanya Lexy.

“Pasien sekarang kami pindahkan ke ruang operasi sebelum kami intensif di ICU, atas nama Dokter Tirta yang akan menangani pasien di sana,” jawab dokter itu.

Naura menunduk dalam mendengar penjelasan sang dokter. Semua memori tentang Valdo berputar cepat di benak gadis itu. Kepalanya sakit, telinganya kembali berdengung nyeri. Naura mendongak ketika sebuah tepukan hinggap di pundaknya.

“Kita masuk.” Itu Lexy, air mukanya menyorot kahwatir.

Naura diam, tidak menjawab sama sekali. Berdiam di koridor saja ia gemetar, apa lagi sampai masuk ke ruangan UGD? Naura tidak mau jika harus bertemu dengan jarum-jarum lagi.

Half Nerd : I'm Nerdy Not Puny! [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang