3.4 Bloody Night (c)

249 37 2
                                    

Haaai, ketemu lagi.
Kabar kalian? Sehat-sehat terus yaa hehe :)

Oke cuss kita lanjutin bab kemarin wkwk

⚠️
16+ alert! Murder, violence, hemophobia, harsh word, etc.
Tidak untuk ditiru!

Tidak untuk ditiru!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☯☯☯

Jleb!

Dion menunduk merasakan sakit luar biasa di dada kirinya. Sebuah belati mengilap menancap dalam menerobos jaket denim yang laki-laki itu kenakan. Dion merintih ketika gadis itu menggerakkan belatinya.

"Segitu doang?"

Tidak menjawab, Dion berusaha menahan tangan gadis itu untuk diam. Berharap ia bisa melepas tancapan benda tajam ini sebelum kehabisan waktu.

"Katanya kuat, lo nggak takut mati lo nggak wajar?"

Mendengar pertanyaan gadis itu mulai melantur tak jelas, Dion mendengkus kesal. Tangan kanannya meraih sesuatu di saku celana. Bubuk putih yang sudah ia siapkan untuk situasi genting seperti ini.

Sesaat setelah berhasil melepas tancapan belati itu di dadanya, Dion menaburkan serbuk putih di tangannya tepat pada wajah gadis yang itu.

"Argh! Shit! Mata gue!"

Persetan dengan teriakan itu, Dion tertatih pergi. Ke mana saja, asalkan bisa menghindar walau entah akan selamat atau tidak. Dua gadis itu, mereka sangat pintar membaca langkah. Sungguh, fokus laki-laki itu terbagi sekarang ini.

"Dion!"

Terkejut, Dion yang mendongak mendapati Naura tengah berdiri di balik dinding koridor. Pria itu terbatuk ketika tiba-tiba luka di dada kirinya kembali terasa sakit. Naura spontan mendekat, membantu Dion menepi. Tangan mungilnya menyentuh dada laki-laki iti yang terluka.

"Kenapa lo nggak lari, Nau?" tanya Dion lirih,

Gadis itu menggeleng, tidak mungkin ia pergi meninggalkan Dion dalam kondisi seperti ini.

Dion mendesis sakit, tenaganya hampir habis. "Lari, Nau. Di sini bahaya," pinta laki-laki itu.

Naura menggeleng lagi, "Nggak, gue nggak bisa tinggalin lo sendirian begini!"

"Naura, gue mohon nurut sama gue. Cari mereka yang perlu dicari, setelah itu pergi sejauh-jauhnya dari tempat ini," ujar Dion, pria itu mulai kesulitan mengatur napasnya.

"Gue janji nggak akan mati sia-sia di sini, Nau," lanjutnya.

Bungkam, Naura tidak bisa menolak permintaan Dion untuk kali ini. Laki-laki itu, Naura tidak mau dia kenapa-kenapa.

"Cepat pergi, Nau! Dia ke sini!" Suara Dion meninggi, membuat Naura mengangguk menurut.

Gadis itu bangkit bersamaan dengan Dion, melangkah pergi seperti yang diminta. Dion sendiri hanya menatap sayu tubuh Naura yang semakin menjauh. Tidak mengapa, nyawa Naura jauh lebih berharga bagi Dion.

Half Nerd : I'm Nerdy Not Puny! [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang