Seperti yang sudah Au janjikan :3
Hari ini Au publish tiga chapter, ya!Kita ketemu lagi besok ya, Kawand.
Jangan lupa vote-nya sebelum baca, Au tunggu notip pollow korang ⊙﹏⊙Selamat membaca (≧▽≦)
☯☯☯
Ada kalanya yang datang akan pergi, dan digantikan dengan yang baru. Sudah hukum alam seperti itu, tak ada yang bisa mengubahnya. Seseorang yang menyapa, akan meninggalkan. Mereka yang menyukai, mungkin juga akan membenci. Tak ada yang benar-benar sempurna dan abadi. Semuanya memiliki masanya sendiri.
Pilar putih di sepanjang koridor menjadi prajurit pengucap selamat datang bagi Naura, ubin dingin sepanjang hampir 100 meter yang dipijaknya seolah ikut menyapa. Semilir angin pagi yang lembap menembus ke dalam seragam yang sudah ditutupi dengan jaket cokelatnya.
Hari ini Naura mengenakan jaket dan ransel yang berbeda, bukan untuk menyombongkan diri, melainkan pembuli yang tak kehabisan energi untuk menggangguinya. Malam kemarin saat Naura hendak membenahi buku pelajarannya, ransel hijau yang baru sore hari diatarkan Rinai ke rumahnya tak lagi dalam keadaan utuh.
(Flashback on)
"Nau, gue tinggal sebentar ngurusin absensi sama sekre kelas. Tas lo udah begini, gue masih belum tau siapa yang nekat giniin elo. Ta-"
"Biar, I'm ok. Gue bisa ganti," jawab Naura dingin.
"Gue udah coba tanya sama anak kelas, gue sempet denger ada yang bilang kakel. Tapi pas gue tanyain lagi malah diem, gue rasa gue perlu cari tau," lanjut Rinai.
"Nggak perlu, gue tau siapa," tolak Naura.
"Nau, beneran nggak apa-apa, nih? Gue nggak enak sama nyokap lo," tanya Rinai tak enak.
"Of course," jawab Naura.
"Yaudah, kalau gitu gue pamit, ya? Kabarin gue aja kalo butuh bantuan," pamit Rinai kemudian pergi dengan city car mewah merahnya.
The Scorpions, mulai main kasar, ya? batin Naura seraya menatap ransel dan buku-bukunya yang terpotong-potong tak keruan.
(Flashback off)
Langkah Naura terhenti ketika rombongan empat siswi berlencana cokelat mencegatnya di pertengahan koridor menuju kelasnya. Naura berdecak malas, berhadapan dengan Irene hanya membuahkan cap buruk pada dirinya sendiri. Terlebih jika perilakunya keterlaluan dan ia muak untuk tak membalasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Nerd : I'm Nerdy Not Puny! [Selesai]
Fiksi RemajaNaura sempat mengira rasa sakitnya akan berakhir setelah semesta menghadirkan sosok Valdo yang luar biasa. Sayang, perkiraan Naura salah total. Itu bukan akhir, tapi awal dari penderitaan yang sesungguhnya. *** Half Nerd : I'm Nerdy, Not Puny! Ding...