“Halo, assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam. Aku ganggu?”
“Nggak,"
"Lagi apa?"
"Tiduran aja.” Anara mengernyit ketika mendengar suara yang terdengar asing. “Kakak lagi dimana? Kok berisik.”
“Tempat balapan.”
Anara langsung bangun. Baru kali ini ia mendengar Firash datang ke tempat seperti itu dan membuat khawatir seketika. Apalagi mengingat bahwa siang tadi kondisi Firash masih belum stabil. “Ngapain disana, kak Firash kan lagi sakit?”
“Maen. Temen tongkrongan ku sering ngajak, tapi aku tolak. Malam ini aku sanggupi aja, nggak enak dan sekalian cari suasana baru. Kondisi ku udah membaik, nggak akan terjadi apa-apa. Terus ada disini sama Heri juga. Jadi ada yang jagain.”
Anara senang mendengar sahutan seberang yang terdengar semangat. Tapi, ia tetap khawatir. “Bener yah nggak pa apa. Awas aja nanti kalo kenapa-napa lagi. Aku cuekin setaun.” terkekeh sendiri dengan kalimat yang diucapkan nya.
“Nggak boleh banget ya, aku maen?”
Anara tiduran kembali. “Aku bukan nggak ngebolehin kak Firash maen. Silakan aja mau ngapain juga, tapi inget tau batasan. Aku marah karena tadi siang kak Firash sakit. Malem nya udah keluyuran aja. Tempat balapan gitu lingkungan nya jelas bebas, angin malam udah hal yang pasti didapat dan itu nggak baik."
"Aku janji akan jaga diri."
"Ya udah." Anara tersenyum jail ketika terpikirkan sesuatu. "Tempat gitu banyak cewek biasanya. Kak Firash cuci mata kesana? Hayo ... ketahuan.”
“Apaan, mana ada. Dah, aku pergi aja samperin kamu. Nggak enak kalo disangkanya gitu.”
“Bercanda, kak. Aku percaya sama Kakak, apalagi kalo kesananya sama kak Heri.”
“Aku otw.”
Anara menggeleng. Firash dengan egonya memang tidak pernah padam. “Aku serius, kak. Kalo masih mau maen, silakan. Liat aja tapi, balapan nggak boleh.”
“Tempat khusus kok. Bolehlah sekali start?”
Anara berguling ke samping kanan. “Nggak boleh. Balapan itu berbahaya. Bodo mau tempatnya khusus atau gimana. Kalo Kakak ngotot, aku bakal dateng kesana. Biar sekalian cuci mata.” Anara terkekeh mendengar sosok seberang yang menggerutu.
Drrt...drrt...
“Sebentar kak. Ada pesan masuk, takutnya penting.” Anara mengusap layar ponsel nya. Kemudian sebuah pesan terpampang.
Kak Andrio
Dek. Kakak gak bisa pulang malam ini. Mendadak ada urusan di luar kota. Kamu gak pa apa kan di rumah sendiri? Alfano katanya ada kerja kelompok dan harus nginep di rumah temen. Kalo gak bisa sendiri, kabarin aja temen-temen kamu, siapa tau mereka lagi senggang dan bisa nginep di rumah. Lagian besok juga libur. Hati-hati ya ... di rumah. Jangan ngelamun, jangan banyak pikiran, anggap aja semuanya aman kayak biasa. Kakak sayang kamu ... adek ku yang manis ...
“Iya, halo. Pesan dari kak Andrio.”
“Kenapa?”
“Malam ini nggak pulang, lagi ada urusan di luar kota.”
“Itu di rumah ada siapa aja?”
“Aku, bi Ani sama mang Bandri. Alfano nggak pulang juga lagi ada kerja kelompok.”
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAETERITA [Complete]
Teen Fiction_____ GENRE : Fiksi Remaja ____ Firash Miftahul Rashad. Cowok yang menjelma sebagai pentolan kelas sebelas itu tiba-tiba datang dengan segala karakter yang baru pertama kali Anara temui. Satu hal yang membuatnya istimewa adalah kejujuran yang terpa...