44 - Pilihan

15 1 0
                                    

Selesai dengan acara di sekolah, yang di akhiri dengan sesi foto bersama Anara untuk pertama kali, di warnai berbagai pro dan kontra setelah Andrio yang bersedia jadi fotografer, lalu setelahnya terjadi cekcok dengan Anara yang protes akibat ia merangkul pundak gadis itu, dan pada akhir niat awal ingin memotret berbagai pose jadi batal karena Anara terlanjur kesal.

Setelahnya, Firash mengajak Anara pergi ke tempat yang suasana nyaman dan pilihan nya jatuh ke mall. Terdengar biasa memang. Tapi bagi Firash itu spesial karena setelah sekian lama, dia bisa menghabiskan waktu bersama Anara tanpa membuat Andrio khawatir dengan lokasi jalan-jalan yang tidak terlalu jauh dari rumah gadis nya. Firash sendiri sekarang sedang makan dengan Anara di salah satu restoran.

"Abis ini kamu mau kemana?Timezone? Nonton? Belanja mungkin?" tanya Firash setelah menyelesaikan makan nya.

Anara menyedot minuman nya. "Aku mau nonton perlombaan dance yang tadi kita lewatin di lantai dasar."

Firash meletakkan beberapa lembar uang di atas meja, lalu berdiri. "Ayo."

Selagi berjalan menuju lantai dasar, mata Anara mengedarkan pandangan ke seluruh mall. Banyak yang memakai seragam sekolah juga seperti dirinya dan Firash. Anara juga melihat sekilas di timezone ada anak kecil usia 4 tahun bermain ditemani orang tua nya. Tanpa sadar, bibirnya terangkat membentuk senyum karena anak itu terlihat bahagia. Terbersit sedikit kecemburuan karena dia tidak pernah dimanjakan seperti itu oleh orang tua nya. Kedua orang tua nya selalu sibuk dengan urusan kantor. Alhasil Anara hanya bisa
bermain dengan bi Ani di seputar lingkungan rumah.

"Kamu kenapa diem, bosen?"

"Lagi pengen diem aja."

Keduanya sampai di lantai dasar.
Anara berharap jika tim yang tadi sempat menarik perhatian nya dengan make up dan kostum berwarna kuning belum tampil. Entah kenapa, Anara memperkirakan mereka akan bagus. Anara memperhatikan salah satu anggota perempuan tim kuning itu yang selalu melihat ke atas.

"Mungkin dia menunggu seseorang." batin nya.

Anara memalingkan wajah
menatap panggung lagi. Sesi komentar. Anara melirik lagi ke tim kuning. Si perempuan yang tadi menengok sekarang sudah bersama seorang pria. Dilihat dari tingkah mereka, seperti nya pasangan. Anara menengok ke Firash. Cowok itu sedang fokus melihat ke
panggung.

"Kak."

"Apa?"

"Liat deh tim yang pake jaket kuning."

Firash celingak-celinguk mencari objek yang dimaksud Anara, kemudian mengangguk.

"Cowoknya ganteng. Ceweknya juga lucu." ucap Anara santai.

"Masih gantengan aku kemana-mana." Firash memalingkan pandangan ke Anara. "Kamu suka sama cowok itu? Apa aku harus kayak dia yang ke mall pake sendal jepit biar kamu suka?" lanjutnya ketus.

Tentu Anara paham bahwa cowok itu sedang kesal. "Aku cuma mengemukakan pendapat." ucapnya lembut. Ia tidak ingin ada perdebatan.

"Mengemukakan pendapat kok bilang ganteng. Sama aku aja kamu baru sekali bilang itu dengan ikhlas, padahal udah lama kenal. Nah dia, baru kali ini kamu liat udah dibilang ganteng. Pengen aku tonjok rasanya."

"Cemburuan banget sih. Heran." Anara mencebik, lalu melirik ke panggung lagi. Mengacuhkan sang pacar.

"Aku cemburu karena sayang sama kamu. Kalo aku cuek aja, itu justru aneh."

"Hm."

Firash mendengus. "Selalu gitu. Belum juga selesai, kamu udah fokus ke hal lain."

Anara mengalihkan matanya ke Firash lagi. "Apanya yang belum selesai?"

PRAETERITA [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang