Firash tidak bersuara sedikitpun sejak menjemput Anara. Ia berniat untuk dongkol karena Anara Satnight kemarin menyembunyikan fakta tentang dirinya yang belum menggenggam tangan sekalipun.
Firash merutuki dirinya sendiri saat sepeninggal dari rumah Anara. Ia ingat bahwa dia tidak mendapatkan vitamin. Paginya, Firash menghubungi Anara hendak mengajak gadis itu keluar, tapi menolak. Firash kesal bukan main. Ia harus menahan keinginan untuk memegang tangan Anara sampai hari ini.
Dengan sekuat tenaga Firash menahan tangan nya yang sudah gatal, apalagi dengan tangan Anara yang menggantung bebas di samping tubuh gadis itu seolah sedang meledek. Jika saja tangan dapat berbicara mungkin ia akan berkata : Ayolah Firash ... jangan malu-malu. Hari ini aku sudah siap dengan vitamin yang akan membuat dirimu segar. Ayo sini ... genggam aku.
Firash menggeleng-gelengkan kepala hendak mengusir khayalan bodohnya itu. Bagaimana bisa tangan berkata begitu. Ini pasti efek karena kurangnya asupan vitamin. Ah, itu terdengar sangat konyol. Tapi, vitamin dari Anara memang sepenting itu untuknya.
Firash hari ini berniat mengantar gadis itu sampai di kursi. Karena sejak tadi menunduk, tak terasa dirinya dan Anara kini sudah berjalan masuk ke kelas Anara. Saat itu juga barulah ia mengangkat kepala. Ketika masuk, keadaan kelas lumayan ramai. Seseorang yang sangat membuat
Firash kesal pun sudah duduk manis dengan mata yang menatap Anara juga senyum terbaiknya yang sudah menghiasi wajah.Firash melirik Anara yang berjalan di sampingnya. Gadis itu tidak melihat Rey dan wajahnya pun biasa saja. Hati Firash sedikit terhibur dengan itu. Firash setia menatap Anara dari samping hingga tiba-tiba gadis itu menghentikan langkahnya.
"Kenapa berhenti?" suaranya keluar untuk pertama kali. Sudah lelah juga rasanya diam. Karena keseharian nya memang suka banyak bicara.
Anara membalas tatapannya. "Jalan itu liat ke depan, kak. Kalo aku nggak berhenti, nanti kakak nabrak meja, terus jatoh. Mau diketawain pagi-pagi?"
Firash mengecek yang di maksud gadis itu. "Hehe iya. 2 cm lagi aku nabrak meja." cengirnya.
Anara tidak menggubris ucapan. Gadis itu melanjutkan langkah menuju kursi. Firash pun mengekor di belakang. Lalu KON yang kebetulan sampai terlebih dahulu, sudah stand by memperhatikan Anara dan Firash dengan senyum jail yang menghiasi wajah ketiganya.
"Kak Firash, nge-date nya gimana satnight kemaren. Seru?" tanya Oci. Si gadis yang selalu menjadi garda terdepan untuk urusan rasa ingin tahu.
"Seru. Walaupun awalnya gue jadi kayak bodyguard ngelindungin temen lo supaya gak di grepe-grepe sama cowok mesum." jawab Firash ketus. Rasa kesalnya terpampang jelas.
"Hehe. Biasanya juga kak Firash yang gak pernah absen buat grepe tangannya Anara." Nanda yang menimpali.
Firash menggeleng. "Sabtu kemaren gue di hipnotis sama senyum temen lo. Gue sampe lupa buat minta vitamin. Temen lo diajak jalan minggu nya nggak mau. Gue terpaksa puasa sampe sekarang."
"Salah sendiri pelupa. Padahal udah aku ingetin." sahut Anara tak mau kalah.
Firash menatap Anara sengit. "Udah tau aku lupa. Kenapa kamu gak duluan ngelakuin. Sekali-kali bikin aku bahagia gitu."
"Kenapa gak minta aja barusan?" tanya Kanza. "Kak Firash kan udah inget." lanjutnya yang membuat Firash mencebik, lalu membuang muka.
Anara melirik Kanza. "Kak Firash mau gencatan senjata sama gue kayak nya. Pagi ini aja dia baru ngomong pas barusan gue kasih tau kalo dia hampir nabrak meja." Membuat Kanza, Oci dan Nanda terkekeh hebat. Sedangkan Firash, malah merajuk lengkap dengan puppy ice nya kepada Anara. Yang nyatanya malah membuat gadis itu semakin bersemangat untuk jail.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAETERITA [Complete]
Teen Fiction_____ GENRE : Fiksi Remaja ____ Firash Miftahul Rashad. Cowok yang menjelma sebagai pentolan kelas sebelas itu tiba-tiba datang dengan segala karakter yang baru pertama kali Anara temui. Satu hal yang membuatnya istimewa adalah kejujuran yang terpa...